Hidup sebagai Umat Pilihan Allah (1 Petrus 2:9)
Pendahuluan:
Dalam perjalanan iman kita, sering kali kita dipanggil untuk lebih memahami panggilan kita sebagai umat pilihan Allah. Panggilan ini bukan hanya sekadar status, tetapi juga sebuah tanggung jawab dan kehormatan yang besar. Dalam 1 Petrus 2:9 ini, kita akan menjelajahi apa yang menggambarkan identitas kita sebagai umat yang dipilih oleh-Nya, serta implikasi praktisnya dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita mendalami makna dari panggilan kita sebagai umat pilihan Allah.
Bangsa yang Terpilih: Pilihan atas Iman pada Kristus
Dalam 1 Petrus 2: 7-8, Petrus mengingatkan kita tentang pentingnya iman pada Kristus. Bagi orang percaya, iman ini bukan hanya sekadar keyakinan, tetapi juga sebuah bukti bahwa kita adalah orang pilihan. Seperti yang dijelaskan dalam Pulpit Commentary, "Batu penjuru itu pilihan dan berharga: batu hidup yang dibangun di atasnya juga pilihan." Ini menunjukkan bahwa Kristus, sebagai Batu Penjuru, adalah orang yang terpilih, dan orang-orang yang membangun hidup mereka di atasnya juga dipilih oleh-Nya.
Dalam 1 Petrus 2: 7-8, Petrus mengingatkan kita tentang pentingnya iman pada Kristus. Bagi orang percaya, iman ini bukan hanya sekadar keyakinan, tetapi juga sebuah bukti bahwa kita adalah orang pilihan. Seperti yang dijelaskan dalam Pulpit Commentary, "Batu penjuru itu pilihan dan berharga: batu hidup yang dibangun di atasnya juga pilihan." Ini menunjukkan bahwa Kristus, sebagai Batu Penjuru, adalah orang yang terpilih, dan orang-orang yang membangun hidup mereka di atasnya juga dipilih oleh-Nya.
Imam yang Rajani: Hak Akses Kepada Allah
Konsep "imamat yang rajani" menunjukkan bahwa setiap orang percaya memiliki hak akses langsung kepada Allah. Barclay menjelaskan bahwa ini berarti setiap orang Kristen memiliki hak untuk berbicara dengan Allah, untuk mempersembahkan doa-doa, dan untuk mengalami hadirat-Nya. Sebagai orang percaya, kita tidak memerlukan perantara manusiawi untuk mencapai Allah, tetapi kita memiliki akses langsung melalui Yesus Kristus.
Konsep "imamat yang rajani" menunjukkan bahwa setiap orang percaya memiliki hak akses langsung kepada Allah. Barclay menjelaskan bahwa ini berarti setiap orang Kristen memiliki hak untuk berbicara dengan Allah, untuk mempersembahkan doa-doa, dan untuk mengalami hadirat-Nya. Sebagai orang percaya, kita tidak memerlukan perantara manusiawi untuk mencapai Allah, tetapi kita memiliki akses langsung melalui Yesus Kristus.
Bangsa yang Kudus: Kehidupan yang Didedikasikan pada Allah
Menjadi bangsa yang kudus tidak hanya berarti menjadi berbeda dari dunia, tetapi lebih dalam dari itu. Ini berarti hidup kita sepenuhnya didedikasikan pada kehendak dan pelayanan Allah. Barclay menjelaskan bahwa kekudusan itu sendiri adalah "disediakan untuk melakukan kehendak Allah dan pelayanan-Nya." Sebagai umat Allah, kita dipanggil untuk hidup berbeda dari dunia ini, untuk mengikuti kehendak-Nya, dan melayani sesama dengan kasih.
Menjadi bangsa yang kudus tidak hanya berarti menjadi berbeda dari dunia, tetapi lebih dalam dari itu. Ini berarti hidup kita sepenuhnya didedikasikan pada kehendak dan pelayanan Allah. Barclay menjelaskan bahwa kekudusan itu sendiri adalah "disediakan untuk melakukan kehendak Allah dan pelayanan-Nya." Sebagai umat Allah, kita dipanggil untuk hidup berbeda dari dunia ini, untuk mengikuti kehendak-Nya, dan melayani sesama dengan kasih.
Umat Kepunyaan Allah Sendiri: Pentingnya Menjadi Milik-Nya
Barclay mengatakan bahwa sesuatu sering kali menjadi penting dan berharga karena itu menjadi milik dari seseorang yang penting. Demikian pula, kita sebagai orang Kristen menjadi penting karena kita menjadi milik Allah.
Barclay mengatakan bahwa sesuatu sering kali menjadi penting dan berharga karena itu menjadi milik dari seseorang yang penting. Demikian pula, kita sebagai orang Kristen menjadi penting karena kita menjadi milik Allah.
Calvin menekankan bahwa "Ia menguduskan kita, yang secara alamiah terpolusi; Ia memilih kita, pada waktu kita tidak bisa mendapatkan apa pun dalam kita kecuali kotoran dan kebusukan / kehinaan; Ia membuat milikNya yang istimewa dari sampah / ampas yang tak berharga." Ini menunjukkan bahwa pentingnya kita tidak terletak pada diri kita sendiri, tetapi pada fakta bahwa kita adalah kepunyaan Allah.
Pentransferan Gelar-Gelar Israel kepada Gereja: Kehormatan dan Tanggung Jawab
Seperti yang dijelaskan dalam Pulpit Commentary, Petrus mengambil konsep-konsep kehormatan dan kedudukan dari Israel dan mentransfernya kepada Gereja. Ini menunjukkan bahwa Gereja sekarang adalah pewaris dari posisi Israel yang hilang. Calvin mengatakan bahwa Petrus ingin mengingatkan kita bahwa semua gelar dan kehormatan ini sekarang menjadi milik kita, dan oleh karena itu kita memiliki tanggung jawab untuk mempertahankannya.
Seperti yang dijelaskan dalam Pulpit Commentary, Petrus mengambil konsep-konsep kehormatan dan kedudukan dari Israel dan mentransfernya kepada Gereja. Ini menunjukkan bahwa Gereja sekarang adalah pewaris dari posisi Israel yang hilang. Calvin mengatakan bahwa Petrus ingin mengingatkan kita bahwa semua gelar dan kehormatan ini sekarang menjadi milik kita, dan oleh karena itu kita memiliki tanggung jawab untuk mempertahankannya.
Memuliakan Allah melalui Kehidupan dan Pelayanan
Akhirnya, kita dipanggil untuk memberitakan perbuatan-perbuatan besar dari Allah. Pulpit Commentary menjelaskan bahwa "pujian" sebenarnya berarti "kebajikan / kebaikan." Ini menunjukkan bahwa kita dipanggil untuk menyatakan kebaikan dan kebesaran Allah melalui kata-kata dan perbuatan kita sehari-hari. Sebagai umat yang dipilih, imam yang rajani, bangsa yang kudus, dan umat kepunyaan Allah sendiri, tugas kita adalah memuliakan Allah melalui kehidupan kita.
Kesimpulan:
Akhirnya, kita dipanggil untuk memberitakan perbuatan-perbuatan besar dari Allah. Pulpit Commentary menjelaskan bahwa "pujian" sebenarnya berarti "kebajikan / kebaikan." Ini menunjukkan bahwa kita dipanggil untuk menyatakan kebaikan dan kebesaran Allah melalui kata-kata dan perbuatan kita sehari-hari. Sebagai umat yang dipilih, imam yang rajani, bangsa yang kudus, dan umat kepunyaan Allah sendiri, tugas kita adalah memuliakan Allah melalui kehidupan kita.
Kesimpulan:
Dengan memahami dan menghayati panggilan di 1 Petrus 2:9 ini, kita dapat hidup sebagai saksi-saksi Kristus di dunia ini. Setiap langkah dan tindakan kita harus mencerminkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang Allah anugerahkan kepada kita sebagai umat-Nya. Inilah esensi dari menjadi bagian dari bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, dan umat kepunyaan Allah sendiri.
Jadi, mari kita berusaha untuk hidup sesuai dengan panggilan dan kehendak Allah, sehingga kita dapat membawa kemuliaan bagi nama-Nya. Terimalah panggilan-Nya dengan sukacita, dan biarkan hidup kita menjadi bukti yang hidup akan kebaikan-Nya. Sebagai orang percaya, kita memiliki tanggung jawab untuk menjalani hidup yang sesuai dengan panggilan-Nya.
Jadi, mari kita berusaha untuk hidup sesuai dengan panggilan dan kehendak Allah, sehingga kita dapat membawa kemuliaan bagi nama-Nya. Terimalah panggilan-Nya dengan sukacita, dan biarkan hidup kita menjadi bukti yang hidup akan kebaikan-Nya. Sebagai orang percaya, kita memiliki tanggung jawab untuk menjalani hidup yang sesuai dengan panggilan-Nya.