Iman dan Perbuatan dalam Yakobus 2:20-26
Pendahuluan:
Yakobus 2:20-26 memberikan salah satu penjelasan paling penting mengenai hubungan antara iman dan perbuatan dalam kehidupan Kristen. Dalam bagian ini, Yakobus menekankan bahwa iman yang sejati tidak dapat dipisahkan dari perbuatan. Untuk memperjelas poinnya, ia menggunakan dua contoh penting dari Perjanjian Lama, yaitu Abraham dan Rahab, untuk menggambarkan bagaimana iman yang hidup selalu menghasilkan tindakan yang sesuai. Yakobus memperlihatkan bahwa iman yang benar melibatkan ketaatan yang nyata dan bukan sekadar pengakuan atau kepercayaan tanpa bukti.Artikel ini akan mengkaji dua ilustrasi dalam Yakobus 2:20-26 melalui pandangan beberapa pakar teologi dan rujukan Alkitab yang relevan. Dengan memahami ajaran Yakobus tentang iman dan perbuatan, kita dapat mengeksplorasi bagaimana iman Kristen yang sejati seharusnya tercermin dalam tindakan nyata sehari-hari.
Teks Yakobus 2:20-26
Yakobus 2:20-26 (TB):
"Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’ Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain? Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati."
1. Latar Belakang Surat Yakobus: Iman dan Perbuatan
Surat Yakobus sering disebut sebagai surat yang berfokus pada aplikasi praktis dari iman Kristen. Yakobus menulis kepada jemaat Kristen yang tersebar, banyak di antaranya menghadapi berbagai ujian iman. Fokus Yakobus pada iman dan perbuatan mencerminkan keprihatinannya bahwa banyak orang Kristen mengaku memiliki iman, namun hidup mereka tidak menunjukkan bukti nyata dari iman itu. Ia menekankan bahwa iman yang sejati akan tampak dalam perbuatan baik, yang merupakan buah dari iman yang hidup.
a. Hubungan Iman dan Perbuatan dalam Teologi Kristen
Dalam teologi Kristen, hubungan antara iman dan perbuatan telah menjadi topik perdebatan panjang. Teolog terkenal, John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, menjelaskan bahwa iman yang benar tidak pernah terpisah dari perbuatan. Calvin menekankan bahwa iman sejati harus menghasilkan buah yang tampak dalam perbuatan, karena iman yang tidak menunjukkan perbuatan baik hanyalah kepercayaan yang kosong. Calvin menunjukkan bahwa Yakobus tidak berkontradiksi dengan Paulus, yang mengajarkan bahwa keselamatan adalah hasil dari kasih karunia melalui iman, tetapi menekankan bahwa iman sejati selalu aktif dan produktif.
Menurut Calvin, perbuatan baik adalah tanda dari iman yang sejati. Iman bukanlah hasil dari perbuatan, tetapi perbuatan merupakan bukti dari iman yang telah ditanamkan oleh Allah dalam hati kita.
b. Pendekatan Yakobus terhadap Iman yang Hidup
Yakobus menekankan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati, yang berarti bahwa iman yang tidak menghasilkan perubahan dalam hidup seseorang adalah iman yang tidak memiliki kuasa untuk menyelamatkan. Dalam bagian ini, Yakobus menggunakan contoh Abraham dan Rahab untuk menunjukkan bagaimana iman sejati diungkapkan dalam tindakan ketaatan kepada Allah. Teolog John MacArthur dalam Faith Works: The Gospel According to the Apostles (1993) menegaskan bahwa iman yang sejati adalah iman yang mempengaruhi cara hidup seseorang. Yakobus tidak menyangkal pentingnya iman, tetapi ia menunjukkan bahwa iman yang sejati harus menghasilkan perbuatan-perbuatan yang membuktikan kepercayaan seseorang kepada Allah.
2. Ilustrasi Pertama: Abraham sebagai Contoh Iman yang Diperlihatkan melalui Perbuatan (Yakobus 2:21-24)
Yakobus menggunakan Abraham, bapak bangsa Israel, sebagai contoh utama untuk menunjukkan bahwa iman sejati memerlukan tindakan nyata. Ia merujuk pada peristiwa ketika Abraham diminta Allah untuk mempersembahkan Ishak, anak yang sangat dikasihinya, sebagai korban di atas mezbah (Kejadian 22:1-14). Meskipun perintah ini sulit, Abraham taat, dan Allah melihatnya sebagai tindakan iman yang nyata.
a. Iman Abraham yang Dinyatakan melalui Ketaatan
Ketika Abraham bersedia mempersembahkan Ishak, ia menunjukkan ketaatannya kepada Allah, dan tindakan ini membuktikan imannya. Teolog D.A. Carson dalam The Gospel According to the Apostles (2000) menjelaskan bahwa iman Abraham bukanlah iman yang pasif, tetapi iman yang diwujudkan melalui tindakan yang berani dan penuh pengorbanan. Menurut Carson, iman yang benar selalu melibatkan respons aktif terhadap Allah, yang dibuktikan melalui ketaatan bahkan dalam situasi yang sulit.
Carson menekankan bahwa tindakan Abraham adalah hasil dari keyakinannya pada janji Allah, meskipun tampaknya bertentangan dengan logika manusia. Dengan melaksanakan perintah Allah untuk mempersembahkan Ishak, Abraham menunjukkan bahwa imannya tidak hanya berupa kepercayaan intelektual, tetapi juga ketaatan yang konkret.
b. Iman yang Sempurna melalui Perbuatan
Yakobus menyatakan bahwa "iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna" (Yakobus 2:22). Ini berarti bahwa iman Abraham menjadi lengkap melalui perbuatannya. John Stott dalam Basic Christianity (1958) menegaskan bahwa iman Abraham adalah iman yang berkembang menjadi sempurna ketika ia menaati perintah Allah. Stott menjelaskan bahwa iman yang sejati akan bertumbuh dan matang melalui ujian-ujian dalam hidup, dan perbuatan-perbuatan ketaatan menunjukkan kualitas iman yang hidup.
Menurut Stott, iman yang sejati adalah iman yang tidak hanya mempengaruhi pikiran tetapi juga tindakan kita. Ketika kita taat kepada Allah dalam tindakan nyata, iman kita dipertajam dan dimurnikan, sebagaimana iman Abraham.
3. Ilustrasi Kedua: Rahab sebagai Contoh Iman yang Bertindak dalam Risiko (Yakobus 2:25)
Ilustrasi kedua yang digunakan Yakobus adalah Rahab, seorang perempuan Kanaan yang bekerja sebagai pelacur di Yerikho. Ketika mata-mata Israel datang ke Yerikho, Rahab menyembunyikan mereka dan membantu mereka melarikan diri. Dalam tindakan tersebut, Rahab menunjukkan keberaniannya dan imannya kepada Allah, meskipun tindakan ini penuh risiko.
a. Iman Rahab yang Berani dan Berisiko
Yakobus menyatakan bahwa Rahab dibenarkan oleh perbuatannya ketika ia melindungi mata-mata dan menyelamatkan mereka dari bahaya (Yosua 2:1-21). Rahab, yang bukan orang Israel, menunjukkan iman yang hidup melalui tindakan berani yang menempatkan hidupnya dalam risiko. Menurut William Barclay dalam The Letters of James and Peter (1976), iman Rahab adalah iman yang melibatkan risiko besar, dan ia percaya pada Allah Israel, meskipun ia mungkin belum memiliki pemahaman yang lengkap.
Barclay menekankan bahwa iman sejati sering kali melibatkan keberanian dan kesiapan untuk mengambil risiko demi kebenaran. Rahab bukan hanya percaya dalam hati, tetapi ia menunjukkan iman itu melalui tindakan yang konkret. Ini menunjukkan bahwa iman sejati menggerakkan kita untuk bertindak, bahkan jika tindakan itu memerlukan pengorbanan atau risiko.
b. Perbuatan sebagai Bukti dari Iman yang Aktif
Rahab menunjukkan bahwa iman bukan sekadar keyakinan, tetapi juga keberanian untuk bertindak sesuai dengan keyakinan tersebut. Teolog N.T. Wright dalam Simply Christian (2006) menekankan bahwa iman yang benar adalah iman yang aktif, yang tidak takut untuk mengambil langkah-langkah nyata dalam situasi yang sulit. Wright menjelaskan bahwa tindakan Rahab adalah bukti bahwa ia percaya kepada Allah yang berkuasa dan lebih memilih untuk melayani-Nya daripada mempertahankan keselamatan dirinya sendiri.
Wright juga menggarisbawahi bahwa Rahab, meskipun seorang non-Israel dan berdosa, dapat diterima karena iman dan perbuatannya. Ini menunjukkan bahwa iman yang sejati terbuka bagi semua orang, dan bahwa kebenaran iman tidak terletak pada latar belakang seseorang tetapi pada respons iman terhadap Allah.
4. Hubungan Iman dan Perbuatan: Sebuah Kesimpulan Teologis
Dari kedua contoh ini, Yakobus menyimpulkan bahwa "seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati" (Yakobus 2:26). Dengan kata lain, iman tanpa perbuatan adalah seperti tubuh tanpa kehidupan – tidak berguna dan mati. Melalui ilustrasi Abraham dan Rahab, Yakobus menegaskan bahwa iman sejati harus melibatkan tindakan nyata yang membuktikan ketaatan dan pengabdian kepada Allah.
a. Iman sebagai Dorongan untuk Bertindak
Teolog John Piper dalam bukunya Desiring God (1986) menekankan bahwa iman adalah kekuatan yang menggerakkan kita untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah. Piper menjelaskan bahwa iman yang sejati akan menghasilkan perubahan dalam hidup seseorang, dan perubahan ini akan tercermin dalam perbuatan-perbuatan yang memuliakan Allah. Iman yang benar tidak pernah tinggal diam, tetapi menggerakkan hati untuk bertindak dengan kasih dan ketaatan.
Piper juga menekankan bahwa iman tidak hanya soal percaya dalam hati, tetapi juga memotivasi kita untuk melayani sesama dan menunjukkan kasih Allah melalui perbuatan baik. Dengan kata lain, iman yang sejati akan selalu tercermin dalam tindakan yang nyata.
b. Perbuatan Sebagai Buah dari Iman yang Hidup
Dalam Yohanes 15:5, Yesus berkata, "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak." Dalam hal ini, perbuatan baik adalah buah dari iman yang sejati, yang bertumbuh dari hubungan kita dengan Kristus. Teolog R.C. Sproul dalam The Holiness of God (1985) menekankan bahwa perbuatan baik adalah hasil alami dari iman yang berakar dalam Kristus.
Menurut Sproul, perbuatan bukanlah alat untuk mencapai keselamatan, tetapi merupakan hasil dari kehidupan yang telah ditebus oleh kasih karunia Allah. Ketika kita hidup dalam Kristus, Roh Kudus akan memampukan kita untuk menghasilkan buah-buah kebaikan sebagai bukti dari iman yang hidup.
5. Aplikasi Praktis bagi Orang Percaya Masa Kini
Pengajaran Yakobus tentang iman dan perbuatan memiliki implikasi yang mendalam bagi orang percaya masa kini. Kita dipanggil untuk menjalani iman kita dengan tindakan nyata yang mencerminkan ketaatan kepada Allah dan kasih kepada sesama.
a. Mempraktikkan Iman dalam Kasih kepada Sesama
Salah satu cara kita menunjukkan iman yang hidup adalah dengan mengasihi sesama melalui tindakan yang nyata. 1 Yohanes 3:18 mengatakan, "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." Kita dipanggil untuk membantu mereka yang membutuhkan, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan tindakan nyata yang menunjukkan kasih Allah.
b. Mengambil Langkah-langkah Iman dengan Keberanian
Rahab menunjukkan bahwa iman sejati memerlukan keberanian. Kita dipanggil untuk hidup dalam iman, mengambil langkah-langkah yang terkadang membutuhkan risiko, tetapi mempercayakan semuanya kepada Allah. Dengan mengikuti teladan Rahab, kita dapat mengembangkan iman yang kuat yang siap untuk bertindak, meskipun ada risiko atau tantangan.
c. Menjadi Sahabat Allah Melalui Ketaatan
Yakobus menyebut Abraham sebagai "Sahabat Allah" karena ketaatannya yang luar biasa. Sebagai orang percaya, kita juga dipanggil untuk menaati Allah dalam segala hal, sehingga kita dapat menjadi sahabat-Nya. Ketika kita hidup dalam ketaatan dan menunjukkan iman kita melalui perbuatan, kita menunjukkan kasih kita kepada Allah.
Kesimpulan
Yakobus 2:20-26 mengajarkan bahwa iman yang sejati harus terlihat dalam perbuatan yang nyata. Melalui ilustrasi Abraham dan Rahab, Yakobus menegaskan bahwa iman yang hidup tidak pernah pasif, tetapi aktif dalam tindakan yang menunjukkan ketaatan kepada Allah dan kasih kepada sesama.
Pandangan dari para teolog seperti John Calvin, John MacArthur, William Barclay, N.T. Wright, dan John Piper memberikan wawasan yang membantu kita memahami bahwa iman Kristen yang sejati adalah iman yang produktif. Iman tanpa perbuatan adalah mati, seperti tubuh tanpa roh. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menunjukkan iman kita melalui perbuatan yang mencerminkan kasih, ketaatan, dan pengabdian kepada Allah. Dengan mengikuti teladan Abraham dan Rahab, kita dapat menjalani kehidupan yang memuliakan Allah melalui iman yang hidup dan perbuatan yang baik.