Jehovah Shalom: Tuhan Adalah Damai Sejahtera Kita

 Pendahuluan

Salah satu nama Allah yang paling kaya makna dan penting dalam Alkitab adalah Jehovah Shalom, yang berarti "Tuhan adalah damai sejahtera kita." Nama ini pertama kali diperkenalkan dalam Hakim-Hakim 6:24, di mana Gideon, salah seorang hakim Israel, membangun sebuah mezbah dan menamainya "Jehovah Shalom." Nama ini muncul dalam konteks yang penuh ketegangan, ketika bangsa Israel berada di bawah penindasan dan kekacauan yang disebabkan oleh musuh-musuh mereka. Dalam situasi seperti itu, Tuhan menyatakan diri-Nya sebagai sumber damai sejahtera, yang melebihi segala 
ketakutan, kekacauan, dan kesulitan.

Jehovah Shalom: Tuhan Adalah Damai Sejahtera Kita
Artikel ini akan mengeksplorasi secara mendalam makna dari nama Jehovah Shalom, menggali konteks historis di mana nama ini pertama kali digunakan, dan memahami aplikasi teologis serta praktis bagi kehidupan orang percaya masa kini.

1. Pengertian Nama Jehovah Shalom

Nama Jehovah berasal dari kata Ibrani YHWH (Yahweh), yang merujuk kepada Allah dalam Perjanjian Lama sebagai Tuhan yang kekal, tidak berubah, dan penuh kuasa. Nama Shalom adalah kata Ibrani yang secara harfiah berarti damai, tetapi maknanya lebih dalam dari sekadar ketiadaan perang atau konflik. Shalom mencakup konsep damai yang menyeluruh, yang meliputi kesejahteraan fisik, mental, emosional, dan spiritual. Ini adalah keadaan hidup yang sepenuhnya selaras dengan kehendak Tuhan, di mana tidak ada ketakutan, gangguan, atau perpecahan.

Dengan demikian, Jehovah Shalom berarti bahwa Tuhan sendiri adalah sumber dari segala damai sejahtera yang sejati. Damai yang berasal dari Tuhan bukan hanya ketiadaan konflik, melainkan kelengkapan, kesejahteraan, dan harmoni dalam hidup.

2. Konteks Alkitabiah: Gideon dan Penindasan Bangsa Israel

Nama Jehovah Shalom pertama kali disebutkan dalam kisah Gideon, yang tercatat dalam Hakim-Hakim 6:1-24. Kisah ini terjadi ketika bangsa Israel berada dalam periode krisis besar. Mereka telah berulang kali jatuh ke dalam dosa penyembahan berhala, meninggalkan Tuhan dan mengikuti dewa-dewa bangsa-bangsa asing di sekitar mereka. Sebagai akibat dari ketidaksetiaan mereka, Tuhan membiarkan bangsa Midian menindas Israel selama tujuh tahun.

Midian menghancurkan hasil bumi Israel, membuat mereka hidup dalam ketakutan dan kelaparan. Orang Israel bahkan harus bersembunyi di gua-gua dan tempat-tempat perlindungan lainnya untuk menghindari serangan musuh. Dalam situasi penuh penderitaan ini, bangsa Israel berseru kepada Tuhan, memohon pertolongan-Nya.

Hakim-Hakim 6:11-24 (TB): "Kemudian datanglah Malaikat TUHAN dan duduk di bawah pohon tarbantin yang di Ofra, kepunyaan Yoas, orang Abiezer itu; sedang Gideon, anaknya, mengirik gandum dalam tempat pemerasan anggur untuk menyembunyikannya dari orang Midian. Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya: 'TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani.' Lalu Gideon menjawab Dia: 'Ah, tuanku, jika TUHAN menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib, yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: Bukankah TUHAN telah menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi sekarang, TUHAN membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian.' TUHAN berpaling kepadanya dan berfirman: 'Pergilah dengan kekuatanmu ini dan selamatkanlah orang Israel dari cengkeraman orang Midian. Bukankah Aku mengutus engkau!' Tetapi jawabnya kepada-Nya: 'Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan aku ini pun yang paling muda di antara kaum keluargaku.' Berfirmanlah TUHAN kepadanya: 'Sesungguhnya Aku akan menyertai engkau dan engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis.' Lalu berkatalah Gideon kepada-Nya: 'Jika sekiranya aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, maka berikanlah kepadaku suatu tanda, bahwa Engkau sendirilah yang berfirman kepadaku. Janganlah kiranya Engkau pergi dari sini, sampai aku kembali kepada-Mu dan membawa persembahanku serta meletakkannya di depan-Mu.' Firman-Nya: 'Aku akan tinggal sampai engkau kembali.' Maka masuklah Gideon ke dalam rumah, menyediakan seekor anak kambing, dan membuat roti yang tidak beragi dari satu efa tepung. Daging itu ditaruhnya di dalam sebuah bakul dan kuahnya dituangkannya ke dalam sebuah periuk, lalu dibawanya kepada-Nya di bawah pohon tarbantin, lalu dipersembahkannya. Dan Malaikat Allah berfirman kepadanya: 'Ambillah daging dan roti yang tidak beragi itu, letakkanlah di atas batu ini dan tuangkan kuahnya.' Maka diperbuatnyalah demikian. Dan Malaikat TUHAN mengulurkan tongkat yang ada di tangan-Nya, dan dengan ujungnya dijamahnya daging serta roti yang tidak beragi itu. Maka timbullah api dari bukit batu itu dan memakan habis daging serta roti yang tidak beragi itu. Kemudian lenyaplah Malaikat TUHAN dari pandangannya. Maka tahulah Gideon, bahwa itulah Malaikat TUHAN, lalu katanya: 'Celakalah aku, Tuhanku ALLAH! Sebab memang telah kulihat Malaikat TUHAN dengan berhadapan muka.' Tetapi berfirmanlah TUHAN kepadanya: 'Selamatlah engkau! Jangan takut, engkau tidak akan mati.' Lalu Gideon mendirikan mezbah di sana bagi TUHAN dan menamainya: 'TUHAN itu keselamatan.' Sampai sekarang mezbah itu masih ada di Ofra, kota orang Abiezer."

Dalam kisah ini, Gideon merasa takut dan tidak percaya diri saat pertama kali dipanggil oleh Malaikat Tuhan. Namun, setelah Tuhan menunjukkan tanda-tanda-Nya, Gideon mendapatkan keberanian dan keyakinan bahwa Tuhan sungguh-sungguh bersamanya. Setelah pertemuan tersebut, Gideon mendirikan sebuah mezbah dan menamainya "Jehovah Shalom," mengakui bahwa Tuhan adalah damai sejahtera di tengah kekacauan dan ketakutan yang ia rasakan.

3. Makna Teologis Jehovah Shalom

Nama Jehovah Shalom mengandung beberapa makna teologis yang sangat mendalam, terutama dalam kaitannya dengan damai sejahtera yang Allah tawarkan kepada umat-Nya. Berikut beberapa makna penting dari nama ini:

a. Damai Sejahtera di Tengah Kekacauan

Gideon hidup dalam masa penuh kekacauan, di mana bangsa Israel mengalami penindasan dan penderitaan berat. Namun, di tengah-tengah situasi itu, Tuhan menyatakan diri-Nya sebagai Jehovah Shalom, yang berarti Tuhan memberikan damai di tengah kekacauan. Ini adalah pengingat bahwa damai sejahtera yang diberikan oleh Tuhan bukanlah tergantung pada keadaan eksternal. Damai yang datang dari Tuhan adalah damai yang melampaui segala pengertian manusia, seperti yang disebutkan dalam Filipi 4:7: "Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus."

Bagi orang percaya, Tuhan sebagai Jehovah Shalom berarti bahwa kita dapat memiliki damai sejahtera meskipun dunia di sekitar kita penuh dengan ketidakpastian, ancaman, atau penderitaan. Tuhan yang memberikan damai bukan hanya menawarkan kelegaan sementara, tetapi damai yang abadi, yang mampu menenangkan hati dan pikiran kita.

b. Damai Sejahtera Melalui Hubungan dengan Tuhan

Shalom dalam pengertian Ibrani lebih dari sekadar ketiadaan konflik. Shalom berbicara tentang relasi yang utuh dengan Tuhan, relasi yang harmonis, di mana manusia mengalami damai sejahtera dalam dirinya karena berada dalam kehendak Tuhan. Damai sejahtera yang sejati tidak dapat ditemukan di luar Tuhan. Ketika Gideon membangun mezbah dan menamainya Jehovah Shalom, ia mengakui bahwa hanya melalui hubungan dengan Tuhan, bangsa Israel bisa mendapatkan damai sejahtera yang sejati. Ini berlaku bagi kita juga. Damai sejahtera hanya dapat diperoleh melalui hubungan yang erat dengan Tuhan.

c. Damai Sejahtera sebagai Tanda dari Kehadiran Tuhan

Ketika Gideon merasa takut setelah menyadari bahwa ia telah melihat Tuhan secara langsung melalui Malaikat-Nya, Tuhan menjawab dengan mengatakan: "Selamatlah engkau! Jangan takut, engkau tidak akan mati." Tuhan memberikan jaminan kepada Gideon bahwa ia tidak perlu takut, karena kehadiran Tuhan membawa damai sejahtera. Ini juga mengingatkan kita bahwa di mana ada kehadiran Tuhan, di situ ada damai sejahtera. Kita tidak perlu takut akan apa pun ketika kita sadar bahwa Tuhan beserta kita.

4. Aplikasi Praktis Nama Jehovah Shalom dalam Kehidupan Orang Percaya

Nama Jehovah Shalom memiliki banyak aplikasi praktis bagi kehidupan kita sebagai orang percaya. Berikut adalah beberapa cara kita dapat menghidupi makna dari nama ini:

a. Mencari Damai Sejahtera di Tengah Tantangan

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menghadapi berbagai tantangan yang dapat mengguncang damai sejahtera kita, seperti masalah keuangan, kesehatan, hubungan, dan pekerjaan. Nama Jehovah Shalom mengingatkan kita bahwa damai sejahtera Tuhan tidak tergantung pada situasi atau keadaan. Ketika kita merasa gelisah, takut, atau khawatir, kita dapat berdoa dan memohon agar Tuhan, sebagai Jehovah Shalom, memberikan kita damai sejahtera di tengah badai kehidupan. Kita diingatkan untuk bersandar pada Tuhan yang adalah sumber damai yang sejati.

b. Mengandalkan Tuhan sebagai Sumber Damai Sejahtera

Kehidupan modern sering kali penuh dengan tekanan dan stres. Banyak orang mencari damai sejahtera melalui berbagai cara, seperti harta benda, hiburan, atau prestasi pribadi. Namun, damai yang sejati hanya bisa ditemukan di dalam Tuhan. Sebagai orang percaya, kita harus belajar mengandalkan Tuhan setiap hari, percaya bahwa Dia adalah Jehovah Shalom, yang memberikan damai sejahtera di hati kita, terlepas dari apa yang terjadi di sekitar kita.

c. Menyebarkan Damai Sejahtera Tuhan kepada Orang Lain

Sebagai pengikut Kristus, kita juga dipanggil untuk menjadi pembawa damai bagi orang lain. Dalam Matius 5:9, Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." Jika Tuhan adalah Jehovah Shalom dalam hidup kita, kita harus mencerminkan damai-Nya kepada orang-orang di sekitar kita. Kita dapat menjadi agen perdamaian, baik dalam hubungan pribadi maupun dalam komunitas yang lebih luas.

d. Damai Sejahtera yang Diberikan oleh Yesus Kristus

Yesus, sebagai Sang Mesias, adalah perwujudan sempurna dari Jehovah Shalom. Dalam Yohanes 14:27, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia ini. Janganlah gelisah dan gentar hatimu." Yesus Kristus adalah penggenapan dari damai sejahtera Allah yang dijanjikan kepada umat-Nya. Melalui karya penebusan-Nya di kayu salib, Yesus mendamaikan manusia dengan Allah, sehingga kita dapat menikmati damai sejahtera yang kekal. Oleh karena itu, kita harus selalu berpegang pada Kristus sebagai sumber damai sejahtera kita.

5. Kesimpulan

Nama Jehovah Shalom memberikan penghiburan yang mendalam bagi orang percaya. Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian, kekacauan, dan ketakutan, Tuhan menyatakan diri-Nya sebagai sumber damai sejahtera yang sejati. Melalui kisah Gideon, kita belajar bahwa damai sejahtera Tuhan tidak tergantung pada keadaan, melainkan datang dari kehadiran dan kuasa-Nya yang mengatasi segala ketakutan dan kegelisahan.

Sebagai Jehovah Shalom, Tuhan menawarkan kepada kita damai yang melampaui segala akal, yang dapat menjaga hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus. Dengan mengandalkan Tuhan dan berjalan dalam hubungan yang dekat dengan-Nya, kita dapat mengalami damai sejahtera yang sejati dalam hidup kita, dan kita dipanggil untuk menyebarkan damai tersebut kepada orang lain.

Berdoalah mohon Roh Kudus memberikan pengertian ketika kita melakukan studi Alkitab.

Next Post Previous Post