Lima Syarat Persekutuan:1 Yohanes 1:3-10 dan 1 Yohanes 2:1-2

 Pendahuluan:

Surat 1 Yohanes adalah salah satu tulisan dalam Perjanjian Baru yang sangat penting karena membahas hubungan antara iman, persekutuan dengan Allah, dan kehidupan moral. Di dalam 1 Yohanes 1:3-10 dan 1 Yohanes 2:1-2, rasul Yohanes menjelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh orang percaya agar dapat memiliki persekutuan yang sejati dengan Allah. Surat ini menekankan bagaimana hidup dalam terang dan pengakuan dosa menjadi dasar dari persekutuan kita dengan Tuhan dan 
sesama.

Lima Syarat Persekutuan:1 Yohanes 1:3-10 dan 1 Yohanes 2:1-2
Artikel ini akan membahas secara mendalam lima syarat persekutuan yang diuraikan oleh Yohanes dalam 1 Yohanes 1:3-10 dan 1 Yohanes 2:1-2. Kita akan melihat bagaimana syarat-syarat ini relevan untuk kehidupan Kristen saat ini, serta mengutip pandangan beberapa pakar teologi dan buku-buku teologis yang memperkaya pemahaman kita tentang topik ini. 

1. Syarat Persekutuan #1: Hidup dalam Terang (1 Yohanes 1:5-7)

Salah satu syarat utama yang diberikan Yohanes untuk memiliki persekutuan dengan Allah adalah hidup dalam terang. Di dalam 1 Yohanes 1:5, Yohanes mengingatkan bahwa Allah adalah terang, dan di dalam-Nya sama sekali tidak ada kegelapan. Hal ini menunjukkan bahwa persekutuan dengan Allah hanya mungkin jika kita berjalan dalam terang, yaitu dalam kebenaran dan kekudusan.

a. Hidup dalam Terang sebagai Kehidupan yang Sejati

Hidup dalam terang berarti hidup dalam kebenaran Allah dan menjauh dari segala bentuk kegelapan moral atau dosa. Yohanes menggunakan metafora terang dan kegelapan untuk membedakan antara hidup yang selaras dengan kehendak Allah dan hidup dalam dosa. Douglas J. Moo, dalam bukunya The Letters of John, menjelaskan bahwa hidup dalam terang adalah hidup yang transparan di hadapan Allah, tanpa ada dosa yang disembunyikan. Ini juga mencerminkan karakter Allah yang kudus dan benar.

Hidup dalam terang tidak berarti hidup tanpa dosa sama sekali, melainkan hidup yang selalu terbuka untuk pengakuan dosa dan menerima pengampunan Allah. Menurut John Stott, dalam bukunya The Letters of John, hidup dalam terang adalah tanda bahwa kita memiliki persekutuan yang benar dengan Allah. Stott menekankan bahwa hidup dalam terang juga berarti hidup dalam ketaatan kepada perintah-perintah-Nya.

b. Persekutuan dengan Sesama dalam Terang

Selain persekutuan dengan Allah, hidup dalam terang juga membawa kita kepada persekutuan dengan sesama orang percaya. Dalam 1 Yohanes 1:7, Yohanes menekankan bahwa jika kita hidup dalam terang, kita juga akan memiliki persekutuan yang sejati dengan sesama orang percaya. Ini menunjukkan bahwa persekutuan dengan Allah tidak dapat dipisahkan dari persekutuan dengan saudara-saudara seiman.

Teolog N.T. Wright, dalam bukunya The Early Christian Letters for Everyone, menjelaskan bahwa hidup dalam terang bukan hanya tentang hubungan vertikal dengan Allah, tetapi juga hubungan horizontal dengan orang lain. Wright mencatat bahwa kehidupan Kristen yang sejati harus diwujudkan dalam kasih dan hubungan yang murni dengan sesama.

2. Syarat Persekutuan #2: Mengakui Dosa (1 Yohanes 1:8-9)

Syarat kedua untuk memiliki persekutuan dengan Allah adalah pengakuan dosa. Di dalam 1 Yohanes 1:8, Yohanes menyatakan bahwa jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa, kita menipu diri sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Yohanes menekankan pentingnya mengakui dosa sebagai bagian dari hidup dalam terang dan kebenaran.

a. Bahaya Menyangkal Dosa

Yohanes mengingatkan bahwa menyangkal dosa adalah bentuk penipuan diri. Tidak ada seorang pun yang sempurna dan tidak berdosa. Pengakuan ini penting untuk menjaga hubungan yang murni dengan Allah. Menurut R.C. Sproul, dalam bukunya The Holiness of God, menyangkal dosa adalah tindakan yang berbahaya karena itu membuat kita jauh dari kasih karunia dan pengampunan Allah. Sproul menegaskan bahwa pengakuan dosa adalah langkah pertama menuju pemulihan dan persekutuan yang sejati dengan Allah.

b. Janji Pengampunan

Namun, Yohanes memberikan harapan bagi mereka yang mengakui dosa mereka. Di dalam 1 Yohanes 1:9, Yohanes menulis bahwa jika kita mengakui dosa kita, Allah adalah setia dan adil untuk mengampuni dosa-dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Pengakuan dosa membawa kita kepada pengampunan Allah, yang membuka jalan untuk persekutuan yang lebih mendalam dengan-Nya.

John MacArthur, dalam The MacArthur New Testament Commentary: 1-3 John, menekankan bahwa janji pengampunan ini adalah dasar dari hubungan kita dengan Allah. MacArthur mencatat bahwa pengakuan dosa menunjukkan ketergantungan kita pada kasih karunia Allah, dan pengampunan yang kita terima membuktikan kesetiaan dan keadilan Tuhan.

3. Syarat Persekutuan #3: Menjauh dari Dosa (1 Yohanes 2:1)

Yohanes melanjutkan dengan memberikan nasihat agar orang percaya tidak berbuat dosa. Di dalam 1 Yohanes 2:1, dia menulis bahwa ia menuliskan hal-hal ini supaya kita jangan berbuat dosa. Ini menunjukkan bahwa menjauh dari dosa adalah bagian penting dari persekutuan dengan Allah.

a. Panggilan untuk Kekudusan

Orang Kristen dipanggil untuk hidup dalam kekudusan dan menjauh dari dosa. Meski Yohanes mengakui bahwa kita semua kadang jatuh dalam dosa, dia tetap menekankan bahwa tujuan dari kehidupan Kristen adalah untuk menjadi lebih seperti Kristus, yaitu hidup dalam ketaatan dan kekudusan. J.I. Packer, dalam bukunya Knowing God, menjelaskan bahwa panggilan untuk hidup dalam kekudusan adalah respons terhadap kasih dan pengampunan Allah. Packer menegaskan bahwa kehidupan yang kudus adalah tanda dari persekutuan yang benar dengan Tuhan.

b. Kegagalan dan Pemulihan

Namun, Yohanes juga realistis dalam memahami bahwa manusia sering kali gagal. Oleh karena itu, ia menambahkan bahwa jika seseorang jatuh dalam dosa, Yesus Kristus adalah pengantara kita (1 Yohanes 2:1). Ini adalah pengingat bahwa meskipun kita dipanggil untuk hidup kudus, kita masih membutuhkan pertolongan Kristus sebagai Pengantara kita setiap kali kita gagal.

Teolog John Stott mencatat bahwa Yohanes tidak hanya menekankan pentingnya kekudusan, tetapi juga memberikan penghiburan kepada mereka yang jatuh. Kristus, sebagai pengantara, selalu siap memulihkan mereka yang bertobat dan mengakui dosa mereka.

4. Syarat Persekutuan #4: Percaya kepada Yesus Kristus sebagai Pengantara (1 Yohanes 2:1-2)

Syarat keempat untuk memiliki persekutuan dengan Allah adalah percaya kepada Yesus Kristus sebagai Pengantara. Di dalam 1 Yohanes 2:1-2, Yohanes menjelaskan bahwa Yesus Kristus adalah Pengantara antara manusia dan Allah, dan bahwa melalui pengorbanan-Nya, dosa-dosa kita diampuni.

a. Yesus Kristus sebagai Pengantara yang Adil

Yesus Kristus disebut sebagai Pengantara yang adil, yang berarti bahwa Dia adalah satu-satunya yang layak untuk menebus dosa manusia karena kehidupan-Nya yang tanpa dosa. Yohanes menekankan bahwa persekutuan dengan Allah tidak dapat terjadi tanpa iman kepada Yesus Kristus sebagai Pengantara yang menghubungkan manusia yang berdosa dengan Allah yang kudus.

N.T. Wright, dalam The Challenge of Jesus, menulis bahwa Yesus adalah jembatan antara manusia yang berdosa dan Allah yang sempurna. Wright menjelaskan bahwa hanya melalui iman kepada Yesus sebagai Pengantara, orang percaya dapat memiliki akses kepada Allah dan menikmati persekutuan yang sejati dengan-Nya.

b. Yesus sebagai Pendamaian

Yohanes juga menyebut bahwa Yesus adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan hanya untuk dosa kita, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia (1 Yohanes 2:2). Ini menunjukkan bahwa karya Yesus di atas salib adalah penyelesaian final dari masalah dosa, dan melalui pengorbanan-Nya, setiap orang yang percaya dapat dipulihkan ke dalam persekutuan dengan Allah.

Teolog R.C. Sproul, dalam The Holiness of God, menjelaskan bahwa konsep pendamaian ini adalah inti dari Injil. Sproul mencatat bahwa tanpa pendamaian yang dilakukan oleh Yesus, tidak mungkin bagi manusia untuk mendekati Allah atau memiliki persekutuan dengan-Nya. Pendamaian ini adalah dasar dari keselamatan dan hubungan kita dengan Allah.

5. Syarat Persekutuan #5: Mengasihi Allah dan Sesama

Meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit dalam 1 Yohanes 1:3-10 dan 2:1-2, surat Yohanes secara keseluruhan menekankan pentingnya kasih sebagai syarat persekutuan dengan Allah. Dalam surat ini, Yohanes menjelaskan bahwa mereka yang mengasihi Allah akan mengasihi sesamanya, dan kasih ini adalah bukti dari persekutuan yang sejati dengan Tuhan.

a. Kasih sebagai Dasar Persekutuan

Kasih kepada Allah dan sesama adalah hukum terbesar yang diajarkan oleh Yesus (Matius 22:37-40), dan Yohanes melanjutkan pengajaran ini dalam suratnya. Teolog John Stott menulis bahwa kasih adalah tanda utama dari persekutuan yang sejati dengan Allah. Tanpa kasih, tidak mungkin ada hubungan yang benar dengan Tuhan atau sesama.

b. Kasih yang Dinyatakan dalam Tindakan

Kasih yang diajarkan oleh Yohanes bukan hanya perasaan, tetapi tindakan nyata yang mencerminkan kasih Allah kepada kita. Mereka yang hidup dalam persekutuan dengan Allah akan menunjukkan kasih ini dalam cara mereka memperlakukan sesama orang percaya dan dunia di sekitar mereka. Douglas Moo menegaskan bahwa kasih kepada Allah dan sesama adalah buah dari hidup dalam terang, dan persekutuan yang benar selalu diungkapkan dalam kasih yang aktif.

6. Implikasi Teologis dari Lima Syarat Persekutuan

1 Yohanes 1:3-10 dan 1 Yohanes 2:1-2 memberikan lima syarat utama untuk memiliki persekutuan yang sejati dengan Allah: hidup dalam terang, mengakui dosa, menjauh dari dosa, percaya kepada Yesus sebagai Pengantara, dan mengasihi Allah dan sesama. Setiap syarat ini menunjukkan aspek penting dari kehidupan Kristen yang berakar pada iman dan kasih karunia Tuhan.

a. Persekutuan dengan Allah yang Kudus

Persekutuan dengan Allah yang kudus hanya mungkin jika orang percaya hidup dalam terang, mengakui dosa-dosa mereka, dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Pengantara mereka. Ini mengajarkan bahwa persekutuan yang benar dengan Tuhan tidak dapat terjadi tanpa pertobatan, iman, dan kekudusan.

b. Persekutuan dengan Sesama dalam Kasih

Persekutuan dengan Allah tidak bisa dipisahkan dari persekutuan dengan sesama orang percaya. Hidup dalam terang juga berarti hidup dalam hubungan yang penuh kasih dengan saudara-saudara seiman. Ini menekankan pentingnya kasih, pengampunan, dan kerendahan hati dalam hubungan antarsesama orang percaya.

Kesimpulan.

1 Yohanes 1:3-10 dan 1 Yohanes 2:1-2 mengajarkan tentang lima syarat utama untuk memiliki persekutuan yang sejati dengan Allah: hidup dalam terang, mengakui dosa, menjauh dari dosa, percaya kepada Yesus sebagai Pengantara, dan mengasihi Allah serta sesama. Yohanes menekankan bahwa persekutuan dengan Allah bukanlah sesuatu yang dapat diambil begitu saja, tetapi membutuhkan ketaatan, pertobatan, dan kasih.

Pandangan dari para teolog seperti John Stott, R.C. Sproul, Douglas Moo, dan N.T. Wright memperkaya pemahaman kita tentang pentingnya persekutuan dengan Allah yang sejati. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam terang, mengakui dosa kita, dan bersandar pada Kristus sebagai satu-satunya Pengantara kita, sambil menunjukkan kasih kepada Allah dan sesama.

Next Post Previous Post