Yohanes 4:35-38: Pelajaran Pertama tentang Pekerjaan Misionaris dan Upahnya
Teks Yohanes 4:35-38
Berikut adalah teks Yohanes 4:35-38:"Bukankah kamu berkata: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. Sekarang juga penuai menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, supaya penabur dan penuai sama-sama bersukacita. Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai. Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu mendapat bagian dalam usaha mereka.”
1. Konteks dan Latar Belakang: Mengapa Yesus Menggunakan Ilustrasi Ladang dan Panen?
Pada masa itu, musim panen di tanah Israel biasanya terjadi empat bulan setelah penaburan. Dengan mengatakan, “Empat bulan lagi tibalah musim menuai,” Yesus menggunakan analogi ini untuk menantang pandangan para murid tentang waktu panen. Murid-murid-Nya mungkin berpikir bahwa masih ada waktu yang panjang sebelum panen jiwa-jiwa dimulai, namun Yesus menekankan bahwa waktu panen untuk jiwa-jiwa telah tiba, dan mereka harus siap untuk terlibat dalam misi keselamatan Allah.
William Barclay, seorang ahli Perjanjian Baru, menjelaskan bahwa ilustrasi ini menunjukkan bahwa pekerjaan misionaris adalah tugas yang mendesak dan penting. Menurut Barclay, Yesus ingin murid-murid-Nya memahami bahwa keselamatan adalah kesempatan yang selalu ada dan harus segera ditanggapi. Kehidupan orang lain bergantung pada respons mereka terhadap panggilan ini, dan karena itu, pekerjaan misionaris tidak boleh ditunda.
Leon Morris dalam tafsirannya mengenai Injil Yohanes juga menjelaskan bahwa Yesus menggunakan ilustrasi ladang dan panen untuk menyoroti kesempatan yang sudah ada di depan mata. Ladang-ladang yang sudah menguning melambangkan orang-orang yang siap menerima Injil. Yesus ingin murid-murid-Nya memiliki hati yang terbuka untuk melihat bahwa ada banyak jiwa yang membutuhkan pertobatan dan keselamatan saat ini.
2. Ladang yang Menguning: Panggilan untuk Melihat Kesempatan yang Ada
Yesus mengajak para murid untuk “melihat sekeliling” dan menyadari bahwa ladang-ladang telah siap untuk dituai. Seruan ini adalah panggilan untuk peka terhadap kebutuhan rohani di sekitar mereka dan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada bagi pekerjaan misionaris. Yesus menekankan bahwa mereka tidak boleh menunggu waktu yang lebih “tepat” atau lebih nyaman, karena panggilan ini membutuhkan respons segera.
John Stott dalam bukunya The Contemporary Christian menekankan pentingnya kesadaran akan kebutuhan spiritual di sekitar kita. Stott menjelaskan bahwa orang percaya harus memiliki mata rohani yang peka untuk mengenali bahwa banyak jiwa siap untuk mendengar Injil dan menerima keselamatan. Menurut Stott, Yesus mengajarkan kita untuk tidak menunda atau mengabaikan panggilan ini, melainkan merespons dengan sukacita dan kesiapan untuk terlibat dalam misi-Nya.
C.S. Lewis dalam Mere Christianity menekankan bahwa setiap orang percaya memiliki panggilan untuk memperhatikan dunia di sekitar mereka dan memberikan respons yang tulus terhadap kebutuhan rohani yang mereka temui. Lewis menyoroti bahwa panggilan untuk misi tidak memerlukan keadaan khusus, tetapi membutuhkan hati yang siap untuk melayani kapan saja, di mana saja. Dalam konteks ini, ladang yang menguning berarti kesempatan yang telah Allah buka bagi setiap orang percaya untuk bekerja dalam pelayanan-Nya.
3. Pekerjaan Misionaris sebagai Kolaborasi antara Penabur dan Penuai
Yesus juga menekankan pentingnya kolaborasi dalam pekerjaan misionaris dengan mengatakan, “Yang seorang menabur dan yang lain menuai.” Dalam konteks ini, pekerjaan misionaris bukan hanya pekerjaan individual, tetapi adalah tugas bersama, di mana beberapa orang menabur benih Injil dan yang lain memanen buahnya. Kedua peran ini sama pentingnya, karena keduanya bekerja bersama untuk tujuan keselamatan yang sama.
John Piper dalam Let the Nations Be Glad! mengajarkan bahwa pekerjaan misionaris adalah upaya kolektif di mana seluruh tubuh Kristus bekerja bersama. Piper menekankan bahwa ada orang yang dipanggil untuk menabur dan ada pula yang dipanggil untuk menuai, namun semua bekerja untuk tujuan yang sama, yaitu memuliakan Allah dan menyelamatkan jiwa-jiwa. Bagi Piper, pekerjaan misionaris adalah kolaborasi yang penuh sukacita, di mana setiap orang berkontribusi dengan karunia dan panggilan mereka masing-masing.
Dallas Willard dalam The Divine Conspiracy menekankan bahwa kolaborasi dalam pekerjaan misionaris adalah tanda dari kesatuan tubuh Kristus. Willard menjelaskan bahwa sebagai bagian dari satu tubuh, setiap orang percaya memiliki peran yang berbeda, namun mereka semua bekerja di bawah pimpinan Kristus. Kolaborasi ini mencerminkan kasih Kristus dan membangun tubuh-Nya dengan cara yang lebih efektif dan harmonis.
4. Upah dalam Pekerjaan Misionaris: Sukacita Kekal bagi Penabur dan Penuai
Yesus berkata bahwa sekarang “penuai menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, supaya penabur dan penuai sama-sama bersukacita.” Dalam pekerjaan misionaris, upah bukan hanya bersifat sementara tetapi memiliki nilai kekal. Upah yang dijanjikan bukanlah kekayaan materi, tetapi sukacita dan berkat kekal karena berpartisipasi dalam rencana keselamatan Allah.
Charles Spurgeon dalam khotbah-khotbahnya sering kali berbicara tentang sukacita yang datang dari memenangkan jiwa bagi Kristus. Menurut Spurgeon, tidak ada sukacita yang lebih besar bagi seorang misionaris daripada melihat orang-orang menerima Injil dan hidup dalam kasih Allah. Bagi Spurgeon, upah dalam pekerjaan misionaris adalah sukacita yang berasal dari melihat hasil dari usaha yang dilakukan demi keselamatan jiwa-jiwa.
J.I. Packer dalam Evangelism and the Sovereignty of God menekankan bahwa pekerjaan misionaris menghasilkan sukacita yang mendalam bagi mereka yang terlibat. Packer menjelaskan bahwa upah dalam pekerjaan ini adalah kedekatan dengan Allah dan kepuasan karena mengetahui bahwa hidup kita dipakai untuk menyebarkan kasih dan kebenaran-Nya. Menurut Packer, orang yang menabur dan menuai dalam pekerjaan misionaris akan merasakan kepuasan dan pengharapan karena mereka berpartisipasi dalam rencana Allah yang kekal.
5. Panggilan untuk Menerima Pekerjaan yang Tidak Kita Mulai
Yesus mengungkapkan bahwa murid-murid-Nya akan menuai hasil dari pekerjaan yang tidak mereka usahakan, karena “orang-orang lain berusaha dan kamu mendapat bagian dalam usaha mereka.” Ini menunjukkan bahwa pekerjaan misionaris adalah sebuah rantai, di mana setiap generasi melanjutkan apa yang telah dimulai oleh yang sebelumnya. Setiap orang percaya dipanggil untuk melanjutkan pekerjaan Tuhan, bekerja di ladang yang mungkin telah dikerjakan oleh para pendahulu.
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan bahwa pekerjaan misionaris adalah amanat yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Calvin menekankan bahwa setiap orang percaya dipanggil untuk melanjutkan apa yang telah dimulai oleh para pendahulu, mengumpulkan buah dari usaha mereka, dan melanjutkan pekerjaan yang akan dinikmati oleh generasi mendatang. Bagi Calvin, ini adalah tanda dari kasih karunia Allah yang bekerja di seluruh umat-Nya.
Henri Nouwen dalam Life of the Beloved juga berbicara tentang pentingnya melanjutkan pekerjaan yang telah dimulai oleh orang lain. Nouwen menekankan bahwa orang percaya adalah bagian dari keluarga Allah yang besar, di mana setiap orang dipanggil untuk berpartisipasi dalam pekerjaan-Nya. Melalui kolaborasi ini, pekerjaan misionaris menjadi suatu warisan yang kekal, di mana setiap generasi dapat berkontribusi bagi kemuliaan Tuhan.
6. Prinsip-Prinsip Pekerjaan Misionaris: Kesabaran, Ketekunan, dan Kepercayaan kepada Tuhan
Pekerjaan misionaris membutuhkan kesabaran dan ketekunan, karena kita tidak selalu melihat hasilnya dengan segera. Yesus mengajarkan murid-murid-Nya bahwa ada waktu untuk menabur dan ada waktu untuk menuai. Terkadang, orang yang menabur tidak melihat panen yang dihasilkan, tetapi mereka tetap harus bekerja dengan tekun, mengandalkan kuasa dan waktu Tuhan.
Timothy Keller dalam Center Church menekankan pentingnya kesabaran dan ketekunan dalam pekerjaan misionaris. Keller menjelaskan bahwa orang percaya harus siap untuk bekerja tanpa selalu melihat hasilnya, mempercayakan semua hasil kepada Tuhan. Menurut Keller, pekerjaan misionaris adalah panggilan untuk bekerja dalam iman, di mana kita yakin bahwa Tuhan akan membawa hasil yang sesuai dengan rencana-Nya.
A.W. Tozer dalam The Pursuit of God juga mengajarkan bahwa pekerjaan misionaris harus dilakukan dengan sikap berserah dan mempercayai kehendak Tuhan. Tozer menekankan bahwa orang percaya dipanggil untuk menabur dengan tekun dan berdoa agar Tuhan yang memampukan mereka menuai. Pekerjaan misionaris bukan soal hasil yang langsung terlihat, tetapi soal kesetiaan kepada panggilan Tuhan.
Kesimpulan
Yohanes 4:35-38 memberikan pelajaran berharga tentang pekerjaan misionaris dan upah yang dijanjikan. Yesus mengajarkan bahwa pekerjaan misionaris adalah tugas yang mendesak, penuh kesempatan, dan melibatkan kolaborasi antara penabur dan penuai. Setiap orang percaya dipanggil untuk melihat ladang-ladang yang sudah menguning, dan untuk merespons panggilan Tuhan dalam pekerjaan keselamatan ini.
Baca Juga: Yohanes 4:31-34: Rahasia Sukacita dan Kepuasan Seorang Pelayan Kristus
Pandangan para teolog seperti John Stott, C.S. Lewis, Charles Spurgeon, dan Henri Nouwen menunjukkan bahwa pekerjaan misionaris bukan hanya tugas individu, tetapi adalah tanggung jawab bersama yang membawa sukacita dan upah kekal. Dengan bekerja dalam kesatuan dan mempercayakan hasil kepada Tuhan, orang percaya akan merasakan sukacita yang melampaui sukacita duniawi, karena mereka bekerja untuk tujuan kekal.
Bagi setiap orang percaya, Yohanes 4:35-38 adalah panggilan untuk mengambil bagian dalam pekerjaan misionaris, untuk melanjutkan apa yang telah dimulai oleh generasi sebelumnya, dan untuk menuai hasil dari kasih karunia Allah yang berlimpah. Dengan berserah kepada kehendak Tuhan dan melayani dengan kesetiaan, kita dapat merasakan kepuasan yang sejati dalam pekerjaan misionaris dan menikmati upah kekal yang telah Tuhan sediakan.