Kecukupan Allah yang Tak Terbatas (All-Sufficiency of God)
Pendahuluan:
Allah yang kita sembah adalah Allah yang mencukupi segala kebutuhan, baik di langit maupun di bumi. Dalam teologi Kristen, doktrin tentang kecukupan Allah yang tak terbatas (All-Sufficiency of God) menjadi dasar bagi penghiburan dan keyakinan umat percaya. Allah tidak membutuhkan apa pun dari
ciptaan-Nya, tetapi dalam kelimpahan sifat-Nya, Dia memenuhi segala sesuatu yang dibutuhkan umat-Nya.
I. Apa yang Dimaksud dengan Kecukupan Allah?
Kecukupan Allah berarti bahwa Allah memiliki segala sesuatu yang diperlukan untuk menjalankan kehendak-Nya dan memenuhi kebutuhan ciptaan-Nya tanpa ketergantungan kepada siapa pun atau apa pun di luar diri-Nya. Allah adalah mandiri (self-sufficient) dan kaya dalam kasih karunia, sehingga Dia mampu mencukupi segala sesuatu yang dikehendaki-Nya.
Dalam Mazmur 50:10-12, Allah menyatakan kemandirian-Nya: "Karena punya-Kulah segala binatang hutan, dan beribu-ribu hewan di gunung. Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya."
Allah tidak membutuhkan apa pun dari kita, tetapi kita membutuhkan Dia untuk segala hal. Rasul Paulus mengingatkan dalam Kisah Para Rasul 17:24-25: "Allah yang telah menjadikan dunia dan segala isinya, Ia adalah Tuhan atas langit dan bumi; Ia tidak diam di dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia memerlukan sesuatu, karena Dialah yang memberikan hidup dan napas dan segala sesuatu kepada semua orang."
Dari ayat-ayat ini, terlihat bahwa kecukupan Allah didasarkan pada kemandirian-Nya sebagai Allah yang Mahakuasa.
II. Dasar Alkitabiah tentang Kecukupan Allah
1. Allah sebagai Sumber Segala Sesuatu
Dalam Perjanjian Lama, Allah sering digambarkan sebagai sumber segala berkat dan pemeliharaan. Mazmur 23:1 dengan indah menggambarkan kecukupan Allah bagi umat-Nya: "TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku."
Sebagai Gembala yang baik, Allah memenuhi semua kebutuhan umat-Nya. Bahkan dalam kesesakan, Allah tetap menunjukkan kecukupan-Nya dengan memberikan damai sejahtera dan perlindungan.
Yeremia 32:17 menguatkan kebenaran ini: "Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya, Engkau telah menjadikan langit dan bumi dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan lengan-Mu yang terentang; tidak ada sesuatu pun yang terlalu sulit bagi-Mu."
Karena Allah adalah Pencipta segala sesuatu, Dia juga adalah Pemelihara segala sesuatu (Mazmur 145:15-16).
2. Kecukupan Allah yang Dinyatakan dalam Kristus
Perjanjian Baru menyatakan bahwa kecukupan Allah diwujudkan dalam diri Yesus Kristus. Dalam Kolose 2:9-10, Rasul Paulus menulis:"Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan, dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia, yang adalah kepala semua pemerintah dan penguasa."
Yesus adalah manifestasi kecukupan Allah yang sempurna. Dalam Dia, kita menemukan semua yang kita butuhkan untuk keselamatan, kehidupan, dan kesalehan. Yohanes 10:10 berkata:"Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."
III. Pandangan Para Teolog tentang Kecukupan Allah
1. Augustine dari Hippo
Augustine, salah satu Bapa Gereja yang besar, menulis tentang kecukupan Allah dalam Confessions-nya. Ia berkata: "Engkau telah menciptakan kami untuk diri-Mu sendiri, ya Allah, dan hati kami tidak akan pernah tenang sampai kami beristirahat di dalam Engkau."
Menurut Augustine, Allah adalah satu-satunya yang dapat mencukupi kebutuhan terdalam manusia. Kekayaan, kekuasaan, dan kesenangan duniawi tidak akan pernah memuaskan jiwa manusia, tetapi hanya Allah yang dapat memberi kedamaian sejati.
2. John Calvin
John Calvin menulis dalam Institutes of the Christian Religion bahwa Allah adalah sumber segala kelimpahan. Calvin menegaskan bahwa Allah memelihara segala ciptaan-Nya dengan kasih setia-Nya, sehingga manusia tidak perlu mencari di luar Allah untuk memenuhi kebutuhannya.
"Semua berkat mengalir dari Allah, dan hanya kepada-Nya kita harus mengarahkan segala permohonan kita." (Calvin, Institutes, I.14.1)
3. A.W. Tozer
A.W. Tozer, dalam bukunya The Knowledge of the Holy, menulis tentang kecukupan Allah dengan berkata: "Karena Allah adalah segala sesuatu yang Ia miliki di dalam diri-Nya sendiri, maka Dia tidak pernah berada dalam kekurangan apa pun. Semua berkat yang Dia curahkan kepada ciptaan-Nya tidak mengurangi kelimpahan-Nya sedikit pun."
Tozer menekankan bahwa Allah tidak hanya cukup untuk diri-Nya sendiri, tetapi juga cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh ciptaan-Nya.
IV. Kecukupan Allah dalam Kehidupan Orang Percaya
1. Kecukupan dalam Pemeliharaan
Allah menjamin bahwa Ia akan mencukupi kebutuhan fisik umat-Nya. Dalam Matius 6:25-34, Yesus mengingatkan bahwa Allah memelihara burung di udara dan bunga di padang, dan karena itu, kita tidak perlu khawatir tentang kebutuhan hidup kita. Ayat 33 memberikan janji: "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."
Mazmur 34:10 menegaskan bahwa Allah tidak akan meninggalkan orang percaya dalam kekurangan:
"Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatu pun yang baik."
2. Kecukupan dalam Keselamatan
Kecukupan Allah terlihat paling jelas dalam karya keselamatan melalui Yesus Kristus. Efesus 2:8-9 menyatakan: "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah."
Karya keselamatan ini sepenuhnya berasal dari Allah, dan tidak memerlukan kontribusi dari manusia. Allah, dalam kasih-Nya yang besar, menyediakan pengampunan dosa dan hidup yang kekal melalui Kristus. Dalam 2 Korintus 12:9, Allah berkata kepada Paulus: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna."
Kasih karunia Allah cukup untuk menopang orang percaya dalam segala situasi.
3. Kecukupan dalam Penderitaan
Bahkan dalam penderitaan, kecukupan Allah tetap berlaku. Mazmur 46:1 menyatakan: "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan yang sangat terbukti."
Allah tidak menjanjikan bahwa orang percaya akan terbebas dari penderitaan, tetapi Dia menjanjikan penyertaan-Nya yang mencukupi dalam setiap pergumulan. Rasul Paulus, dalam Filipi 4:11-13, menulis tentang kecukupan yang ditemukan di dalam Allah: "Segala sesuatu dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."
V. Konsekuensi dari Kecukupan Allah
1. Kepercayaan kepada Allah
Jika Allah adalah sumber segala sesuatu, maka umat percaya dipanggil untuk mempercayai-Nya sepenuhnya. Amsal 3:5-6 berkata: "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri."
Allah yang mencukupi segala kebutuhan memanggil kita untuk menyerahkan seluruh hidup kita kepada-Nya, mengetahui bahwa Dia tidak pernah gagal memenuhi janji-Nya.
2. Penyembahan kepada Allah
Kecukupan Allah adalah alasan untuk menyembah-Nya. Wahyu 4:11 memuliakan Allah sebagai Pencipta dan Pemelihara segala sesuatu: "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu."
Umat percaya dipanggil untuk merespons kecukupan Allah dengan hati yang penuh ucapan syukur.
3. Pelayanan kepada Orang Lain
Karena Allah mencukupi segala kebutuhan kita, kita juga dipanggil untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain. Dalam 2 Korintus 9:8, Paulus menulis: "Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam berbagai kebajikan."
Kecukupan Allah mengalir melalui kita untuk memenuhi kebutuhan orang lain.
Kesimpulan
Kecukupan Allah yang tak terbatas adalah penghiburan dan kekuatan bagi orang percaya. Allah yang kita sembah adalah Allah yang mandiri, penuh kasih, dan setia, yang mencukupi segala kebutuhan kita di setiap aspek kehidupan. Ayat-ayat Alkitab dan pandangan para teolog seperti Augustine, Calvin, dan Tozer menegaskan bahwa Allah kita tidak pernah kekurangan, dan Dia adalah sumber segala yang baik.
Sebagai respons, kita dipanggil untuk hidup dalam kepercayaan kepada-Nya, menyembah-Nya dengan hati yang penuh ucapan syukur, dan menjadi saluran berkat bagi orang lain. Kiranya pengenalan akan kecukupan Allah membawa kita pada kedamaian dan keyakinan yang lebih dalam di dalam Dia.