Mengatasi Kepahitan dalam Perspektif Alkitab
Kepahitan adalah salah satu kondisi hati yang paling merusak, baik secara rohani maupun emosional. Ia muncul dari luka yang belum sembuh, ketidakmampuan untuk memaafkan, atau rasa dendam yang terus dipelihara. Dalam Alkitab, kepahitan sering kali disamakan dengan akar yang merusak, seperti dalam Ibrani 12:15 (TB):"Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan mencemarkan banyak
orang."
Akar Kepahitan dalam Perspektif Alkitab
1. Definisi dan Sumber Kepahitan
Kata "kepahitan" dalam bahasa Ibrani (marah) dan Yunani (pikria) memiliki konotasi ketajaman atau rasa pahit yang menembus. Ini menggambarkan kondisi hati yang dipenuhi dengan kebencian, kemarahan, atau kekecewaan yang tak teratasi. Beberapa sumber utama kepahitan dalam Alkitab adalah:
- Pengkhianatan atau perlakuan tidak adil: Yusuf bisa saja menyimpan kepahitan terhadap saudara-saudaranya karena menjualnya sebagai budak (Kejadian 37:26-28), tetapi ia memilih mengampuni.
- Kehilangan atau penderitaan: Naomi, yang kehilangan suami dan anak-anaknya, menyebut dirinya "Mara," yang berarti pahit (Rut 1:20-21).
- Kekecewaan terhadap Allah: Ayub, dalam penderitaannya, bergumul dengan kepahitan terhadap Allah (Ayub 7:11).
2. Dampak Kepahitan
Alkitab menunjukkan bahwa kepahitan adalah dosa yang membawa konsekuensi serius:
- Memutuskan hubungan dengan Allah: Dalam Kisah Para Rasul 8:23, Simon disamakan dengan "epatikan" atau "kepahitan yang pahit," mengacu pada hatinya yang penuh dosa dan jauh dari Allah.
- Mencemarkan hubungan dengan sesama: Ibrani 12:15 menekankan bahwa kepahitan mencemarkan banyak orang, karena sering kali ia menyebar melalui ucapan dan tindakan yang merugikan orang lain.
Pandangan Teologi Reformed tentang Kepahitan
1. Akar Dosa dan Kepahitan
Teologi Reformed menempatkan kepahitan sebagai salah satu buah dosa asal. John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, mengajarkan bahwa hati manusia secara alami cenderung kepada dosa, termasuk ketidakmampuan untuk mengampuni dan menyingkirkan kepahitan. Calvin menulis:
"Hati manusia adalah pabrik berhala, dan salah satu bentuknya adalah menyimpan kebencian terhadap sesama."
2. Kasih Karunia sebagai Solusi
Dalam perspektif Reformed, hanya kasih karunia Allah yang dapat mencabut akar kepahitan. R.C. Sproul, dalam bukunya The Holiness of God, menjelaskan bahwa tanpa transformasi oleh Roh Kudus, manusia tidak dapat benar-benar mengampuni dan hidup bebas dari kepahitan.
3. Hubungan Kepahitan dengan Pemeliharaan Allah
Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, menunjukkan bahwa pemahaman akan kedaulatan dan pemeliharaan Allah adalah kunci untuk melawan kepahitan. Jika seseorang percaya bahwa Allah adalah pengatur segala sesuatu untuk kebaikan umat-Nya (Roma 8:28), maka ia dapat melepaskan rasa dendam dan kebencian, mengetahui bahwa Allah memiliki rencana yang lebih besar.
Mengatasi Kepahitan: Prinsip-Prinsip Alkitabiah
1. Mengampuni Sebagai Tindakan Utama
Alkitab menekankan pentingnya mengampuni sebagai cara utama untuk melawan kepahitan. Yesus mengajarkan dalam Doa Bapa Kami:
- Matius 6:12 (TB): "Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami."
Paulus juga memperingatkan:
- Efesus 4:31-32 (TB): "Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra, dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu."
Pengampunan bukan hanya sebuah tindakan emosional, tetapi keputusan untuk menyerahkan rasa sakit kepada Allah dan membiarkan kasih karunia-Nya bekerja.
2. Mempercayakan Penghakiman kepada Allah
Kepahitan sering kali muncul karena keinginan untuk membalas dendam. Namun, Alkitab menegaskan bahwa pembalasan adalah milik Allah:
- Roma 12:19 (TB): "Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan."
Percaya bahwa Allah adalah Hakim yang adil memungkinkan orang percaya untuk melepaskan rasa dendam dan kepahitan.
3. Fokus pada Kasih Karunia Allah
Kepahitan sering kali merupakan hasil dari melupakan kasih karunia yang telah kita terima dari Allah. Dalam Kolose 3:13 (TB), Paulus berkata:"Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain. Sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian."
Kesadaran bahwa kita adalah orang-orang berdosa yang telah menerima pengampunan Allah memberi kekuatan untuk mengampuni orang lain.
4. Berdoa untuk Mereka yang Melukai Kita
Yesus memberikan teladan dalam hal ini:
- Lukas 23:34 (TB): "Yesus berkata: 'Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.'"
Berdoa untuk mereka yang telah melukai kita dapat mengubah hati kita dari kepahitan menjadi belas kasihan.
Langkah-Langkah Praktis untuk Melawan Kepahitan
1. Akui Kepahitan Anda
Langkah pertama dalam melawan kepahitan adalah mengakui bahwa itu ada. Mazmur 139:23-24 (TB) adalah doa yang baik untuk memulai:"Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal."
2. Merenungkan Firman Tuhan
Firman Tuhan adalah obat bagi hati yang pahit. Dalam Mazmur 119:105 (TB), pemazmur berkata: "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."
Firman Tuhan mengingatkan kita akan kasih karunia dan kebaikan Allah yang memampukan kita untuk melepaskan kepahitan.
3. Carilah Dukungan dalam Komunitas Kristen
Berbagi pergumulan dengan saudara seiman dapat membantu kita melawan kepahitan. Yakobus 5:16 (TB) menasihati:"Karena itu, hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."
4. Fokus pada Pujian dan Rasa Syukur
Rasa syukur adalah antidot bagi kepahitan. Ketika kita memusatkan perhatian pada berkat-berkat Allah, hati kita menjadi lebih terbuka untuk memaafkan. Paulus berkata dalam 1 Tesalonika 5:18 (TB):
"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."
Kesaksian Alkitabiah: Yusuf sebagai Contoh
Yusuf adalah salah satu contoh paling nyata tentang bagaimana mengatasi kepahitan. Meskipun ia dijual sebagai budak oleh saudara-saudaranya dan mengalami penderitaan besar, ia memilih untuk mengampuni dan mempercayakan hidupnya kepada Allah. Ketika akhirnya ia berhadapan dengan saudara-saudaranya, ia berkata:
- Kejadian 50:20 (TB): "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar."
Yusuf memahami bahwa Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk kebaikan, bahkan melalui pengalaman yang pahit.
Relevansi Melawan Kepahitan bagi Kehidupan Masa Kini
1. Dalam Keluarga
Kepahitan sering kali muncul dalam hubungan keluarga. Dengan menerapkan prinsip-prinsip Alkitab, seperti mengampuni dan berdoa bagi anggota keluarga yang telah melukai kita, hubungan yang rusak dapat dipulihkan.
2. Dalam Komunitas Gereja
Kepahitan juga dapat mencemari komunitas gereja. Dengan hidup dalam kasih karunia dan saling mengampuni, komunitas Kristen dapat menjadi tempat pemulihan dan pertumbuhan rohani.
3. Dalam Dunia Kerja
Di tempat kerja, kepahitan dapat menghalangi produktivitas dan hubungan yang sehat. Dengan berfokus pada kasih karunia Allah dan mempraktikkan pengampunan, kita dapat menjadi saksi Kristus dalam dunia kerja.
Kesimpulan
Kepahitan adalah akar dosa yang dapat merusak hubungan kita dengan Allah dan sesama. Namun, melalui kasih karunia Allah, orang percaya dapat mengatasi kepahitan dengan mengampuni, mempercayakan penghakiman kepada Allah, dan merenungkan kebaikan-Nya.
Yesus Kristus memberikan teladan sempurna dalam mengampuni mereka yang telah melukai-Nya. Dengan meneladani Dia, kita dapat hidup dalam damai, bebas dari belenggu kepahitan, dan menjadi saluran kasih Allah bagi dunia di sekitar kita.
Seperti yang dikatakan dalam Ibrani 12:14-15 (TB):"Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan. Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan mencemarkan banyak orang."
Semoga kita semua dikuatkan untuk melawan kepahitan dan hidup dalam kasih karunia Allah. Amin.