Yohanes 5:44-47: Teguran Yesus terhadap Ketidakpercayaan
Pendahuluan:
Dalam Yohanes 5:44-47, Yesus memberikan teguran keras kepada para pemimpin agama Yahudi karena ketidakpercayaan mereka terhadap diri-Nya. Teguran ini muncul setelah Yesus mengungkapkan hubungan-Nya dengan Allah Bapa dan mengingatkan mereka tentang kesaksian yang mendukung klaim-Nya sebagai Mesias. Ayat ini berbunyi:
"Bagaimana mungkin kamu percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa? Jangan kamu menyangka bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; ada seorang yang mendakwa kamu, yaitu Musa, yang kepadanya kamu menaruh pengharapan. Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?"Ayat-ayat ini mengungkapkan bahwa ketidakpercayaan para pemimpin agama tidak hanya menunjukkan kerasnya hati mereka, tetapi juga kegagalan mereka untuk mengenali kesaksian Musa tentang Yesus. Artikel ini akan membahas konteks ayat ini, analisis teologis, pandangan para ahli, serta relevansinya bagi kehidupan iman orang percaya hari ini.
Bagian 1: Konteks Yohanes 5:44-47
1. Latar Belakang Injil Yohanes
Injil Yohanes berfokus pada pengenalan Yesus sebagai Anak Allah yang diutus untuk menyelamatkan dunia. Pasal 5 mencatat konfrontasi antara Yesus dan para pemimpin agama Yahudi setelah Ia menyembuhkan seorang lumpuh pada hari Sabat. Tindakan ini memicu kemarahan mereka karena dianggap melanggar hukum Sabat dan menyamakan diri-Nya dengan Allah.
2. Kesaksian tentang Yesus
Dalam Yohanes 5:31-40, Yesus menjelaskan berbagai kesaksian yang mendukung klaim-Nya, termasuk kesaksian Yohanes Pembaptis, pekerjaan-Nya sendiri, Bapa, dan Kitab Suci. Namun, para pemimpin agama tetap menolak untuk percaya kepada-Nya. Teguran dalam Yohanes 5:44-47 mengungkap alasan mendasar di balik ketidakpercayaan mereka.
Bagian 2: Analisis Yohanes 5:44-47
1. “Bagaimana mungkin kamu percaya...”
Yesus mengkritik motivasi para pemimpin agama yang lebih mencari hormat dari manusia daripada dari Allah. Mereka lebih peduli pada status sosial dan pengakuan sesama daripada mencari kebenaran yang berasal dari Allah.
Teolog D.A. Carson mencatat bahwa ketidakpercayaan mereka bukan karena kurangnya bukti, tetapi karena hati mereka yang keras dan prioritas mereka yang salah.
2. “...yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa?”
Yesus menunjukkan bahwa iman sejati memerlukan kerendahan hati dan keinginan untuk memuliakan Allah di atas kepentingan pribadi. Dalam Mazmur 115:1 tertulis: “Bukan kepada kami, ya TUHAN, bukan kepada kami, tetapi kepada nama-Mu lah beri kemuliaan.” Namun, para pemimpin agama gagal memenuhi panggilan ini.
3. “Ada seorang yang mendakwa kamu, yaitu Musa...”
Yesus mengingatkan bahwa Musa, yang sangat mereka hormati, akan menjadi pendakwa mereka. Musa telah menulis tentang Mesias dalam hukum Taurat, tetapi mereka gagal memahami nubuat tersebut.
John Calvin dalam komentarnya menekankan bahwa penghormatan para pemimpin agama terhadap Musa adalah munafik, karena mereka tidak menerima kesaksian Musa tentang Yesus.
4. “Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa...”
Yesus menghubungkan ketidakpercayaan mereka terhadap-Nya dengan ketidakpercayaan mereka terhadap Musa. Nubuat seperti Kejadian 3:15, Ulangan 18:15, dan peraturan tentang domba Paskah semuanya menunjuk kepada Kristus, tetapi mereka tidak mengenali kebenaran tersebut.
5. “Bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?”
Yesus menekankan bahwa jika mereka menolak kesaksian Musa, yang telah mereka pelajari selama bertahun-tahun, maka mereka juga tidak akan percaya kepada-Nya. Ini menunjukkan bahwa masalah mereka bukan hanya kebodohan, tetapi penolakan aktif terhadap kebenaran.
Bagian 3: Prinsip Teologis dari Yohanes 5:44-47
1. Ketidakpercayaan Berasal dari Hati yang Keras
Ketidakpercayaan para pemimpin agama bukan karena kurangnya bukti, tetapi karena hati mereka yang keras. Dalam Yeremia 17:9, dikatakan bahwa hati manusia adalah licik dan sulit disembuhkan.
2. Keinginan untuk Hormat Manusia Menghalangi Iman
Yesus menunjukkan bahwa pencarian hormat manusia dapat menghalangi seseorang untuk mengenal Allah. Dalam Galatia 1:10, Paulus menulis: “Apakah aku sekarang mencari kesukaan manusia atau kesukaan Allah?” Orang percaya dipanggil untuk memprioritaskan Allah di atas segala hal.
3. Kitab Suci Memberi Kesaksian tentang Kristus
Yesus menegaskan bahwa seluruh Kitab Suci berbicara tentang diri-Nya. Dalam Lukas 24:27, Yesus menjelaskan kepada murid-murid-Nya di jalan Emaus bahwa segala sesuatu dalam hukum Taurat, para nabi, dan mazmur menunjuk kepada-Nya.
4. Pentingnya Iman yang Berakar pada Firman Allah
Ketidakpercayaan para pemimpin agama menunjukkan perlunya iman yang berakar pada Firman Allah, bukan tradisi manusia. Dalam Roma 10:17, Paulus berkata: “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.”
Bagian 4: Pandangan Teolog tentang Yohanes 5:44-47
1. John Calvin: Penyalahgunaan Hukum Taurat
Calvin menekankan bahwa para pemimpin agama menyalahgunakan hukum Taurat sebagai sarana untuk membanggakan diri, bukan untuk mengenal Allah. Ia menyatakan bahwa ketidakpercayaan mereka menunjukkan kemunafikan dan ketidaktaatan mereka terhadap Firman Allah.
2. D.A. Carson: Penolakan terhadap Kesaksian Musa
Carson mencatat bahwa penolakan para pemimpin agama terhadap Yesus menunjukkan bahwa mereka tidak memahami inti dari hukum Taurat. Mereka mempelajari Kitab Suci secara dangkal dan gagal mengenali Kristus sebagai penggenapan nubuat tersebut.
3. Charles Spurgeon: Panggilan untuk Iman yang Murni
Spurgeon menyoroti bahwa ayat ini adalah peringatan bagi semua orang percaya untuk menjaga hati mereka dari kesombongan rohani dan mencari kehormatan Allah, bukan manusia.
Bagian 5: Relevansi Yohanes 5:44-47 bagi Orang Percaya Hari Ini
1. Menjaga Hati dari Kesombongan
Yesus mengingatkan bahwa kesombongan dapat menghalangi seseorang untuk menerima kebenaran. Orang percaya harus memeriksa motivasi mereka dan memastikan bahwa mereka mencari hormat dari Allah, bukan manusia.
2. Pentingnya Mempelajari Firman dengan Hati yang Rendah Hati
Para pemimpin agama mempelajari Kitab Suci tetapi gagal memahami pesan intinya. Orang percaya dipanggil untuk mempelajari Firman dengan rendah hati, mengizinkan Roh Kudus untuk membimbing mereka kepada kebenaran.
3. Menjadikan Kristus Sebagai Fokus Iman
Yesus adalah inti dari seluruh Kitab Suci. Orang percaya harus memastikan bahwa iman mereka berpusat pada Kristus dan tidak terganggu oleh tradisi atau opini manusia.
4. Mengutamakan Hubungan dengan Allah
Yesus menekankan pentingnya mencari hormat dari Allah di atas pengakuan manusia. Orang percaya harus mengarahkan hidup mereka untuk memuliakan Allah dalam segala hal.
Bagian 6: Aplikasi Praktis dari Yohanes 5:44-47
1. Memeriksa Motivasi Iman
Orang percaya harus memeriksa apakah mereka mencari pengakuan manusia atau Allah dalam kehidupan mereka. Hal ini melibatkan doa dan introspeksi yang mendalam.
2. Mempelajari Firman Allah dengan Serius
Belajar dari kesalahan para pemimpin agama, orang percaya harus mempelajari Firman Allah dengan tujuan mengenal Kristus secara lebih dalam.
3. Hidup dalam Ketaatan kepada Kristus
Yesus menekankan bahwa iman sejati diwujudkan dalam ketaatan kepada Firman-Nya. Orang percaya dipanggil untuk hidup sesuai dengan ajaran Kristus dalam segala aspek kehidupan mereka.
4. Membagikan Kesaksian tentang Kristus
Ketika banyak orang di dunia masih menolak Yesus, orang percaya dipanggil untuk menjadi saksi yang setia, membagikan Injil dengan keberanian dan kasih.
Kesimpulan
Yohanes 5:44-47 adalah teguran Yesus terhadap ketidakpercayaan yang didasarkan pada motivasi yang salah dan hati yang keras. Ayat ini mengajarkan bahwa iman sejati membutuhkan kerendahan hati, penghormatan kepada Allah, dan pengenalan akan Yesus sebagai inti dari Kitab Suci.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk memeriksa hati kita, mencari hormat dari Allah, dan mempelajari Firman-Nya dengan tekun. Dengan menjadikan Kristus sebagai fokus iman kita, kita dapat hidup dalam ketaatan kepada-Nya dan menjadi saksi kasih dan kebenaran-Nya di dunia.
Amin.