10 Perintah Allah dalam Alkitab

10 Perintah Allah dalam Alkitab

Pengantar:

"Lalu Allah mengucapkan segala firman ini: 'Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.'" (Keluaran 20:1-2)

Sepuluh Perintah Allah, atau sering disebut sebagai Dekalog (dari kata Yunani deka logoi, yang berarti "sepuluh kata"), adalah salah satu bagian terpenting dalam Alkitab. Perintah ini pertama kali diberikan oleh Allah kepada bangsa Israel di Gunung Sinai, setelah mereka dibebaskan dari perbudakan di Mesir. Dalam teologi Reformed, Sepuluh Perintah Allah dipandang sebagai pernyataan kehendak Allah yang kekal, yang mencerminkan karakter-Nya, dan sebagai panduan bagi umat-Nya untuk hidup dalam hubungan yang benar dengan Allah dan sesama. Artikel ini akan membahas isi, makna, dan relevansi Sepuluh Perintah Allah, serta bagaimana teologi Reformed memahaminya dalam konteks keseluruhan Alkitab.

1. Latar Belakang Sepuluh Perintah Allah

a. Pemberian di Gunung Sinai

Sepuluh Perintah Allah pertama kali dicatat dalam Keluaran 20:1-17 dan diulangi dalam Ulangan 5:6-21. Allah memberikan hukum ini kepada Musa untuk disampaikan kepada bangsa Israel setelah mereka dibebaskan dari Mesir.

Herman Bavinck mencatat bahwa pemberian hukum ini adalah bagian dari perjanjian Allah dengan umat-Nya. Allah yang telah menebus Israel kini memberikan mereka panduan tentang bagaimana hidup sebagai umat pilihan-Nya.

b. Hukum Moral yang Kekal

Dalam teologi Reformed, Sepuluh Perintah Allah dipandang sebagai hukum moral yang bersifat kekal. Berbeda dengan hukum-hukum seremonial dan sipil dalam Perjanjian Lama yang bersifat sementara, hukum moral ini tetap relevan bagi semua orang di segala zaman.

John Calvin menegaskan bahwa Sepuluh Perintah Allah adalah cerminan dari karakter Allah yang kudus, adil, dan kasih, sehingga tetap berlaku bagi umat Allah sepanjang sejarah.

2. Isi Sepuluh Perintah Allah

Sepuluh Perintah Allah terbagi menjadi dua bagian utama: hubungan manusia dengan Allah (perintah pertama hingga keempat) dan hubungan manusia dengan sesama (perintah kelima hingga kesepuluh).

a. Perintah Pertama: Tidak Ada Allah Lain (Keluaran 20:3)

"Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku."
Perintah ini menegaskan keesaan Allah dan menuntut umat-Nya untuk menyembah hanya Dia. Dalam teologi Reformed, ini menunjukkan pentingnya monoteisme sejati dan penolakan terhadap penyembahan berhala dalam bentuk apa pun.

b. Perintah Kedua: Larangan Membuat Patung (Keluaran 20:4-6)

"Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun."
Perintah ini melarang penyembahan kepada Allah melalui patung atau gambar. R. C. Sproul menjelaskan bahwa Allah tidak dapat direduksi menjadi sesuatu yang dapat dilihat atau dibuat oleh manusia, karena Dia adalah Roh yang transenden.

c. Perintah Ketiga: Jangan Menyebut Nama Allah dengan Sia-Sia (Keluaran 20:7)

"Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan."
Perintah ini menuntut penghormatan terhadap nama Allah dalam ucapan dan tindakan. Dalam teologi Reformed, ini mencakup menghormati firman Allah, doa, dan ibadah.

d. Perintah Keempat: Kuduskan Hari Sabat (Keluaran 20:8-11)

"Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat."
Perintah ini menekankan pentingnya beristirahat dan menyembah Allah pada hari ketujuh. Herman Bavinck mencatat bahwa Sabat adalah tanda perjanjian antara Allah dan umat-Nya, yang juga menunjuk kepada perhentian kekal dalam Kristus.

e. Perintah Kelima: Hormati Ayah dan Ibu (Keluaran 20:12)

"Hormatilah ayahmu dan ibumu."
Perintah ini mengajarkan pentingnya menghormati otoritas yang diberikan Allah, dimulai dari keluarga. John Calvin mencatat bahwa penghormatan kepada orang tua adalah dasar untuk menghormati semua otoritas lain yang diatur oleh Allah.

f. Perintah Keenam: Jangan Membunuh (Keluaran 20:13)

"Jangan membunuh."
Perintah ini melarang tindakan kekerasan yang merusak kehidupan manusia. Dalam teologi Reformed, ini juga mencakup larangan kebencian dan dendam, karena kehidupan manusia adalah gambar Allah.

g. Perintah Ketujuh: Jangan Berzinah (Keluaran 20:14)

"Jangan berzinah."
Perintah ini menuntut kesetiaan dalam pernikahan dan kekudusan dalam kehidupan seksual. Herman Bavinck mencatat bahwa perintah ini melindungi institusi pernikahan yang dirancang Allah sebagai gambaran hubungan Kristus dengan gereja.

h. Perintah Kedelapan: Jangan Mencuri (Keluaran 20:15)

"Jangan mencuri."
Perintah ini melarang mengambil milik orang lain tanpa izin. Dalam teologi Reformed, ini juga mencakup panggilan untuk menghormati keadilan dan tanggung jawab dalam penggunaan harta benda.

i. Perintah Kesembilan: Jangan Bersaksi Dusta (Keluaran 20:16)

"Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu."
Perintah ini menuntut kebenaran dalam ucapan dan integritas dalam hubungan. John Calvin menekankan bahwa kebenaran adalah dasar dari semua hubungan yang sehat.

j. Perintah Kesepuluh: Jangan Mengingini (Keluaran 20:17)

"Jangan mengingini rumah sesamamu."
Perintah ini melarang keinginan yang tidak kudus terhadap milik orang lain. Dalam teologi Reformed, ini menunjukkan bahwa dosa tidak hanya bersifat eksternal tetapi juga dimulai dari hati.

3. Makna Teologis Sepuluh Perintah Allah

a. Cerminan Karakter Allah

Sepuluh Perintah Allah mencerminkan sifat-sifat Allah yang kudus, adil, dan penuh kasih. John Calvin menegaskan bahwa hukum ini mengungkapkan standar moral Allah yang sempurna.

b. Hukum sebagai Penuntun Hidup

Dalam teologi Reformed, hukum Allah memiliki tiga fungsi utama:

  1. Menunjukkan dosa manusia.
  2. Menjaga keteraturan dalam masyarakat.
  3. Membimbing orang percaya untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah.

Herman Bavinck mencatat bahwa hukum ini tidak diberikan untuk menyelamatkan manusia, tetapi untuk menunjukkan kebutuhan mereka akan Kristus.

c. Pendorong untuk Hidup Kudus

R. C. Sproul menekankan bahwa Sepuluh Perintah Allah adalah panggilan bagi umat-Nya untuk hidup dalam kekudusan dan kasih, sebagai respons terhadap kasih karunia Allah yang telah menyelamatkan mereka.

4. Sepuluh Perintah Allah dalam Kristus

a. Kristus sebagai Penggenap Hukum

Dalam Matius 5:17, Yesus berkata:"Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya."

Kristus menggenapi hukum Taurat melalui ketaatan-Nya yang sempurna dan pengorbanan-Nya di salib, sehingga orang percaya tidak lagi di bawah hukuman hukum, tetapi hidup dalam kasih karunia.

b. Ringkasan Hukum dalam Kasih

Yesus merangkum Sepuluh Perintah Allah dalam dua perintah utama:"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu... dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Matius 22:37-39)

John Calvin mencatat bahwa kasih kepada Allah mencakup perintah pertama hingga keempat, sedangkan kasih kepada sesama mencakup perintah kelima hingga kesepuluh.

5. Relevansi Sepuluh Perintah Allah bagi Kehidupan Kristen

a. Hidup dalam Ketaatan

Orang percaya dipanggil untuk hidup dalam ketaatan kepada hukum Allah sebagai respons terhadap kasih karunia-Nya. Dalam Yohanes 14:15, Yesus berkata:"Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku."

b. Menjadi Teladan dalam Dunia

Sepuluh Perintah Allah memberikan panduan bagi orang percaya untuk menjadi terang dan garam di dunia. Dalam Matius 5:16, Yesus berkata:"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

c. Menjalin Hubungan yang Sehat

Hukum Allah membimbing orang percaya untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan Allah dan sesama. Ini mencerminkan tatanan kehidupan yang dikehendaki Allah sejak semula.

Kesimpulan: Sepuluh Perintah Allah sebagai Panduan Hidup yang Kudus

Sepuluh Perintah Allah adalah pernyataan kehendak Allah yang kekal, yang mencerminkan karakter-Nya dan memberikan panduan bagi umat-Nya untuk hidup dalam hubungan yang benar dengan Allah dan sesama. Dalam teologi Reformed, hukum ini menunjukkan kebutuhan manusia akan Kristus, yang telah menggenapinya melalui karya penebusan-Nya.

Sebagaimana Mazmur 119:105 berkata:"Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."

"Segala kemuliaan bagi Allah yang telah memberikan hukum-Nya untuk memimpin umat-Nya kepada kehidupan yang memuliakan nama-Nya."

Next Post Previous Post