Allah Memilih Nuh: Kedaulatan Allah dalam Rencana Penyelamatan

Allah Memilih Nuh: Kedaulatan Allah dalam Rencana Penyelamatan

Pendahuluan:

Kisah tentang Nuh adalah salah satu kisah yang paling terkenal dalam Alkitab. Terletak dalam Kejadian 6-9, kisah ini menggambarkan bagaimana Allah memilih seorang pria bernama Nuh untuk menyelamatkan umat manusia dan makhluk hidup lainnya dari penghukuman universal berupa air bah. Dalam cerita ini, kita melihat campur tangan Allah yang penuh kasih karunia dan kedaulatan-Nya dalam memilih dan menggunakan Nuh sebagai bagian dari rencana penyelamatan-Nya.

Namun, pertanyaan mendasar muncul: Mengapa Allah memilih Nuh? Apakah Nuh dipilih karena kebenarannya, atau apakah pilihan Allah sepenuhnya berdasarkan kasih karunia-Nya yang berdaulat? Artikel ini akan mengeksplorasi tema "Allah Memilih Nuh" dengan menganalisis teks Alkitab secara mendalam dan mengacu pada pandangan teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul.

1. Latar Belakang Kejadian 6: Kejahatan Manusia dan Kedaulatan Allah

a. Kondisi Dunia yang Rusak

Dalam Kejadian 6:5-6 (TB), kita membaca:"Ketika dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah Tuhan, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya."

Ayat ini menggambarkan kondisi dunia pada zaman Nuh: manusia telah jatuh ke dalam dosa yang mendalam, dengan hati yang terus-menerus condong kepada kejahatan. Kondisi ini memicu murka Allah yang adil, yang mengumumkan penghukuman berupa air bah untuk menghancurkan segala makhluk hidup di bumi (Kejadian 6:7).

Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa dosa manusia tidak hanya mencemari hubungan dengan Allah tetapi juga merusak ciptaan secara keseluruhan. Ini menunjukkan betapa seriusnya dosa di mata Allah yang kudus.

b. Allah Memilih Nuh

Di tengah kejahatan yang merajalela, Kejadian 6:8 menyatakan:"Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan."

John Calvin menulis bahwa pilihan Allah atas Nuh bukanlah karena kebaikan bawaan dari Nuh, tetapi karena kasih karunia Allah yang berdaulat. Ia berkata:"Nuh tidak dapat membanggakan dirinya sendiri; ia dipilih bukan karena kelebihannya, tetapi karena Allah dalam kemurahan-Nya memutuskan untuk menyatakan kasih karunia-Nya kepadanya."

2. Mengapa Allah Memilih Nuh?

a. Nuh sebagai Orang Benar

Kejadian 6:9 menggambarkan Nuh sebagai "seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya." Ia juga "hidup bergaul dengan Allah."

Istilah "benar" di sini menunjukkan bahwa Nuh hidup dalam ketaatan kepada Allah di tengah masyarakat yang penuh dengan kejahatan. Namun, teologi Reformed menegaskan bahwa kebenaran Nuh bukanlah alasan utama Allah memilihnya, melainkan bukti dari karya kasih karunia Allah yang bekerja dalam hidupnya.

Herman Bavinck menulis:"Kebenaran Nuh bukanlah hasil usahanya sendiri, melainkan buah dari kasih karunia Allah yang memanggil dan memampukannya untuk hidup dalam ketaatan."

b. Kasih Karunia sebagai Dasar Pilihan Allah

Pilihan Allah atas Nuh adalah tindakan kasih karunia yang berdaulat. Dalam Efesus 2:8-9, Paulus menegaskan bahwa keselamatan adalah hasil dari kasih karunia, bukan perbuatan manusia.

R.C. Sproul dalam Chosen by God menjelaskan bahwa pilihan Allah selalu didasarkan pada kehendak-Nya yang berdaulat, bukan pada usaha atau jasa manusia. Ia menulis:"Nuh dipilih bukan karena ia layak, tetapi karena Allah memutuskan untuk menunjukkan kasih karunia-Nya kepadanya, sehingga kemuliaan-Nya dinyatakan."

3. Tugas Nuh: Ketaatan kepada Allah

a. Panggilan untuk Membangun Bahtera

Allah memerintahkan Nuh untuk membangun sebuah bahtera yang besar sebagai sarana penyelamatan dari air bah yang akan datang (Kejadian 6:14-22). Bahtera ini menjadi simbol ketaatan Nuh kepada Allah.

Kejadian 6:22 mencatat:"Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya."

John Calvin menekankan bahwa ketaatan Nuh adalah bukti dari imannya kepada Allah. Ia berkata:
"Iman yang sejati selalu menghasilkan ketaatan. Nuh membangun bahtera bukan karena ia mengerti sepenuhnya rencana Allah, tetapi karena ia percaya kepada janji dan perintah Allah."

b. Pengkhotbah Kebenaran

Dalam 2 Petrus 2:5, Nuh disebut sebagai "pemberita kebenaran." Ini menunjukkan bahwa selain membangun bahtera, Nuh juga memanggil orang-orang sezamannya untuk bertobat dan kembali kepada Allah.

Herman Bavinck menulis bahwa tugas Nuh sebagai pemberita kebenaran mencerminkan misi umat Allah untuk menjadi saksi di tengah dunia yang berdosa.

4. Pemulihan Melalui Nuh: Pemulihan yang Terbatas dan Bayangan Kristus

a. Pemulihan yang Terbatas

Melalui ketaatan Nuh, Allah menyelamatkan keluarganya dan berbagai makhluk hidup dari kehancuran. Setelah air bah surut, Allah mengadakan perjanjian dengan Nuh, yang dikenal sebagai Perjanjian Nuh (Kejadian 9:8-17).

Namun, pemulihan melalui Nuh bersifat terbatas. Meskipun dunia dibersihkan dari kejahatan, dosa tetap ada dalam hati manusia. Kejadian 9:20-21 mencatat bahwa bahkan Nuh sendiri jatuh ke dalam dosa setelah air bah.

Louis Berkhof menegaskan bahwa pemulihan melalui Nuh adalah bayangan dari pemulihan yang sempurna yang akan datang melalui Kristus.

b. Nuh sebagai Tipe Kristus

Dalam teologi Reformed, Nuh sering dilihat sebagai tipe atau gambaran Kristus. Sama seperti Nuh dipilih untuk menyelamatkan keluarganya dari air bah, Kristus dipilih untuk menyelamatkan umat-Nya dari penghukuman dosa.

R.C. Sproul menulis:"Bahtera yang dibangun Nuh adalah gambaran dari Kristus. Sebagaimana mereka yang berada di dalam bahtera diselamatkan dari air bah, mereka yang berada di dalam Kristus diselamatkan dari murka Allah."

5. Implikasi Kisah Nuh bagi Kehidupan Kristen

a. Panggilan untuk Hidup dalam Ketaatan

Kisah Nuh mengajarkan pentingnya hidup dalam ketaatan kepada Allah, bahkan ketika perintah-Nya tampak tidak masuk akal menurut standar manusia.

Dalam Ibrani 11:7 (TB), kita membaca:"Karena iman, maka Nuh--dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan--dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya."

John Calvin menekankan bahwa iman sejati selalu menghasilkan ketaatan, karena iman melibatkan kepercayaan penuh kepada hikmat dan janji Allah.

b. Mengandalkan Kasih Karunia Allah

Kisah Nuh mengingatkan kita bahwa keselamatan adalah hasil dari kasih karunia Allah, bukan usaha manusia. Dalam kehidupan Kristen, kita dipanggil untuk hidup dengan bersandar sepenuhnya pada kasih karunia Allah yang dinyatakan dalam Kristus.

c. Menjadi Saksi di Tengah Dunia yang Rusak

Seperti Nuh yang menjadi pemberita kebenaran di tengah dunia yang jahat, orang percaya dipanggil untuk menjadi saksi Kristus di dunia yang telah jatuh ke dalam dosa. Dalam Matius 5:14, Yesus berkata:"Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi."

Kesimpulan

Kisah Nuh adalah gambaran yang indah tentang kasih karunia dan kedaulatan Allah dalam memilih dan menggunakan manusia untuk rencana-Nya yang agung. Allah memilih Nuh bukan karena kelebihannya, tetapi karena kasih karunia-Nya yang berdaulat. Melalui ketaatan Nuh, Allah menyelamatkan umat manusia dan menunjukkan rencana pemulihan-Nya yang lebih besar melalui Yesus Kristus.

Dalam perspektif teologi Reformed, kisah ini mengajarkan bahwa keselamatan sepenuhnya berasal dari Allah, yang memanggil, membenarkan, dan memampukan umat-Nya untuk hidup dalam ketaatan dan iman. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mengikuti teladan iman dan ketaatan Nuh, sambil menantikan penggenapan akhir dari rencana Allah dalam Kristus.

Catatan: Kisah Nuh mengingatkan kita untuk hidup dalam iman, ketaatan, dan ketergantungan penuh pada kasih karunia Allah, yang telah menyelamatkan kita melalui Yesus Kristus, bahtera keselamatan kita.

Next Post Previous Post