Yohanes 8:33-38: Klaim Kebebasan Anak Abraham dan Bantahan Yesus

Yohanes 8:33-38: Klaim Kebebasan Anak Abraham dan Bantahan Yesus

Pendahuluan:

Dalam Yohanes 8:33-38, Yesus menghadapi orang-orang Yahudi yang mengklaim kebebasan mereka sebagai keturunan Abraham. Mereka menolak pernyataan Yesus tentang kebebasan sejati yang hanya dapat diberikan oleh-Nya. Percakapan ini mengungkapkan perbedaan tajam antara pemahaman manusia tentang kebebasan dan pandangan Yesus tentang kebebasan sejati, yang berkaitan dengan pembebasan dari dosa.

Bagi tradisi teologi Reformed, bagian ini memiliki makna mendalam tentang dosa, anugerah, dan hubungan antara keturunan fisik Abraham dan keturunan spiritual. Dalam artikel ini, kita akan menggali ayat-ayat ini secara mendalam, dengan merujuk kepada para pakar teologi Reformed dan doktrin terkait.

Eksposisi Teks Yohanes 8:33-38

1. Yohanes 8:33: "Kami adalah keturunan Abraham"

Orang-orang Yahudi menyatakan bahwa sebagai keturunan Abraham, mereka adalah bangsa pilihan Allah dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Pernyataan ini ironis, mengingat sejarah mereka dipenuhi dengan perbudakan, seperti di Mesir dan Babilon.

Pandangan Teologi Reformed:

  • John Calvin dalam komentarnya menekankan bahwa klaim ini menunjukkan keangkuhan spiritual. Mereka terlalu bergantung pada status lahiriah sebagai keturunan Abraham, tanpa memahami kebutuhan akan pembaruan hati oleh Roh Kudus.
  • Herman Bavinck menyoroti bahwa menjadi keturunan fisik Abraham tidak cukup untuk menerima berkat perjanjian Allah. Hanya mereka yang memiliki iman seperti Abraham yang adalah anak-anak sejati (Roma 4:16).

2. Yohanes 8:34: "Setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa"

Yesus menegaskan bahwa masalah utama mereka bukanlah perbudakan politik, melainkan perbudakan rohani. Dosa mengikat manusia dalam perbudakan, sehingga mereka tidak dapat membebaskan diri.

Doktrin Reformed tentang Dosa:

  • Kerusakan Total (Total Depravity):
    Martyn Lloyd-Jones menjelaskan bahwa dosa tidak hanya memengaruhi tindakan seseorang tetapi juga kehendak dan sifat manusia. Manusia tanpa Kristus adalah hamba dosa, yang tidak dapat memilih kebaikan secara spiritual (Roma 6:17).
  • Hamba atau Anak:
    Dalam teologi Reformed, status manusia ditentukan oleh hubungan mereka dengan Allah. Mereka yang ada di bawah kuasa dosa adalah "hamba dosa," sementara mereka yang menerima Kristus menjadi "anak Allah" (Yohanes 1:12).

3. Yohanes 8:35-36: "Hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah"

Yesus menggunakan analogi rumah tangga untuk menggambarkan perbedaan antara hamba dan anak. Hamba memiliki status sementara, sedangkan anak memiliki hak waris yang kekal.

Makna Teologis:

  • Hamba dosa tidak memiliki tempat tetap dalam rumah Allah. Hanya mereka yang dibebaskan oleh Anak, yaitu Yesus, yang benar-benar menjadi bagian dari keluarga Allah.
  • John Owen dalam The Mortification of Sin menjelaskan bahwa pembebasan sejati dari dosa hanya dapat terjadi melalui karya Kristus, yang membayar harga tebusan di salib (1 Korintus 6:20).

4. Yohanes 8:37: "Kamu berusaha untuk membunuh Aku"

Yesus mengakui bahwa mereka adalah keturunan fisik Abraham, tetapi hati mereka jauh dari teladan Abraham. Abraham adalah orang yang hidup oleh iman, tetapi mereka menolak dan ingin membunuh Yesus, yang adalah kegenapan janji Allah kepada Abraham.

Pakar Reformed:

  • Herman Ridderbos dalam The Gospel of John menyoroti bahwa tindakan mereka adalah bukti bahwa mereka tidak memiliki hubungan rohani dengan Abraham. Mereka tidak hidup dalam iman yang sama dan tidak menerima firman Allah seperti Abraham.
  • Bavinck mengingatkan bahwa iman sejati kepada Allah selalu menghasilkan ketaatan kepada Firman-Nya. Menolak Yesus berarti menolak Allah yang mengutus-Nya.

5. Yohanes 8:38: "Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan"

Yesus menunjukkan perbedaan antara diri-Nya dan orang-orang Yahudi. Ia berbicara berdasarkan hubungan langsung dengan Bapa-Nya di surga. Sebaliknya, mereka melakukan apa yang mereka dengar dari "bapa mereka," yang dalam konteks ayat berikutnya merujuk pada Iblis (Yohanes 8:44).

Teologi Reformed tentang Kewibawaan Firman:

  • Calvin menegaskan bahwa Yesus adalah Firman Allah yang hidup, dan karena itu, otoritas-Nya tidak dapat disangkal. Menolak Yesus berarti menolak Allah sendiri.
  • Martyn Lloyd-Jones menambahkan bahwa hanya melalui ketaatan kepada Firman Kristus, manusia dapat mengalami pembebasan sejati dari dosa.

Implikasi Teologi Reformed dalam Yohanes 8:33-38

1. Kebebasan Sejati dalam Kristus

Menurut tradisi Reformed, kebebasan sejati bukanlah kebebasan politik atau sosial, tetapi kebebasan dari dosa dan murka Allah. Kebebasan ini diberikan oleh Kristus melalui karya salib-Nya (Galatia 5:1).

2. Pentingnya Iman Sejati

Teologi Reformed menekankan bahwa menjadi anak rohani Abraham tidak ditentukan oleh garis keturunan, tetapi oleh iman. Iman sejati menghasilkan hubungan dengan Allah dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya.

3. Kontras Antara Hamba dan Anak

  • Hamba dosa tidak memiliki hak waris dan tidak dapat menikmati hubungan penuh dengan Allah.
  • Anak Allah, yang dibebaskan oleh Kristus, memiliki hubungan kekal dengan Allah dan menjadi pewaris janji-janji-Nya (Roma 8:17).

Penerapan Praktis Bagi Orang Percaya

  1. Mengandalkan Kristus untuk Kebebasan Sejati:
    Orang percaya harus menyadari bahwa hanya melalui Kristus mereka dapat dibebaskan dari perbudakan dosa. Usaha manusia untuk mencapai kebebasan rohani tidak akan berhasil tanpa karya Kristus.

  2. Hidup sebagai Anak Allah:
    Menjadi anak Allah berarti hidup dalam hubungan intim dengan-Nya, tunduk kepada Firman-Nya, dan menunjukkan kasih Kristus dalam kehidupan sehari-hari.

  3. Menghindari Kesombongan Rohani:
    Klaim orang Yahudi sebagai keturunan Abraham mengajarkan kita untuk tidak mengandalkan status lahiriah atau tradisi agama. Hubungan pribadi dengan Kristus adalah inti dari iman Kristen.

Pandangan Para Pakar Reformed tentang Kebebasan dalam Kristus

1. John Calvin:

Calvin menekankan bahwa kebebasan sejati hanya ditemukan dalam anugerah Allah melalui Kristus. Ia mengingatkan bahwa perbudakan dosa adalah keadaan alami manusia yang hanya dapat diatasi oleh karya Roh Kudus.

2. Martyn Lloyd-Jones:

Lloyd-Jones melihat kebebasan dalam Kristus sebagai pembebasan dari kuasa dosa dan penghakiman Allah. Ia mengajarkan bahwa iman kepada Kristus menghasilkan transformasi hidup yang nyata.

3. Herman Bavinck:

Bavinck menjelaskan bahwa kebebasan sejati adalah hidup dalam hubungan dengan Allah. Dalam karya-Nya, ia menekankan bahwa kebebasan sejati tidak hanya pembebasan dari dosa tetapi juga hidup dalam kehendak Allah.

Kesimpulan

Yohanes 8:33-38 mengungkapkan perbedaan tajam antara klaim kebebasan manusia dan kebebasan sejati yang diberikan oleh Kristus. Orang-orang Yahudi mengandalkan status lahiriah sebagai keturunan Abraham, tetapi Yesus menunjukkan bahwa kebebasan sejati hanya dapat dicapai melalui iman kepada-Nya.

Baca Juga:  Yohanes 8:30-32: Nasihat Yesus kepada Orang Percaya

Bagi tradisi Reformed, bagian ini menyoroti doktrin tentang dosa, anugerah, dan hubungan pribadi dengan Allah. Yesus adalah satu-satunya sumber kebebasan sejati, yang membebaskan manusia dari perbudakan dosa dan memberikan hak sebagai anak Allah.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup sebagai anak-anak Allah yang telah dimerdekakan oleh Kristus. Kita tidak lagi hidup di bawah kuasa dosa tetapi dalam kebebasan sejati untuk memuliakan Allah. Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post