Allah Memilih Yusuf

Allah Memilih Yusuf

Pendahuluan:

Kisah Yusuf dalam Alkitab adalah salah satu narasi yang paling menggugah hati tentang kedaulatan dan pemeliharaan Allah. Yusuf dipilih Allah untuk memainkan peran penting dalam sejarah Israel dan rencana penebusan-Nya yang besar. Melalui kehidupan Yusuf, kita melihat bagaimana Allah bekerja melalui peristiwa yang tampaknya tidak menguntungkan—bahkan penderitaan—untuk membawa kebaikan dan penggenapan rencana-Nya yang sempurna.

Pemilihan Yusuf bukan hanya tentang keberhasilan duniawi atau pengaruh politik, tetapi juga tentang bagaimana Allah menggunakan hidupnya untuk menyelamatkan bangsa-bangsa dari kelaparan dan menjaga garis keturunan Mesias. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi kisah Yusuf berdasarkan Kejadian 37-50, serta pandangan para teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul, untuk menggali lebih dalam makna teologis dari pemilihan Yusuf dan implikasinya bagi kehidupan Kristen.

1. Pemilihan Yusuf dalam Narasi Alkitab

a. Yusuf sebagai Anak yang Dipilih

Kejadian 37:3 mengatakan:"Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya, dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia."

Yusuf dipilih sebagai anak yang istimewa oleh ayahnya, Yakub, yang juga dikenal sebagai Israel. Pemilihan ini mencerminkan kasih sayang Yakub yang khusus kepada Yusuf, tetapi juga memunculkan konflik dengan saudara-saudaranya yang iri hati.

Namun, lebih dari sekadar kasih ayahnya, Yusuf dipilih Allah untuk rencana yang lebih besar. Dalam Kejadian 37:5-11, Yusuf menerima mimpi profetik dari Allah, di mana ia melihat dirinya sebagai pemimpin yang akan dihormati oleh keluarganya. Mimpi ini adalah petunjuk awal tentang pemanggilan Allah atas hidup Yusuf.

b. Yusuf dan Penjualan ke Mesir

Saudara-saudaranya, yang dipenuhi oleh rasa iri hati, menjual Yusuf sebagai budak ke Mesir (Kejadian 37:28). Meski tampaknya Yusuf kehilangan segalanya, Allah tetap bekerja di balik layar. Peristiwa ini menunjukkan bagaimana Allah menggunakan kejahatan manusia untuk mencapai tujuan-Nya.

John Calvin menulis:"Allah sering kali menggunakan alat-alat yang tampaknya jahat untuk melaksanakan rencana-Nya yang mulia. Dalam kasus Yusuf, bahkan tindakan pengkhianatan saudara-saudaranya menjadi sarana untuk menyelamatkan banyak orang."

2. Yusuf di Mesir: Pemeliharaan dan Kesetiaan Allah

a. Yusuf di Rumah Potifar

Setelah dijual ke Mesir, Yusuf menjadi pelayan di rumah Potifar. Dalam Kejadian 39:2-3, kita membaca:"Tetapi Tuhan menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu. Setelah dilihat oleh tuannya, bahwa Tuhan menyertai dia dan bahwa Tuhan membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya."

Meskipun Yusuf berada di negeri asing sebagai budak, Allah tetap menyertainya dan memberkatinya. Ini menunjukkan bahwa kehadiran Allah tidak terbatas pada lokasi geografis atau keadaan tertentu.

b. Fitnah dan Penjara

Namun, keberhasilan Yusuf di rumah Potifar tidak membuatnya luput dari kesulitan. Karena fitnah istri Potifar, Yusuf dipenjarakan secara tidak adil (Kejadian 39:19-20). Namun, bahkan di penjara, Allah tetap menyertainya. Dalam Kejadian 39:21, kita membaca:"Tetapi Tuhan menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu."

Louis Berkhof menjelaskan bahwa pemeliharaan Allah terlihat jelas dalam hidup Yusuf. Meskipun Yusuf menghadapi penderitaan, Allah bekerja untuk mempersiapkannya menjadi alat-Nya yang berharga.

3. Yusuf sebagai Alat Keselamatan Allah

a. Yusuf sebagai Penafsir Mimpi

Allah memberikan Yusuf kemampuan untuk menafsirkan mimpi, yang kemudian membawanya kepada Firaun. Dalam Kejadian 41, Yusuf menafsirkan mimpi Firaun tentang kelimpahan dan kelaparan, yang memungkinkan Mesir untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana kelaparan selama tujuh tahun.

R.C. Sproul menulis:"Kemampuan Yusuf untuk menafsirkan mimpi bukanlah hasil dari kebijaksanaan manusia, tetapi karunia dari Allah, yang menunjukkan bahwa semua hikmat dan pengetahuan sejati berasal dari-Nya."

b. Yusuf sebagai Penyelamat Keluarganya dan Bangsa-Bangsa

Ketika kelaparan melanda, Yusuf menjadi pemimpin yang mengatur distribusi makanan di Mesir. Dalam Kejadian 45:7-8, Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya:"Allah telah mengutus aku mendahului kamu untuk menjamin kelangsungan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari kamu tertolong. Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah."

Herman Bavinck menulis bahwa Yusuf adalah gambaran Kristus, yang melalui penderitaan-Nya membawa keselamatan bagi umat-Nya. Sama seperti Yusuf menyelamatkan keluarganya dari kelaparan, Kristus menyelamatkan umat-Nya dari dosa dan kematian.

4. Kedaulatan Allah dalam Hidup Yusuf

a. Allah yang Mengendalikan Segala Sesuatu

Kisah Yusuf adalah contoh nyata dari kedaulatan Allah. Dalam Kejadian 50:20, Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya:"Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar."

John Calvin menekankan bahwa Allah tidak hanya mengizinkan peristiwa terjadi, tetapi Dia secara aktif mengatur segala sesuatu untuk mencapai tujuan-Nya.

b. Pemeliharaan Allah dalam Penderitaan

Kisah Yusuf mengajarkan bahwa Allah tetap memelihara umat-Nya bahkan di tengah penderitaan. Meskipun Yusuf menghadapi pengkhianatan, perbudakan, dan pemenjaraan, Allah selalu menyertainya dan menggunakan setiap situasi untuk kebaikan-Nya.

Louis Berkhof menulis:"Pemeliharaan Allah adalah tindakan terus-menerus dari-Nya untuk menopang, mengarahkan, dan mengatur segala sesuatu untuk kemuliaan-Nya dan kebaikan umat-Nya."

5. Yusuf dan Gambaran Kristus

a. Yusuf sebagai Tipe Kristus

Dalam teologi Reformed, Yusuf sering dilihat sebagai tipe atau bayangan Kristus. Sama seperti Yusuf yang dikhianati oleh saudara-saudaranya, Yesus juga dikhianati oleh umat-Nya sendiri. Yusuf ditinggikan ke posisi otoritas di Mesir untuk menyelamatkan banyak orang dari kelaparan, sementara Yesus ditinggikan di surga setelah kebangkitan-Nya untuk memberikan hidup kekal kepada umat-Nya.

R.C. Sproul menulis:"Kehidupan Yusuf mengarahkan kita kepada Kristus, yang melalui penderitaan dan kematian-Nya membawa keselamatan yang jauh lebih besar bagi umat manusia."

b. Pengampunan Yusuf sebagai Bayangan Kasih Karunia Kristus

Ketika saudara-saudaranya datang memohon pengampunan, Yusuf menunjukkan kasih dan pengampunan yang luar biasa. Ini mencerminkan kasih karunia Kristus, yang memaafkan dosa-dosa kita meskipun kita tidak layak menerimanya.

Baca Juga: The Necessity of the Atonemen: Reformed Theology

Dalam Kolose 3:13, Paulus berkata:"Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain; sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian."

6. Implikasi Pemilihan Yusuf bagi Kehidupan Kristen

a. Bersandar pada Kedaulatan Allah

Kisah Yusuf mengajarkan bahwa Allah adalah penguasa atas segala situasi dalam hidup kita. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk bersandar pada kedaulatan Allah, percaya bahwa Dia bekerja untuk mendatangkan kebaikan dalam segala hal (Roma 8:28).

b. Tetap Setia dalam Penderitaan

Seperti Yusuf yang tetap setia kepada Allah meskipun menghadapi banyak penderitaan, orang percaya juga dipanggil untuk bertahan dalam iman di tengah pencobaan. Dalam Yakobus 1:2-4, kita membaca:
"Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan."

c. Menjadi Alat Berkat bagi Orang Lain

Yusuf dipakai Allah untuk menyelamatkan keluarganya dan bangsa-bangsa dari kelaparan. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi saluran berkat Allah bagi orang lain, baik secara fisik maupun rohani.

Kesimpulan

Kisah Yusuf adalah bukti nyata dari kedaulatan dan pemeliharaan Allah. Dalam hidup Yusuf, kita melihat bagaimana Allah menggunakan peristiwa yang tampaknya buruk untuk membawa kebaikan yang besar, baik bagi Yusuf sendiri maupun bagi banyak orang. Pemilihan Yusuf menegaskan bahwa Allah selalu setia kepada janji-Nya, bahkan di tengah penderitaan dan kesulitan.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mengikuti teladan Yusuf dengan bersandar pada kedaulatan Allah, tetap setia dalam pencobaan, dan menjadi alat berkat bagi dunia. Kisah Yusuf mengingatkan kita bahwa Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mencapai rencana-Nya yang mulia, yang mencapai puncaknya dalam Yesus Kristus.

Catatan: Kiranya kisah Yusuf memperkuat iman kita untuk percaya kepada pemeliharaan Allah yang sempurna dan kasih karunia-Nya yang tak terbatas, bahkan di tengah pencobaan hidup.

Next Post Previous Post