Misi Yesus yang Dinyatakan: Yohanes 9:39

Misi Yesus yang Dinyatakan: Yohanes 9:39

Pendahuluan:

Yohanes 9:39 mencatat salah satu pernyataan penting dari Yesus mengenai misi-Nya di dunia: "Lalu kata Yesus: 'Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang melihat, menjadi buta.'" Ayat ini muncul dalam konteks kisah penyembuhan seorang yang buta sejak lahir, yang menggambarkan karya Yesus sebagai terang dunia. Dalam artikel ini, kita akan mendalami makna ayat ini berdasarkan penafsiran mendalam dan perspektif teologi Reformed, sambil memahami bagaimana misi Yesus memengaruhi iman dan kehidupan kita sehari-hari.

1. Konteks Yohanes 9:39

Konteks Yohanes 9:39 adalah penyembuhan orang buta sejak lahir (Yohanes 9:1-12) dan respons masyarakat terhadap mukjizat tersebut. Ketika Yesus menyembuhkan orang ini, terjadi perdebatan antara orang-orang Farisi, orang yang disembuhkan, dan orang-orang di sekitarnya. Para Farisi mempertanyakan otoritas dan identitas Yesus, sementara orang yang disembuhkan mengakui-Nya sebagai nabi dan akhirnya sebagai Anak Allah.

Dalam teologi Reformed, mukjizat Yesus dipahami sebagai tanda yang mengungkapkan kemuliaan-Nya dan menyatakan kebenaran Injil. John Calvin menulis bahwa mukjizat adalah "jendela" yang melalui itu kita dapat melihat sifat Allah dan tujuan-Nya di dunia. Oleh karena itu, pernyataan Yesus dalam Yohanes 9:39 bukan hanya tentang penghakiman, tetapi juga tentang misi penyelamatan-Nya.

2. "Aku Datang ke Dalam Dunia untuk Menghakimi"

Pernyataan Yesus tentang penghakiman sering disalahpahami. Dalam Yohanes 3:17, Yesus berkata bahwa Dia datang bukan untuk menghakimi dunia, tetapi untuk menyelamatkannya. Bagaimana kita dapat memahami pernyataan ini secara harmonis? Dalam Yohanes 9:39, penghakiman yang dimaksud adalah pembedaan antara mereka yang menerima terang Injil dan mereka yang menolaknya.

R.C. Sproul menjelaskan bahwa misi Yesus membawa "penghakiman alami" karena terang yang Dia bawa mengungkapkan kegelapan hati manusia. Mereka yang rendah hati dan menyadari kebutuhan mereka akan Allah akan menerima terang itu, sementara mereka yang sombong dan berpikir bahwa mereka sudah memiliki kebenaran akan ditinggalkan dalam kegelapan. Penghakiman ini adalah konsekuensi dari respons manusia terhadap Yesus.

3. "Supaya Barangsiapa yang Tidak Melihat, Dapat Melihat"

Yesus datang untuk memberikan penglihatan rohani kepada mereka yang buta secara rohani. Orang yang buta secara rohani adalah mereka yang tidak dapat memahami kebenaran Allah karena dosa telah menggelapkan hati mereka (2 Korintus 4:4). Penyembuhan orang buta dalam Yohanes 9 adalah gambaran simbolis dari bagaimana Yesus memberikan terang kepada mereka yang hidup dalam kegelapan.

Teologi Reformed menekankan bahwa kemampuan untuk "melihat" adalah karya anugerah Allah. Herman Bavinck menulis bahwa "iman adalah mata rohani yang dibuka oleh Roh Kudus untuk melihat kemuliaan Allah dalam wajah Yesus Kristus." Tanpa pekerjaan Roh Kudus, manusia tidak dapat melihat kebenaran Injil.

4. "Supaya Barangsiapa yang Melihat, Menjadi Buta"

Bagian kedua dari pernyataan Yesus mengacu pada mereka yang mengklaim memiliki penglihatan rohani tetapi sebenarnya buta. Orang-orang Farisi adalah contoh utama dari kelompok ini. Mereka menganggap diri mereka sebagai pemimpin rohani, tetapi mereka menolak Yesus sebagai Mesias.

John Owen, seorang teolog Reformed, menekankan bahwa kebutaan rohani sering kali disebabkan oleh kesombongan dan kepercayaan pada diri sendiri. Orang yang merasa bahwa mereka sudah memiliki semua jawaban sering kali menutup hati mereka terhadap kebenaran Allah. Dalam Yohanes 9, orang buta yang disembuhkan mengenali Yesus, tetapi orang-orang Farisi tetap dalam kebutaan rohani mereka.

5. Pendapat Pakar Teologi Reformed Mengenai Yohanes 9:39: "Misi Yesus Dinyatakan"

Ayat ini muncul dalam konteks kisah penyembuhan seorang buta sejak lahir, yang menjadi tanda kehadiran Yesus sebagai Terang Dunia. Dalam tradisi teologi Reformed, ayat ini sering dianggap sebagai pernyataan eksplisit tentang misi Yesus: menyatakan kebenaran Allah, mengungkapkan kondisi rohani manusia, dan memisahkan mereka yang percaya dari yang menolak-Nya. Berikut adalah pandangan beberapa teolog Reformed mengenai misi Yesus sebagaimana dinyatakan dalam Yohanes 9:39.

1. John Calvin: Penyataan Kebenaran dan Kondisi Hati Manusia

John Calvin menekankan bahwa Yohanes 9:39 menggambarkan misi Yesus sebagai Terang Dunia yang datang untuk menyatakan kebenaran Allah dan mengungkapkan kondisi hati manusia. Calvin menjelaskan bahwa penghakiman yang dimaksud dalam ayat ini bukan hanya tentang hukuman, tetapi juga pengungkapan. Kehadiran Yesus di dunia memisahkan orang yang rendah hati dan percaya dari mereka yang sombong dan menolak kebenaran.

Calvin juga melihat hubungan antara kebutaan fisik dan kebutaan rohani. Orang buta dalam kisah ini melambangkan mereka yang secara rohani tidak mampu mengenali Allah tetapi diberi penglihatan melalui iman. Sebaliknya, para pemimpin agama Yahudi yang merasa diri mereka "melihat" justru menjadi buta karena penolakan mereka terhadap Yesus. Calvin menyoroti bahwa kebutaan rohani adalah akibat dari kesombongan dan penolakan terhadap kasih karunia Allah.

2. R.C. Sproul: Kontras antara Terang dan Kegelapan

R.C. Sproul menyoroti tema terang dan kegelapan dalam Yohanes 9:39 sebagai inti dari misi Yesus. Ia menjelaskan bahwa Yesus datang untuk membawa terang kebenaran ke dunia yang gelap oleh dosa. Dalam konteks ini, mereka yang "tidak melihat" adalah orang-orang yang sadar akan kebutuhan mereka akan Allah, sedangkan mereka yang "melihat" adalah mereka yang merasa cukup dalam kebenaran diri sendiri.

Sproul menekankan bahwa misi Yesus dalam ayat ini tidak hanya membawa penyembuhan fisik tetapi juga membuka mata rohani bagi mereka yang percaya. Penghakiman yang disebutkan Yesus adalah akibat dari respons manusia terhadap terang-Nya. Mereka yang menerima terang akan diselamatkan, sedangkan mereka yang menolaknya akan tetap berada dalam kegelapan.

3. Herman Bavinck: Yesus sebagai Penyataan Allah yang Utama

Herman Bavinck memandang Yohanes 9:39 sebagai pernyataan Yesus tentang misi penebusan-Nya. Dalam pandangan Bavinck, kehadiran Yesus di dunia adalah puncak dari penyataan Allah kepada manusia. Melalui tindakan dan pengajaran-Nya, Yesus menyatakan kebenaran Allah, mengungkapkan dosa manusia, dan membuka jalan menuju keselamatan.

Bavinck menekankan bahwa pernyataan Yesus dalam ayat ini menunjukkan dualitas misi-Nya: menyelamatkan yang percaya dan membawa penghakiman kepada yang menolak. Bagi Bavinck, ini mencerminkan karakter Allah yang kudus dan adil. Penyembuhan orang buta dalam Yohanes 9 melambangkan transformasi rohani yang Yesus bawa bagi semua orang yang mengakui kebutaan mereka dan mencari terang-Nya.

4. Charles Hodge: Penghakiman sebagai Pemisahan

Charles Hodge menyoroti bahwa penghakiman dalam Yohanes 9:39 bukanlah tindakan penghukuman langsung, tetapi pemisahan yang tak terelakkan akibat kehadiran Yesus di dunia. Ia menjelaskan bahwa Yesus tidak datang dengan tujuan utama untuk menghakimi, tetapi kehadiran-Nya secara alami memisahkan mereka yang percaya dari yang menolak-Nya.

Hodge juga mencatat bahwa mereka yang mengakui kelemahan dan kebutuhan mereka akan Allah (mereka yang "tidak melihat") akan menerima terang dan kehidupan. Sebaliknya, mereka yang sombong secara rohani dan menganggap diri mereka cukup (mereka yang "melihat") akan dihukum oleh terang itu karena ketidakpercayaan mereka. Hodge menegaskan bahwa ini adalah gambaran bagaimana kasih karunia Allah bekerja: menyelamatkan yang rendah hati dan menolak yang sombong.

5. Michael Horton: Misi Yesus dalam Narasi Penebusan

Michael Horton menempatkan Yohanes 9:39 dalam konteks narasi besar penebusan Allah. Menurut Horton, misi Yesus adalah untuk menyatakan kebenaran Allah yang memisahkan umat manusia menjadi dua kelompok: mereka yang menerima Injil dan mereka yang menolaknya. Horton mencatat bahwa penyembuhan orang buta sejak lahir adalah tanda yang menunjukkan kuasa Yesus sebagai Mesias, tetapi respons orang-orang terhadap tanda itu mengungkapkan kondisi hati mereka.

Horton juga menyoroti bahwa penghakiman yang dibawa Yesus dalam Yohanes 9:39 bukanlah penghukuman akhir, tetapi penghakiman dalam bentuk konfrontasi terhadap dosa dan ketidakpercayaan. Kehadiran Yesus mengungkapkan kebenaran, yang membawa keselamatan bagi mereka yang percaya dan kebinasaan bagi mereka yang menolaknya.

6. Sinclair Ferguson: Penyembuhan dan Konfrontasi Dosa

Sinclair Ferguson menekankan aspek ganda misi Yesus dalam Yohanes 9:39, yaitu menyembuhkan dan mengkonfrontasi. Ferguson mencatat bahwa penyembuhan orang buta adalah tanda nyata dari kuasa Yesus untuk memulihkan bukan hanya tubuh, tetapi juga jiwa. Namun, kehadiran Yesus juga mengkonfrontasi dosa dan ketidakpercayaan, seperti yang terlihat dalam respons para pemimpin agama Yahudi.

Ferguson menyoroti bahwa penghakiman dalam ayat ini mengungkapkan kondisi rohani manusia. Mereka yang mengakui kebutuhan mereka akan Allah akan mengalami penyembuhan rohani, sedangkan mereka yang menolak Yesus akan tetap dalam kebutaan rohani. Dalam pandangannya, ini adalah gambaran bagaimana misi Yesus mencerminkan kasih karunia Allah yang membebaskan dan kebenaran-Nya yang menghakimi.

7. Tim Keller: Misi Yesus untuk Membalikkan Nilai Dunia

Tim Keller memandang Yohanes 9:39 sebagai pernyataan misi Yesus untuk membalikkan nilai-nilai dunia. Ia mencatat bahwa Yesus sering mengangkat mereka yang rendah hati dan terbuang, sementara Ia menentang yang sombong dan merasa cukup. Dalam ayat ini, mereka yang "tidak melihat" mewakili orang-orang yang miskin dalam roh, sedangkan mereka yang "melihat" melambangkan mereka yang sombong dalam kebenaran diri sendiri.

Keller juga menyoroti bahwa penyembuhan orang buta sejak lahir adalah ilustrasi dari transformasi rohani yang Yesus bawa. Melalui misi-Nya, Yesus membebaskan orang dari belenggu dosa dan kebutaan rohani, memberikan mereka terang Injil. Namun, respons terhadap terang itu mengungkapkan apakah seseorang hidup dalam kerendahan hati atau kesombongan.

Kesimpulan

Yohanes 9:39 adalah pernyataan yang kuat tentang misi Yesus sebagai Terang Dunia yang membawa penghakiman dengan cara menyatakan kebenaran Allah dan mengungkapkan kondisi hati manusia. Para teolog Reformed sepakat bahwa kehadiran Yesus memisahkan umat manusia menjadi dua kelompok: mereka yang menerima terang dan mereka yang menolak-Nya.

Misi Yesus adalah untuk menyelamatkan mereka yang rendah hati dan sadar akan kebutuhan mereka akan Allah. Mereka yang "tidak melihat" diberikan penglihatan rohani, sementara mereka yang sombong dalam kebenaran diri sendiri dibiarkan dalam kebutaan rohani mereka.

Pernyataan Yesus dalam Yohanes 9:39 mengingatkan umat percaya akan pentingnya kerendahan hati dalam menerima terang Injil. Kehadiran Yesus mengubah hidup, menyembuhkan, dan memulihkan mereka yang datang kepada-Nya dengan iman. Sebagai respons, kita dipanggil untuk bersyukur atas kasih karunia-Nya dan membagikan terang Injil kepada dunia yang membutuhkan.

Next Post Previous Post