Bahasa Roh dalam Ibadah Publik (1 Korintus 14:6-11)

Bahasa Roh dalam Ibadah Publik (1 Korintus 14:6-11)

Pendahuluan:

Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Rasul Paulus menulis tentang penggunaan karunia rohani, khususnya bahasa roh, dalam konteks ibadah publik. 1 Korintus 14:6-11 memberikan penjelasan yang sangat penting mengenai nilai dan manfaat bahasa roh, serta peringatan akan bahayanya jika tidak disertai dengan penafsiran. Ayat ini berbicara tentang bagaimana karunia rohani harus digunakan untuk membangun tubuh Kristus, bukan untuk memuaskan ego pribadi atau menciptakan kebingungan dalam jemaat. Artikel ini akan membahas secara mendalam ayat-ayat ini dengan menggunakan perspektif teologi Reformed, menjelaskan prinsip-prinsip alkitabiah, dan memberikan aplikasi praktis bagi gereja masa kini.

Konteks 1 Korintus 14:6-11

Paulus menulis surat 1 Korintus untuk mengatasi berbagai masalah di jemaat Korintus, termasuk penyalahgunaan karunia rohani. Pasal 14 secara khusus berfokus pada penggunaan karunia bahasa roh dan nubuat dalam ibadah. Jemaat Korintus, yang dikenal karena kebanggaan mereka terhadap karunia-karunia spektakuler, sering kali gagal memahami tujuan utama dari karunia rohani: membangun tubuh Kristus.

Dalam 1 Korintus 14:6-11, Paulus menjelaskan bahwa bahasa roh, jika tidak disertai dengan penafsiran, tidak memberikan manfaat bagi jemaat. Sebaliknya, itu hanya menjadi suara yang tidak bermakna, seperti alat musik yang dimainkan tanpa melodi atau bunyi terompet yang tidak jelas. Paulus menggunakan ilustrasi ini untuk menunjukkan bahwa komunikasi yang tidak dapat dipahami tidak akan membangun jemaat.

Penjelasan Ayat-Ayat

1. 1 Korintus 14:6: "Tetapi sekarang, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu sambil berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran?"

Paulus memulai dengan pertanyaan retoris untuk menekankan pentingnya komunikasi yang jelas dalam ibadah. Bahasa roh mungkin merupakan ekspresi spiritual yang mendalam, tetapi jika tidak disertai dengan penyataan, pengetahuan, nubuat, atau pengajaran, itu tidak berguna bagi orang lain.

Dalam teologi Reformed, John Calvin menekankan bahwa tujuan utama dari pelayanan gerejawi adalah edifikasi jemaat. Jika sebuah tindakan dalam ibadah tidak membangun iman, maka tindakan tersebut tidak sesuai dengan maksud Allah. Bahasa roh tanpa penafsiran hanya menjadi ekspresi pribadi, yang tidak memenuhi tujuan kolektif ibadah.

2. 1 Korintus 14:7-8: "Demikian pula dengan alat-alat yang tidak bernyawa, yang mengeluarkan bunyi, seperti seruling atau kecapi. Jika bunyinya tidak berbeda-beda, bagaimana orang dapat mengenal lagu yang dimainkan dengan seruling atau kecapi itu? Dan jika sangkakala mengeluarkan bunyi yang tidak jelas, siapakah yang bersiap untuk berperang?"

Paulus menggunakan ilustrasi alat musik untuk menekankan pentingnya kejelasan dalam komunikasi. Sebuah alat musik hanya bermanfaat jika dimainkan dengan nada yang jelas dan teratur. Demikian pula, bahasa roh tanpa penafsiran adalah seperti alat musik yang menghasilkan bunyi acak tanpa melodi.

Herman Bavinck, seorang teolog Reformed, menyatakan bahwa komunikasi yang efektif adalah bagian integral dari pelayanan gereja. Ketika bahasa roh digunakan tanpa penafsiran, itu tidak membawa manfaat bagi jemaat, melainkan menciptakan kebingungan. Ibadah harus dilakukan dengan keteraturan dan tujuan yang jelas untuk membangun iman umat.

3. 1 Korintus 14:9: "Demikian juga kamu. Jika kamu tidak dengan lidahmu mengatakan kata-kata yang dapat dimengerti orang, bagaimanakah orang dapat mengetahui apa yang kamu katakan? Kamu akan berbicara di udara saja."

Di sini, Paulus menekankan pentingnya komunikasi yang dapat dimengerti. Bahasa roh tanpa penafsiran tidak hanya sia-sia tetapi juga tidak efektif. Itu seperti berbicara di udara tanpa tujuan atau dampak nyata.

Teologi Reformed menekankan bahwa firman Allah harus diberitakan dengan jelas dan dapat dimengerti oleh semua orang. R.C. Sproul menulis bahwa "Allah telah memberikan firman-Nya untuk mengajar, menegur, memperbaiki, dan mendidik dalam kebenaran (2 Timotius 3:16)." Jika sebuah pesan tidak dapat dipahami, maka tujuan Allah tidak tercapai.

4. 1 Korintus 14:10-11: "Ada banyak sekali macam bahasa di dunia; namun tidak ada satu pun di antaranya yang mempunyai bunyi yang tidak berarti. Tetapi jika aku tidak mengetahui arti dari bunyi bahasa itu, aku menjadi orang asing bagi dia yang berbicara, dan dia yang berbicara menjadi orang asing bagiku."

Paulus mengakui bahwa ada banyak bahasa di dunia, dan semuanya memiliki arti. Namun, jika sebuah bahasa tidak dimengerti, itu tidak membawa manfaat. Bahasa roh yang tidak ditafsirkan menciptakan jarak antara pembicara dan pendengar, seperti dua orang asing yang tidak bisa saling memahami.

Menurut pandangan Reformed, keterhubungan antara anggota tubuh Kristus sangat penting. Jika bahasa roh menciptakan jarak daripada membangun hubungan, itu bertentangan dengan maksud Allah bagi gereja. Komunikasi yang jelas adalah fondasi dari persatuan dan pertumbuhan rohani.

5. Prinsip-Prinsip Teologis dari 1 Korintus 14:6-11

Dari penjelasan ayat-ayat ini, kita dapat menarik beberapa prinsip teologis yang relevan:

  1. Tujuan Karunia Rohani adalah Edifikasi Jemaat Semua karunia rohani diberikan oleh Roh Kudus untuk membangun tubuh Kristus (1 Korintus 12:7). Bahasa roh, tanpa penafsiran, tidak memenuhi tujuan ini dan oleh karena itu tidak boleh menjadi prioritas dalam ibadah publik.

  2. Komunikasi yang Jelas adalah Esensial Firman Allah harus disampaikan dengan cara yang dapat dimengerti oleh jemaat. Bahasa roh tanpa penafsiran adalah bentuk komunikasi yang tidak efektif dan tidak sesuai dengan tujuan ibadah.

  3. Ibadah Harus Dilakukan dengan Keteraturan Paulus menekankan pentingnya keteraturan dalam ibadah (1 Korintus 14:40). Karunia rohani harus digunakan dengan cara yang teratur dan bermakna untuk memastikan bahwa jemaat dapat menerima manfaat maksimal.

  4. Kasih adalah Landasan dari Penggunaan Karunia Pasal 13 menegaskan bahwa tanpa kasih, semua karunia rohani tidak ada artinya. Kasih mendorong kita untuk menggunakan karunia kita dengan cara yang membangun dan memberkati orang lain.

6. Pandangan Pakar Teologi Reformed

John Calvin
Calvin mengkritik keras penggunaan bahasa roh yang tidak teratur dalam ibadah. Ia menekankan bahwa karunia rohani harus membangun jemaat dan mencerminkan kehendak Allah untuk kedamaian dan keteraturan.

R.C. Sproul
Sproul melihat ayat ini sebagai pengingat bahwa ibadah adalah waktu untuk membangun tubuh Kristus. Bahasa roh tanpa penafsiran menghilangkan elemen utama ibadah, yaitu kejelasan dan pengertian.

B.B. Warfield
Warfield menekankan bahwa bahasa roh adalah tanda khusus untuk masa para rasul. Ia percaya bahwa dalam gereja masa kini, firman Tuhan yang diberitakan dengan jelas adalah alat utama untuk membangun jemaat.

Herman Bavinck
Bavinck menekankan bahwa setiap karunia harus digunakan sesuai dengan tujuannya. Bahasa roh, jika tidak membawa manfaat bagi jemaat, harus dibatasi penggunaannya dalam konteks ibadah publik.

Kesimpulan

1 Korintus 14:6-11 mengajarkan kepada kita bahwa bahasa roh, tanpa penafsiran, tidak berguna dalam ibadah publik. Karunia rohani harus digunakan untuk membangun tubuh Kristus, bukan untuk kepentingan pribadi atau menciptakan kebingungan. Paulus menekankan pentingnya komunikasi yang jelas, keteraturan dalam ibadah, dan kasih sebagai landasan dari semua tindakan rohani.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menggunakan karunia kita dengan cara yang memuliakan Allah dan memberkati sesama. Kiranya kita dapat meneladani prinsip-prinsip ini dalam kehidupan kita dan dalam komunitas gereja kita, sehingga tubuh Kristus dapat bertumbuh dalam iman, kasih, dan kesatuan. Amin.

Next Post Previous Post