Bahasa Roh sebagai Tanda: 1 Korintus 14:21-22

Bahasa Roh sebagai Tanda: 1 Korintus 14:21-22

Pengantar:

1 Korintus 14:21-22 adalah bagian dari surat Paulus kepada jemaat di Korintus yang membahas penggunaan karunia bahasa roh dalam ibadah jemaat. Dalam ayat ini, Paulus menjelaskan bahwa bahasa roh adalah tanda bagi orang-orang yang tidak percaya, sementara nubuat diberikan untuk membangun iman orang percaya. Artikel ini akan menguraikan perikop ini berdasarkan pandangan para pakar teologi, dengan penekanan pada konteks historis, makna teologis, dan relevansinya bagi kehidupan Kristen masa kini.

Berikut adalah teks 1 Korintus 14:21-22 (AYT):1 Korintus 14:21. Dalam hukum Taurat ada tertulis: “Aku akan berbicara kepada bangsa ini melalui orang-orang yang berbahasa asing dan dengan bibir orang-orang lain, tetapi mereka tidak akan mendengarkan Aku, firman Tuhan.”1 Korintus 14:22. Jadi, bahasa roh adalah tanda, bukan bagi orang percaya, tetapi bagi orang yang tidak percaya. Sebaliknya, nubuat adalah tanda, bukan bagi orang yang tidak percaya, tetapi bagi orang percaya.

A. Konteks 1 Korintus 14:21-22

1. Jemaat Korintus dan Karunia Rohani

Jemaat di Korintus diberkati dengan banyak karunia rohani, termasuk bahasa roh. Namun, mereka menghadapi masalah serius dalam penggunaannya. Beberapa anggota jemaat mengutamakan karunia bahasa roh sebagai tanda spiritualitas yang lebih tinggi, sehingga menciptakan kekacauan dalam ibadah.

D.A. Carson mencatat bahwa konteks pasal 14 adalah pengajaran Paulus tentang keteraturan dalam ibadah jemaat. Karunia bahasa roh harus digunakan dengan cara yang membangun, bukan untuk pamer atau menyebabkan kebingungan.

2. Kutipan dari Yesaya 28:11-12

Dalam ayat 21, Paulus mengutip Yesaya 28:11-12 untuk mendukung argumennya. Dalam konteks Yesaya, bahasa asing adalah tanda penghukuman Allah terhadap Israel karena ketidaktaatan mereka. Orang Asyur, yang berbicara dalam bahasa asing, adalah alat Allah untuk menghakimi umat-Nya.

Leon Morris mencatat bahwa Paulus menggunakan ayat ini untuk menunjukkan bahwa bahasa roh, seperti bahasa asing dalam Yesaya, adalah tanda yang menunjuk pada penghakiman bagi mereka yang menolak mendengarkan Allah.

B. Analisis 1 Korintus 14:21-22

1. “Aku Akan Berbicara kepada Bangsa Ini Melalui Orang-Orang yang Berbahasa Asing” ( 1 Korintus 14:21)

Paulus mengutip Yesaya untuk menunjukkan bahwa Allah menggunakan bahasa asing sebagai tanda penghakiman. Dalam konteks Korintus, bahasa roh memiliki fungsi serupa: menjadi tanda bagi orang yang tidak percaya, terutama mereka yang menolak untuk mendengarkan Allah.

William Barclay menjelaskan bahwa kutipan dari Yesaya ini memperingatkan bahwa tanda-tanda seperti bahasa roh tidak selalu menghasilkan iman, melainkan dapat menjadi pengingat akan ketidaktaatan. Paulus menggunakannya untuk mengajarkan bahwa karunia ini harus digunakan dengan bijaksana.

2. “Bahasa Roh adalah Tanda, Bukan bagi Orang Percaya, tetapi bagi Orang yang Tidak Percaya” (1 Korintus 14:22a)

Paulus menyatakan bahwa bahasa roh adalah tanda bagi orang yang tidak percaya. Ini mungkin tampak bertentangan dengan apa yang disebutkan dalam ayat berikutnya (14:23), di mana bahasa roh yang tidak dipahami justru membingungkan orang yang tidak percaya.

D.A. Carson menjelaskan bahwa bahasa roh sebagai tanda bisa memiliki dua sisi:

  • Bagi mereka yang hatinya keras, bahasa roh dapat menjadi tanda penghukuman, sebagaimana bahasa asing dalam Yesaya 28.
  • Namun, bagi mereka yang terbuka kepada Allah, bahasa roh dapat menjadi tanda kehadiran supranatural yang mendorong pencarian lebih lanjut tentang kebenaran Allah.

3. “Sebaliknya, Nubuat adalah Tanda bagi Orang Percaya” (1 Korintus 14:22b)

Paulus menekankan bahwa nubuat adalah tanda bagi orang percaya karena nubuat berbicara kepada hati mereka, membangun iman mereka, dan menuntun mereka kepada pertumbuhan rohani.

John MacArthur mencatat bahwa nubuat, sebagai penyataan langsung dari kehendak Allah, berfungsi untuk menguatkan, menasihati, dan menghibur jemaat. Ini menjadikannya lebih cocok untuk ibadah publik daripada bahasa roh yang tidak dimengerti.

C. Makna Teologis 1 Korintus 14:21-22

1. Karunia Bahasa Roh sebagai Tanda yang Dualistik

Bahasa roh memiliki makna teologis yang mendalam sebagai tanda kehadiran Allah. Namun, penggunaannya dapat menjadi dualistik: membawa berkat bagi orang yang percaya atau menjadi tanda penghukuman bagi mereka yang menolak Allah.

Leon Morris mencatat bahwa bahasa roh adalah bukti nyata dari karya Roh Kudus, tetapi jika disalahgunakan atau tidak diterjemahkan, itu dapat menyebabkan kebingungan atau bahkan penolakan terhadap Injil.

2. Nubuat sebagai Sarana untuk Membangun Jemaat

Paulus menunjukkan bahwa nubuat lebih penting dalam konteks ibadah jemaat karena tujuannya adalah untuk membangun iman. Nubuat melibatkan penyampaian pesan Allah yang relevan dan dapat dimengerti, yang memiliki dampak langsung pada kehidupan spiritual jemaat.

D.A. Carson mencatat bahwa nubuat mengingatkan kita tentang fokus utama ibadah: membangun tubuh Kristus dan membawa kemuliaan kepada Allah.

3. Keteraturan dalam Ibadah sebagai Refleksi Karakter Allah

Pasal 14 menekankan pentingnya keteraturan dalam ibadah jemaat. Karunia rohani harus digunakan dengan bijaksana untuk memuliakan Allah dan membangun tubuh Kristus, bukan untuk pamer atau menciptakan kebingungan.

R.C. Sproul menyatakan bahwa ibadah yang teratur mencerminkan karakter Allah yang adalah Tuhan dari keteraturan, bukan kekacauan. Karunia rohani harus digunakan dengan cara yang mencerminkan kekudusan dan keharmonisan Allah.

D. Pandangan Para Pakar tentang 1 Korintus 14:21-22

1. D.A. Carson

Carson menyoroti kompleksitas bahasa roh sebagai tanda. Dia mencatat bahwa tanda ini dapat membawa berkat bagi beberapa orang, tetapi juga menjadi penghukuman bagi mereka yang menolak Allah.

2. Leon Morris

Morris menekankan pentingnya penggunaan karunia rohani dengan bijaksana. Dia mencatat bahwa bahasa roh adalah anugerah Allah yang indah, tetapi harus digunakan dalam konteks yang sesuai untuk menghindari kebingungan atau penyalahgunaan.

3. R.C. Sproul

Sproul mencatat bahwa fokus utama ibadah adalah membangun jemaat dan memuliakan Allah. Dia menekankan bahwa karunia rohani harus digunakan dengan cara yang mencerminkan kekudusan dan keteraturan Allah.

Kesimpulan

1 Korintus 14:21-22 adalah pengingat bagi jemaat Korintus, dan juga bagi kita, tentang pentingnya menggunakan karunia rohani dengan bijaksana dan bertanggung jawab. Bahasa roh adalah tanda dari kehadiran supranatural Allah, tetapi penggunaannya harus dilakukan dengan cara yang membangun jemaat dan memuliakan Allah.

Sebaliknya, nubuat adalah sarana yang lebih efektif untuk membangun iman orang percaya karena berbicara secara langsung kepada hati mereka. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk memastikan bahwa semua aspek ibadah kita mencerminkan kekudusan, keteraturan, dan kemuliaan Allah.

Next Post Previous Post