Doa Pertobatan Daud: Mazmur 51:1-2
"Kasihanilah aku, ya Allah, sesuai dengan kasih setia-Mu; sesuai dengan belas kasihan-Mu yang melimpah, hapuskanlah pelanggaran-pelanggaranku. Basuhlah aku sepenuhnya dari kesalahanku, sucikanlah aku dari dosaku." (Mazmur 51:1-2, AYT)
Pengantar:
Mazmur 51 adalah salah satu mazmur pertobatan (penitential psalm) yang paling terkenal, ditulis oleh Raja Daud setelah dia ditegur oleh Nabi Natan atas dosanya dengan Batsyeba (2 Samuel 11-12). Dalam ayat 1-2, Daud memulai permohonannya kepada Allah dengan kerendahan hati yang mendalam, meminta pengampunan dan pemulihan berdasarkan kasih setia dan rahmat Allah. Penjelasan berikut akan menguraikan konteks, struktur, makna teologis, dan relevansinya dalam kehidupan Kristen.
1. Konteks Historis
Mazmur ini memiliki latar belakang yang kuat dalam sejarah Israel. Kisah dosa Daud dengan Batsyeba melibatkan perzinaan, manipulasi, dan pembunuhan, yang merupakan pelanggaran berat terhadap hukum Allah. Setelah ditegur oleh Nabi Natan, Daud tidak membela diri, melainkan mengakui dosanya dengan tulus. Mazmur 51 mencerminkan respons pertobatan Daud, menunjukkan hubungan erat antara pengakuan dosa dan permohonan pengampunan.
2. Struktur Mazmur 51:1-2
Mazmur 51 dibagi ke dalam beberapa bagian, tetapi ayat 1-2 termasuk dalam pembukaan, yaitu permohonan utama kepada Allah:
- Mazmur 51:1: Permohonan akan kasih setia dan rahmat Allah.
- Mazmur 51:2: Permohonan untuk pembersihan total dari dosa.
Daud memulai dengan menyebutkan sifat-sifat Allah sebagai dasar permohonannya, menekankan kasih setia (Ibrani: chesed) dan rahmat yang besar (Ibrani: rachamim).
3. Penjelasan Mendalam Mazmur 51:1-2
Mazmur 51:1: “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu; hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!”
Daud tidak meminta pengampunan berdasarkan kebaikannya, tetapi berdasarkan sifat Allah yang penuh kasih setia dan rahmat. Berikut adalah poin-poin penting:
“Kasihanilah aku, ya Allah”
Kata “kasihanilah” berasal dari kata Ibrani chanan, yang berarti menunjukkan kemurahan hati. Daud menyadari ketidaklayakannya di hadapan Allah dan memohon belas kasihan, bukan keadilan. Permohonan ini mencerminkan keputusasaan dan ketergantungan total pada Allah.“Menurut kasih setia-Mu”
Kasih setia (chesed) adalah salah satu atribut utama Allah dalam Perjanjian Lama. Ini merujuk pada kasih Allah yang tidak bersyarat dan perjanjian-Nya yang tetap setia kepada umat-Nya. Daud tahu bahwa hanya kasih setia Allah yang bisa menjadi dasar pengampunan, bukan usaha manusia.“Hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar”
Istilah “hapuskanlah” (machah) menggambarkan tindakan membersihkan catatan dosa, seperti menghapus tinta dari gulungan perkamen. Daud mengakui dosa-dosanya sebagai pelanggaran serius dan memohon pengampunan berdasarkan rahmat Allah (rachamim), yang menunjukkan belas kasih yang dalam dan penuh kelembutan.
Mazmur 51:2: “Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!”
Dalam ayat ini, Daud menggunakan dua metafora pembersihan untuk menggambarkan pemulihan dari dosa:
“Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku”
Kata “bersihkanlah” (kabas) biasanya digunakan dalam konteks mencuci pakaian. Ini menggambarkan kebutuhan Daud akan pembersihan total dari dosa, seolah-olah noda dosa telah menodai jiwanya. Frasa “seluruhnya” menunjukkan bahwa Daud menyadari betapa dalamnya dosa telah merusak hubungannya dengan Allah.“Tahirkanlah aku dari dosaku”
Kata “tahirkanlah” (taher) adalah istilah ritual yang sering digunakan dalam konteks kemurnian di hadapan Allah. Daud memohon agar Allah mengembalikan statusnya sebagai orang yang tahir, yang dapat mendekat kepada Allah tanpa rasa bersalah atau noda dosa.
3. Analisis Teologis Mazmur 51:1-2
a. Dosa Sebagai Pelanggaran Terhadap Allah
Dalam Mazmur 51, Daud memahami dosa bukan hanya sebagai pelanggaran hukum moral, tetapi sebagai pemberontakan terhadap Allah. Dalam ayat-ayat berikutnya (Mazmur 51:4), ia menyatakan bahwa dosa utamanya adalah melawan Allah: "Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa." Ini menunjukkan teologi dosa yang sangat mendalam, di mana dosa adalah penolakan terhadap otoritas dan kekudusan Allah.
b. Karakter Allah: Kasih Setia dan Rahmat
Permohonan Daud untuk pengampunan didasarkan pada karakter Allah yang penuh kasih setia (chesed) dan rahmat (rachamim). Dalam tradisi Yahudi, chesed merujuk pada komitmen Allah untuk tetap setia pada perjanjian-Nya, meskipun umat-Nya tidak setia. Rahmat Allah menunjukkan belas kasih yang dalam terhadap orang yang bersalah. Kedua sifat ini menjadi dasar pengharapan Daud untuk pengampunan.
c. Pengampunan dan Penyucian
Dua metafora yang digunakan Daud—menghapus (machah) dan membersihkan (kabas, taher)—menggambarkan dimensi pengampunan Allah:
Pengampunan Hukumiah: Allah menghapus catatan dosa, sehingga pelanggar tidak lagi dianggap bersalah secara hukum.
Penyucian Relasional: Allah memulihkan hubungan dengan orang berdosa, sehingga mereka dapat kembali bersekutu dengan-Nya.
Dalam Perjanjian Baru, konsep ini digenapi dalam karya Kristus. Darah Kristus menyucikan kita dari segala dosa (1 Yohanes 1:7), baik secara hukum maupun relasional.
4. Perspektif Teologi Reformed tentang Mazmur 51:1-2
1. Kesadaran akan Dosa
Teologi Reformed menekankan bahwa kesadaran akan dosa adalah langkah pertama menuju pemulihan. Daud menunjukkan contoh bagaimana seseorang yang menyadari dosanya harus berbalik kepada Allah.
John Calvin menulis, "Kesadaran akan dosa adalah anugerah Allah yang membawa kita kepada pengakuan dan pertobatan. Tanpa itu, kita akan tetap terjebak dalam pemberontakan kita."
2. Pengampunan oleh Kasih Karunia
Dalam pandangan Reformed, pengampunan adalah hasil dari kasih karunia Allah, bukan usaha manusia. Mazmur 51:1-2 menegaskan bahwa Daud tidak meminta pengampunan berdasarkan perbuatan baiknya, tetapi berdasarkan kasih setia Allah.
R.C. Sproul menjelaskan, "Pengampunan adalah tindakan kasih karunia Allah, yang diberikan kepada mereka yang dengan tulus bertobat dan percaya kepada-Nya."
3. Pembersihan Total oleh Allah
Teologi Reformed mengajarkan bahwa dosa mencemarkan manusia secara total, baik tindakan maupun hati. Oleh karena itu, pembersihan yang dibutuhkan adalah total dan hanya dapat dilakukan oleh Allah melalui karya Kristus.
Jonathan Edwards menulis, "Pembersihan total hanya mungkin melalui darah Kristus, yang menyucikan kita dari segala dosa."
Kesimpulan:
Mazmur 51:1-2 adalah doa yang penuh dengan kerendahan hati, pengakuan dosa, dan harapan akan pengampunan Allah. Dalam ayat-ayat ini, Daud mengajarkan kita bagaimana mendekat kepada Allah dalam pertobatan sejati, bergantung sepenuhnya pada kasih setia dan rahmat-Nya. Relevansi ayat ini tidak hanya terbatas pada konteks Perjanjian Lama, tetapi juga menemukan penggenapan penuhnya dalam karya Yesus Kristus.
Bagi setiap orang percaya, Mazmur 51 mengajarkan bahwa:
- Allah adalah sumber pengampunan dan pemulihan.
- Pertobatan sejati melibatkan pengakuan dosa yang tulus.
- Kasih karunia Allah adalah dasar dari kehidupan yang dipulihkan.
Dengan memahami dan menghidupi kebenaran ini, kita dapat mengalami pemulihan hubungan dengan Allah dan hidup dalam kasih karunia-Nya yang melimpah.