Dosa dan Ketetapan Allah: Apakah Termasuk dalam Rencana-Nya?
Pendahuluan:
Dalam teologi Reformed, salah satu pertanyaan mendasar yang sering muncul adalah hubungan antara dosa dan ketetapan Allah. Jika Allah berdaulat atas segala sesuatu, apakah dosa—yang merupakan pelanggaran terhadap kehendak Allah—juga termasuk dalam ketetapan-Nya? Pertanyaan ini memunculkan perdebatan teologis mendalam tentang bagaimana memahami kedaulatan Allah, tanggung jawab manusia, dan keberadaan dosa dalam rencana Allah yang sempurna.
Artikel ini akan menjelaskan bagaimana teologi Reformed menjawab pertanyaan ini, dengan merujuk pada Alkitab dan pandangan para teolog seperti John Calvin, Herman Bavinck, dan R.C. Sproul. Kita akan mengeksplorasi dasar Alkitabiah, implikasi teologis, serta relevansinya bagi pemahaman iman Kristen.
1. Ketetapan Allah dalam Teologi Reformed
a. Definisi Ketetapan Allah
Ketetapan Allah mengacu pada keputusan Allah yang kekal, berdaulat, dan menyeluruh atas segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, termasuk penciptaan, penebusan, dan pemeliharaan. Dalam Efesus 1:11, Paulus menulis:"Di dalam Dia, kami juga telah menerima bagian yang dijanjikan—kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya."
John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, menyatakan bahwa tidak ada satu pun peristiwa yang terjadi di luar kehendak Allah. Kedaulatan Allah mencakup setiap aspek kehidupan, termasuk yang baik maupun yang buruk, meskipun Allah tetap tidak bersalah dalam keberadaan dosa.
b. Ketetapan Allah yang Menyeluruh
Mazmur 115:3 menyatakan:"Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya." Dalam teologi Reformed, ini menunjukkan bahwa segala sesuatu—termasuk keberadaan dosa—tidak lepas dari kendali Allah. Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, menekankan bahwa Allah tidak hanya mengetahui segala sesuatu, tetapi juga mengatur segala sesuatu sesuai dengan rencana kekal-Nya.
2. Dosa dalam Ketetapan Allah: Dasar Alkitabiah
a. Keberadaan Dosa dalam Rencana Allah
Dosa tidak terjadi di luar pengetahuan atau kedaulatan Allah. Dalam Kisah Para Rasul 2:23, Petrus berkata tentang kematian Yesus:"Dia yang diserahkan menurut maksud dan rencana Allah, kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka."
Ayat ini menunjukkan bahwa meskipun dosa manusia (yaitu penyaliban Yesus) adalah tindakan yang bertentangan dengan hukum Allah, itu tetap termasuk dalam rencana kekal-Nya untuk menyelamatkan dunia.
b. Contoh dalam Perjanjian Lama
Kejadian 50:20 mencatat perkataan Yusuf kepada saudara-saudaranya yang telah menjualnya ke Mesir:
"Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan."
Kejadian ini menunjukkan bahwa Allah menggunakan dosa manusia untuk mencapai tujuan-Nya yang baik. R.C. Sproul, dalam bukunya The Sovereignty of God, menjelaskan bahwa dosa tidak berada di luar rencana Allah, tetapi Allah tetap tidak menjadi penyebab dosa.
3. Allah sebagai Pengatur, Bukan Penyebab Dosa
a. Allah Tidak Berdosa
Yakobus 1:13 dengan jelas menyatakan bahwa Allah tidak dapat dicobai oleh kejahatan, dan Dia tidak mencobai siapa pun untuk berbuat dosa. Ini berarti bahwa meskipun dosa termasuk dalam ketetapan Allah, Dia tidak pernah menjadi penyebab dosa secara langsung.
John Calvin menjelaskan bahwa Allah "mengatur" dosa tanpa menjadi penyebabnya. Allah mengizinkan dosa terjadi untuk tujuan-tujuan tertentu, tetapi izin ini bukan berarti Dia adalah sumber dosa.
b. Tanggung Jawab Manusia atas Dosa
Meskipun dosa terjadi dalam rencana Allah, manusia tetap bertanggung jawab atas dosa mereka. Dalam Roma 9:19-20, Paulus menjawab keberatan tentang kedaulatan Allah:"Tetapi engkau akan berkata kepadaku: ‘Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkan-Nya? Sebab siapa yang menentang kehendak-Nya?’ Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah?"
Herman Bavinck menyatakan bahwa manusia bertindak sesuai dengan kehendak bebas mereka sendiri, meskipun tindakan mereka tidak lepas dari rencana Allah. Ini adalah misteri yang harus diterima oleh iman.
4. Mengapa Allah Mengizinkan Dosa?
a. Untuk Memuliakan Allah
Dalam teologi Reformed, keberadaan dosa dalam rencana Allah akhirnya bertujuan untuk memuliakan Dia. Roma 9:22-23 menyatakan bahwa melalui keberadaan "bejana murka" dan "bejana belas kasihan," Allah menunjukkan kemuliaan-Nya yang besar.
Jonathan Edwards, dalam tulisannya The End for Which God Created the World, menegaskan bahwa bahkan keberadaan dosa digunakan oleh Allah untuk menunjukkan sifat-sifat-Nya, seperti keadilan, kasih, dan belas kasihan.
b. Untuk Menggenapi Rencana Penebusan
Tanpa keberadaan dosa, karya penebusan Kristus tidak diperlukan. Kematian dan kebangkitan Kristus adalah bagian dari rencana Allah yang kekal untuk menyelamatkan umat-Nya. Efesus 1:7-10 menunjukkan bahwa di dalam Kristus, Allah merencanakan penyelamatan umat manusia untuk memuliakan kasih karunia-Nya.
5. Implikasi Teologis Dosa dalam Ketetapan Allah
a. Penghiburan dalam Kedaulatan Allah
Doktrin ini memberikan penghiburan bahwa tidak ada peristiwa yang terjadi di luar kendali Allah. Bahkan dalam kejahatan dan penderitaan, umat percaya dapat percaya bahwa Allah memegang kendali dan bekerja untuk kebaikan mereka (Roma 8:28).
b. Tanggung Jawab untuk Hidup Kudus
Meskipun dosa termasuk dalam ketetapan Allah, ini tidak memberikan alasan bagi manusia untuk hidup dalam dosa. Roma 6:1-2 dengan tegas menyatakan bahwa mereka yang telah mati terhadap dosa tidak boleh terus hidup di dalamnya.
c. Penghormatan terhadap Misteri Allah
Doktrin ini mengajarkan umat percaya untuk menghormati misteri Allah yang tidak dapat sepenuhnya dipahami oleh akal manusia. R.C. Sproul menekankan bahwa pemahaman kita tentang kedaulatan Allah harus selalu disertai dengan kerendahan hati dan iman.
6. Tantangan terhadap Doktrin Ini
a. Tanggapan terhadap Determinisme
Beberapa kritik terhadap teologi Reformed menyatakan bahwa doktrin ini mendukung determinisme, yaitu bahwa manusia tidak memiliki kehendak bebas. Namun, teologi Reformed menegaskan bahwa manusia memiliki kehendak bebas yang sesuai dengan sifat mereka, meskipun kehendak itu tidak lepas dari rencana Allah.
b. Kesalahpahaman tentang Peran Allah
Ada yang salah memahami doktrin ini dan menganggap bahwa Allah adalah pencipta dosa. Namun, teologi Reformed dengan tegas menyatakan bahwa Allah tidak pernah menjadi penyebab dosa secara langsung.
Kesimpulan
Dosa, meskipun merupakan pelanggaran terhadap hukum Allah, termasuk dalam ketetapan-Nya yang berdaulat. Dalam teologi Reformed, keberadaan dosa dalam rencana Allah bertujuan untuk memuliakan Dia dan menggenapi rencana keselamatan-Nya. Namun, Allah tetap kudus dan tidak berdosa, sementara manusia tetap bertanggung jawab atas dosa mereka.
Baca Juga: Lukas 19:10: Sebuah Studi Teologi tentang Misi dan Keselamatan
Sebagaimana Roma 11:33 menyatakan:"O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat, dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!"
Doktrin ini mengundang umat percaya untuk hidup dalam iman, penghiburan, dan penghormatan terhadap misteri Allah yang tidak terbatas.
Catatan Akhir:
Berdoalah memohon hikmat dari Roh Kudus untuk memahami kebenaran ini dengan iman yang rendah hati. Artikel ini ditulis untuk mendukung refleksi teologis yang mendalam, dengan Alkitab sebagai dasar utama dalam memahami kedaulatan Allah.