God’s Thoughts and Ways Above Ours: Reformed Theology

God’s Thoughts and Ways Above Ours: Perspektif Teologi Reformed

Pendahuluan:

Allah yang kita sembah dalam tradisi Reformed adalah Allah yang berdaulat, transenden, dan penuh hikmat. Firman Tuhan dalam Yesaya 55:8-9 menyatakan: “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” Ayat ini mengajarkan bahwa pikiran dan jalan Allah tidak dapat dibandingkan dengan pikiran dan jalan manusia. Artikel ini akan mengeksplorasi konsep ini dari perspektif teologi Reformed, termasuk implikasi teologis dan praktisnya bagi kehidupan Kristen.

1. Pikiran dan Jalan Allah yang Transenden

a. Allah yang Tidak Terjangkau oleh Pikiran Manusia

Dalam teologi Reformed, salah satu atribut Allah yang utama adalah transendensi-Nya. John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, menekankan bahwa Allah adalah Pribadi yang “tidak dapat dipahami” oleh pikiran manusia. Segala pikiran dan jalan-Nya melampaui kemampuan manusia untuk memahaminya.

Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, menegaskan bahwa keterbatasan manusia membuat kita tidak mungkin mengerti sepenuhnya pikiran Allah. Allah tidak hanya lebih besar dalam kuantitas (lebih bijaksana, lebih berkuasa), tetapi berbeda secara kualitatif. Jalan-Nya melampaui logika manusia karena didasarkan pada hikmat ilahi yang sempurna.

b. Allah yang Berdaulat dalam Segala Hal

Kedaulatan Allah adalah tema utama dalam teologi Reformed. Rancangan dan jalan Allah tidak hanya melampaui pemahaman manusia, tetapi juga mencakup setiap aspek kehidupan dan sejarah. R.C. Sproul, dalam bukunya The Sovereignty of God, menyatakan bahwa tidak ada satu molekul pun di alam semesta yang berada di luar kendali Allah. Pikiran dan jalan-Nya mencakup seluruh ciptaan, dari yang terkecil hingga yang terbesar.

2. Perbedaan Rancangan Allah dan Manusia

a. Kebijaksanaan Allah yang Sempurna

Pikiran manusia sering kali didasarkan pada pengetahuan yang terbatas dan motivasi yang tidak murni. Sebaliknya, rancangan Allah didasarkan pada hikmat yang sempurna. Jonathan Edwards, dalam khotbahnya The Wisdom of God Displayed in Salvation, menyebut bahwa keselamatan manusia adalah salah satu contoh terbaik dari kebijaksanaan Allah yang melampaui pikiran manusia.

Rancangan Allah untuk menyelamatkan manusia melalui kematian Yesus Kristus di kayu salib tampak sebagai kebodohan bagi dunia (1 Korintus 1:18-25). Namun, dalam perspektif Allah, itu adalah puncak dari hikmat dan kasih-Nya.

b. Jalan Allah yang Kadang Sulit Dipahami

Manusia sering bertanya-tanya mengapa Allah mengizinkan penderitaan, kesulitan, atau peristiwa-peristiwa tertentu dalam hidup mereka. Timothy Keller, dalam bukunya Walking with God through Pain and Suffering, menekankan bahwa meskipun kita tidak selalu memahami jalan Allah, kita dapat percaya bahwa Dia memiliki tujuan yang baik di balik semuanya.

Keller juga mencatat bahwa penderitaan adalah salah satu cara Allah membentuk umat-Nya, membuat mereka lebih serupa dengan Kristus, dan menunjukkan kasih-Nya yang tak terhingga.

3. Implikasi Teologis: Beriman kepada Allah yang Berdaulat

a. Kepercayaan pada Kedaulatan Allah

Karena pikiran dan jalan Allah melampaui pemahaman manusia, teologi Reformed mengajarkan bahwa kita harus bersandar pada iman. John Frame, dalam bukunya The Doctrine of God, menekankan bahwa kepercayaan kepada Allah yang berdaulat adalah dasar dari kehidupan Kristen. Kita tidak perlu memahami setiap rencana-Nya untuk percaya bahwa Dia bekerja demi kebaikan umat-Nya (Roma 8:28).

b. Pengakuan Akan Ketergantungan kepada Allah

Keterbatasan manusia mengingatkan kita bahwa kita sepenuhnya bergantung pada Allah. Thomas Watson, dalam bukunya A Body of Divinity, menyebut bahwa kebenaran ini mengajarkan kerendahan hati. Ketika kita memahami bahwa rancangan dan jalan Allah lebih tinggi dari kita, kita belajar untuk menyerahkan diri kepada kehendak-Nya.

4. Respons Praktis terhadap Pikiran dan Jalan Allah

a. Menyerahkan Diri dalam Iman

Mengetahui bahwa pikiran dan jalan Allah lebih tinggi dari kita mendorong kita untuk hidup dalam iman. J.I. Packer, dalam bukunya Knowing God, menyebut bahwa iman sejati melibatkan percaya kepada Allah meskipun kita tidak mengerti segala sesuatu.

Baca Juga:  Sinners in the Hands of an Angry God: Reformed Theology

Yesaya 26:3 mengatakan bahwa Allah akan memberikan damai kepada mereka yang pikirannya tertuju kepada-Nya. Dengan memercayai kebijaksanaan Allah, kita dapat mengalami damai di tengah ketidakpastian.

b. Bertekun dalam Doa

Meskipun kita tidak selalu memahami rancangan Allah, doa adalah sarana untuk membawa kebutuhan dan pergumulan kita kepada-Nya. Charles Hodge, dalam Systematic Theology, menyebut doa sebagai pengakuan bahwa kita memerlukan campur tangan Allah dalam setiap aspek kehidupan kita.

c. Menghidupi Ketaatan

Menyadari bahwa pikiran dan jalan Allah lebih tinggi dari kita mendorong kita untuk hidup dalam ketaatan. Francis Turretin, dalam Institutes of Elenctic Theology, menyatakan bahwa ketaatan adalah respons yang wajar terhadap kebesaran dan kedaulatan Allah.

5. Contoh Alkitabiah tentang Pikiran dan Jalan Allah yang Lebih Tinggi

a. Kisah Yusuf

Kisah Yusuf dalam Kejadian 37-50 adalah salah satu contoh bagaimana jalan Allah sering kali sulit dimengerti tetapi penuh hikmat. Meskipun Yusuf mengalami penderitaan dan pengkhianatan, Allah menggunakan situasi tersebut untuk menyelamatkan banyak orang. Dalam Kejadian 50:20, Yusuf berkata, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan...”

b. Salib Kristus

Penyaliban Kristus adalah puncak dari jalan Allah yang melampaui pikiran manusia. Dalam 1 Korintus 1:18-25, Paulus menggambarkan salib sebagai kebodohan bagi dunia tetapi hikmat Allah bagi mereka yang diselamatkan. Rencana Allah untuk menyelamatkan manusia melalui pengorbanan Kristus menunjukkan kasih dan kebijaksanaan-Nya yang tak terhingga.

6. Relevansi Bagi Kehidupan Kristen Modern

a. Menghadapi Ketidakpastian

Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, pengakuan bahwa pikiran dan jalan Allah lebih tinggi dari kita memberikan penghiburan. Michael Horton, dalam bukunya Pilgrim Theology, menyebut bahwa kedaulatan Allah adalah jangkar yang memampukan umat percaya untuk bertahan dalam badai kehidupan.

b. Mengembangkan Kerendahan Hati

Pemahaman bahwa kita tidak dapat memahami sepenuhnya pikiran dan jalan Allah seharusnya menghasilkan kerendahan hati. Dalam masyarakat yang sering kali mengagungkan kebijaksanaan manusia, pengakuan akan kebesaran Allah adalah tindakan iman yang radikal.

c. Meningkatkan Kepercayaan pada Janji Allah

Meskipun jalan Allah melampaui pemahaman kita, kita dapat memercayai janji-Nya dalam firman-Nya. Setiap janji-Nya adalah cerminan dari hikmat, kedaulatan, dan kasih-Nya yang sempurna.

Kesimpulan

Pikiran dan jalan Allah yang lebih tinggi dari kita adalah pengingat akan kebesaran, hikmat, dan kedaulatan-Nya. Dalam teologi Reformed, konsep ini mendorong umat percaya untuk hidup dalam iman, kerendahan hati, dan ketaatan.

Meskipun kita tidak selalu mengerti rencana Allah, kita dapat yakin bahwa rancangan-Nya sempurna dan penuh kasih. Sebagaimana Yesaya 55:8-9 menyatakan, perbedaan antara pikiran dan jalan Allah dengan manusia adalah alasan untuk memuliakan Dia dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya. God’s Thoughts and Ways Above Ours: Reformed Theology

Next Post Previous Post