Relasi dengan Kristus: Reformed Theology
Pendahuluan:
Relasi manusia dengan Kristus merupakan inti dari kehidupan Kristen. Dalam teologi Reformed, relasi ini dipahami sebagai sebuah hubungan yang mendalam, dibangun di atas anugerah Allah, dikerjakan melalui iman, dan dipelihara oleh Roh Kudus. Pandangan ini memiliki dasar yang kokoh dalam Alkitab dan menjadi fokus dari banyak pembahasan para pakar teologi Reformed. Artikel ini akan mengupas konsep relasi dengan Kristus berdasarkan beberapa sudut pandang dari teolog-teolog Reformed, mencakup aspek teologis, spiritual, dan praktis.
1. Relasi Berdasarkan Inisiatif Allah
Teologi Reformed menekankan bahwa relasi dengan Kristus dimulai dari inisiatif Allah, bukan usaha manusia. John Calvin, tokoh utama teologi Reformed, menyatakan dalam Institutes of the Christian Religion bahwa keselamatan manusia adalah murni hasil anugerah Allah. Allah, dalam kedaulatan-Nya, memilih umat-Nya sebelum dunia dijadikan (Efesus 1:4-5). Relasi dengan Kristus adalah bagian dari rencana kekal Allah yang diwujudkan dalam sejarah melalui inkarnasi, kematian, dan kebangkitan Kristus.
Michael Horton, seorang teolog kontemporer Reformed, dalam bukunya Union with Christ, menegaskan bahwa relasi dengan Kristus adalah realitas teologis yang melibatkan seluruh karya Trinitas. Allah Bapa merancang relasi ini, Allah Anak mewujudkannya melalui karya penebusan, dan Allah Roh Kudus memampukan manusia untuk masuk ke dalam relasi tersebut.
2. Relasi Sebagai Kesatuan dengan Kristus (Union with Christ)
Konsep union with Christ adalah pilar utama dalam teologi Reformed. Relasi dengan Kristus tidak hanya bersifat eksternal, tetapi melibatkan kesatuan yang mendalam antara Kristus dan orang percaya. Kesatuan ini digambarkan dengan berbagai metafora Alkitab, seperti pokok anggur dan ranting (Yohanes 15:5), tubuh dan anggota tubuh (1 Korintus 12:12-27), serta pengantin pria dan pengantin wanita (Efesus 5:25-32).
Calvin menjelaskan bahwa kesatuan ini bersifat rohani dan misterius, namun nyata. Roh Kudus bertindak sebagai penghubung yang mempersatukan Kristus dengan umat-Nya. Dalam kesatuan ini, orang percaya menerima berkat-berkat keselamatan, termasuk pembenaran, pengudusan, dan kemuliaan.
Robert Letham, dalam bukunya The Work of Christ, menyebut bahwa kesatuan dengan Kristus mencakup aspek representatif dan relasional. Dalam aspek representatif, Kristus menjadi wakil umat manusia dalam kematian dan kebangkitan-Nya (Roma 5:18-19). Sedangkan dalam aspek relasional, orang percaya berpartisipasi dalam kehidupan Kristus melalui iman.
3. Relasi yang Dibangun Melalui Iman
Iman adalah alat yang Allah gunakan untuk membangun relasi dengan Kristus. Teologi Reformed menekankan bahwa iman adalah karunia Allah (Efesus 2:8) dan bukan hasil usaha manusia. Herman Bavinck, seorang teolog Belanda, menggambarkan iman sebagai “tangan” yang menerima Kristus. Melalui iman, orang percaya mengandalkan Kristus sepenuhnya sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Charles Hodge menambahkan bahwa iman bukan hanya pengetahuan intelektual, tetapi juga kepercayaan penuh kepada pribadi Kristus. Dalam hal ini, iman menjadi sarana yang membawa manusia ke dalam hubungan intim dengan Kristus, bukan sekadar percaya pada fakta-fakta tentang-Nya.
4. Relasi yang Dipelihara oleh Roh Kudus
Roh Kudus memiliki peran penting dalam memelihara relasi dengan Kristus. Dalam teologi Reformed, Roh Kudus bukan hanya penghubung, tetapi juga penggerak yang terus-menerus memperbarui hubungan ini. Francis Turretin menjelaskan bahwa Roh Kudus bekerja melalui Firman dan sakramen untuk menguatkan iman orang percaya.
Richard Gaffin, dalam bukunya Resurrection and Redemption, menunjukkan bahwa Roh Kudus memungkinkan orang percaya untuk mengalami kebangkitan rohani, yang merupakan tanda kehadiran Kristus dalam hidup mereka. Relasi ini diperdalam melalui doa, pembacaan Alkitab, dan ketaatan kepada perintah Kristus.
5. Relasi yang Mengubah Identitas
Relasi dengan Kristus bukan hanya hubungan biasa; ini adalah relasi yang mengubah identitas orang percaya. Dalam 2 Korintus 5:17, Paulus menyatakan bahwa “jika seseorang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru.” Kesatuan dengan Kristus berarti hidup lama telah berlalu, dan hidup baru dimulai.
Timothy Keller, seorang pendeta dan teolog Reformed, menekankan bahwa relasi dengan Kristus memberikan pengertian baru tentang siapa kita di hadapan Allah. Identitas kita tidak lagi didasarkan pada prestasi atau kegagalan kita, tetapi pada status kita sebagai anak-anak Allah di dalam Kristus.
6. Relasi yang Menghasilkan Buah Rohani
Relasi dengan Kristus membawa transformasi dalam kehidupan orang percaya, yang ditandai dengan menghasilkan buah rohani (Galatia 5:22-23). Menurut Sinclair Ferguson, buah Roh bukanlah hasil usaha manusia, tetapi bukti bahwa seseorang hidup dalam relasi yang erat dengan Kristus.
Relasi ini mendorong orang percaya untuk hidup dalam ketaatan kepada Allah dan kasih kepada sesama. John Frame, seorang teolog Reformed, menyebut bahwa kehidupan Kristen adalah kehidupan yang diarahkan kepada Allah (God-centered life), yang mengalir dari relasi yang intim dengan Kristus.
7. Relasi yang Menghadirkan Damai dan Sukacita
Salah satu buah relasi dengan Kristus adalah damai dan sukacita. Augustine, yang sering menjadi referensi dalam teologi Reformed, menyatakan bahwa hati manusia tidak akan pernah merasa tenang sebelum menemukan kedamaian di dalam Allah. Damai ini berasal dari pengampunan dosa, rekonsiliasi dengan Allah, dan jaminan hidup kekal.
Jonathan Edwards, seorang teolog Puritan Reformed, menambahkan bahwa sukacita sejati hanya ditemukan dalam Kristus. Sukacita ini tidak tergantung pada keadaan duniawi, tetapi pada kehadiran Allah dalam hidup orang percaya.
8. Relasi yang Mendorong Misi
Relasi dengan Kristus tidak hanya bersifat personal, tetapi juga mendorong orang percaya untuk berbagi Injil. Dalam Matius 28:19-20, Kristus memerintahkan murid-murid-Nya untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia. Teologi Reformed menekankan bahwa relasi dengan Kristus harus memotivasi umat percaya untuk menjadi saksi Kristus dalam segala aspek kehidupan.
Baca Juga: Inti Kekristenan yang Sejati
David Platt, dalam bukunya Radical, menekankan bahwa relasi dengan Kristus mengubah cara orang percaya melihat dunia. Misi bukan lagi sekadar tugas, tetapi respons kasih kepada Kristus yang telah menyelamatkan mereka.
Kesimpulan
Relasi dengan Kristus adalah inti dari iman Kristen. Dalam teologi Reformed, relasi ini dipahami sebagai karya Allah yang melibatkan seluruh Trinitas. Dimulai dari inisiatif Allah, diwujudkan melalui karya penebusan Kristus, dan dipelihara oleh Roh Kudus, relasi ini membawa transformasi yang mendalam dalam kehidupan orang percaya.
Melalui relasi ini, orang percaya mengalami pembaruan identitas, penghasilan buah rohani, damai, sukacita, dan dorongan untuk bermisi. Relasi dengan Kristus bukan sekadar pengalaman religius, tetapi hidup yang sepenuhnya terarah kepada Allah. Seperti yang dinyatakan oleh Calvin, “Keselamatan kita sepenuhnya berada di dalam Kristus.” Maka, kita dipanggil untuk terus memperdalam relasi ini, memuliakan Kristus dalam setiap aspek kehidupan, dan membawa orang lain kepada-Nya.
Catatan Akhir: Berdoalah memohon Roh Kudus untuk memberikan pengertian ketika kita mendalami relasi dengan Kristus. Artikel ini ditulis untuk mendorong refleksi dan pertumbuhan iman yang lebih mendalam. Tetap bandingkan setiap pemahaman dengan kebenaran Alkitab yang otoritatif.