Kasih yang Kekal: 1 Korintus 13:8-13
Pendahuluan:
Kasih sering dianggap sebagai tema utama dalam kehidupan Kristiani, dan ini tercermin dengan jelas dalam 1 Korintus 13:8-13. Bagian ini tidak hanya menegaskan keutamaan kasih, tetapi juga menyoroti sifatnya yang kekal dibandingkan dengan karunia rohani lainnya. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam makna kasih dalam konteks ayat-ayat ini berdasarkan sudut pandang beberapa pakar teologi Reformed seperti John Calvin, R.C. Sproul, dan Herman Bavinck.
1. Konteks Surat Paulus kepada Jemaat di Korintus
Surat 1 Korintus ditulis Paulus untuk menangani berbagai permasalahan di jemaat Korintus, termasuk pembagian, konflik, dan penyalahgunaan karunia rohani. Dalam 1 Korintus 13, Paulus membawa perhatian mereka kembali kepada dasar iman Kristen: kasih.
Menurut Herman Bavinck, kasih menjadi pengikat sempurna dalam kehidupan Kristen. Tanpa kasih, semua karunia rohani menjadi sia-sia (1 Korintus 13:1-3). Konteks ini penting untuk memahami keutamaan kasih yang dibahas dalam 1 Korintus 13: 8-13.
Penjelasan 1 Korintus 13:8-13
1. Kasih Tidak Berkesudahan (1 Korintus 13:8)
"Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap."
Dalam ayat ini, Paulus menegaskan perbedaan mencolok antara kasih dan karunia rohani seperti nubuat, bahasa roh, dan pengetahuan. Karunia-karunia ini bersifat sementara, tetapi kasih akan bertahan selamanya.
John Calvin, dalam komentarnya, menjelaskan bahwa kasih adalah refleksi dari sifat Allah yang kekal (1 Yoh. 4:8). Kasih tidak bergantung pada konteks duniawi, melainkan berakar dalam karakter Allah sendiri. Ketika nubuat dan bahasa roh berakhir, kasih tetap ada karena itu adalah bagian dari esensi kekal Allah.
R.C. Sproul menambahkan bahwa karunia rohani diberikan untuk membangun gereja dalam konteks dunia yang berdosa. Namun, ketika Kristus datang kembali, karunia ini tidak lagi dibutuhkan karena kita akan melihat Allah muka dengan muka (ayat 12). Kasih, sebaliknya, tetap relevan karena itu adalah inti dari hubungan kita dengan Allah dan sesama.
2. Sebagian dan Penuh (1 Korintus 13:9-10)
"Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap."
Ayat ini mengacu pada perbedaan antara keadaan sekarang yang terbatas dengan keadaan yang sempurna di masa depan. Saat ini, kita hanya memahami sebagian dari rencana Allah.
Menurut Herman Bavinck, istilah "yang sempurna" merujuk pada pemulihan sempurna yang akan datang pada akhir zaman ketika umat manusia akan menikmati persekutuan penuh dengan Allah. Saat itu, tidak ada lagi kebutuhan untuk nubuat atau bahasa roh karena semua akan disempurnakan dalam Kristus.
Bagi Calvin, ayat ini juga menegaskan pentingnya hidup dengan iman dan pengharapan, tetapi kasih tetap menjadi yang terbesar karena kasih adalah bayangan sempurna dari hubungan kekal dengan Allah.
3. Perbandingan Anak-Anak dan Dewasa (1 Korintus 13:11)
"Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu."
Ilustrasi ini menggambarkan pertumbuhan rohani. Kehidupan sekarang, dengan segala keterbatasannya, dibandingkan dengan masa kanak-kanak. Ketika "yang sempurna" datang, itu seperti kedewasaan penuh yang menggantikan cara pandang kekanak-kanakan.
R.C. Sproul menekankan bahwa ini menunjukkan proses sanctification (pengudusan), di mana umat Allah terus bertumbuh dalam pemahaman dan kasih. Dalam pandangan Reformed, pengudusan ini merupakan bagian dari perjalanan menuju kemuliaan akhir bersama Allah.
4. Melihat Muka dengan Muka (1 Korintus 13:12)
"Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal sebagian, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal."
Paulus menggambarkan realitas dunia saat ini seperti melihat melalui cermin kuno yang buram. Kita belum melihat Allah sepenuhnya, tetapi di masa depan, persekutuan penuh dengan Allah akan terjadi.
John Calvin menyoroti bahwa istilah "muka dengan muka" menunjukkan kedekatan dan keintiman dalam hubungan dengan Allah yang akan dicapai di surga. Calvin menegaskan bahwa kasih adalah unsur penting dari persekutuan ini, karena melalui kasih kita menikmati kehadiran Allah dengan sempurna.
5. Iman, Pengharapan, dan Kasih (1 Korintus 13:13)
"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih."
Ketiga kebajikan Kristen ini adalah inti dari kehidupan orang percaya. Namun, kasih diidentifikasi sebagai yang terbesar.
Herman Bavinck menegaskan bahwa kasih melampaui iman dan pengharapan karena kasih adalah satu-satunya kebajikan yang akan terus ada dalam kekekalan. Di surga, iman akan berubah menjadi penglihatan, dan pengharapan akan terpenuhi, tetapi kasih akan tetap ada.
Sproul mengingatkan bahwa kasih adalah manifestasi tertinggi dari kehidupan Kristiani. Dalam kasih, kita mencerminkan Allah yang adalah kasih, dan dengan kasih, kita memenuhi hukum Kristus.
Aplikasi Praktis bagi Orang Kristen
Kasih sebagai Pusat Kehidupan Kristiani
Setiap tindakan dan karunia rohani harus dimotivasi oleh kasih. Kasih bukan hanya emosi, tetapi tindakan yang mencerminkan karakter Allah.Mengutamakan yang Kekal
Dalam dunia yang sering terobsesi dengan hal-hal sementara, fokus pada kasih mengingatkan kita untuk mengejar apa yang kekal.Bertumbuh dalam Kasih
Seperti Paulus menggambarkan pertumbuhan dari anak-anak menjadi dewasa, orang Kristen dipanggil untuk bertumbuh dalam pemahaman dan ekspresi kasih.Harapan dalam Kekekalan
Kehidupan sekarang penuh dengan keterbatasan, tetapi kasih memberikan gambaran tentang kehidupan sempurna di masa depan bersama Allah.
Kesimpulan
1 Korintus 13:8-13 mengingatkan kita bahwa kasih adalah inti dari iman Kristen. Dalam pandangan Reformed, kasih adalah pantulan sifat kekal Allah yang mengatasi semua karunia rohani dan kebajikan lainnya. Ayat-ayat ini mendorong kita untuk hidup dengan fokus pada kasih, karena dalam kasih kita mengalami kehadiran Allah secara mendalam dan kekal.
Sebagai penutup, seperti yang dinyatakan oleh John Calvin:"Kasih bukan hanya bagian dari kehidupan Kristen; itu adalah seluruh kehidupan Kristen."
Semoga renungan ini menguatkan Anda untuk terus bertumbuh dalam kasih yang tidak berkesudahan. Soli Deo Gloria!