Ketetapan Allah: Perspektif Teologi Reformed

Ketetapan Allah: Perspektif Teologi Reformed

Pendahuluan:

Ketetapan Allah (divine decree) adalah salah satu doktrin mendalam dalam teologi Reformed yang berbicara tentang kedaulatan Allah atas segala sesuatu. Ketetapan ini menggambarkan keputusan Allah yang kekal, bijaksana, dan sempurna untuk menentukan segala sesuatu yang akan terjadi, baik di surga maupun di bumi. Namun, pemahaman tentang ketetapan Allah sering kali menimbulkan pertanyaan: Apakah manusia masih memiliki kehendak bebas? Bagaimana keadilan Allah dinyatakan dalam ketetapan-Nya? Artikel ini akan mengeksplorasi doktrin ketetapan Allah dari berbagai perspektif para teolog Reformed, serta implikasinya dalam kehidupan Kristen.

1. Definisi Ketetapan Allah

a. Ketetapan Allah dalam Alkitab

Ketetapan Allah adalah rencana kekal-Nya yang ditetapkan sebelum dunia dijadikan. Dalam Efesus 1:11, Paulus menulis bahwa Allah "bekerja dalam segala sesuatu menurut keputusan kehendak-Nya." Ini berarti segala sesuatu yang terjadi dalam alam semesta—baik besar maupun kecil—berada dalam kendali Allah yang berdaulat.

John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, mendefinisikan ketetapan Allah sebagai keputusan kekal yang meliputi segala sesuatu yang terjadi. Calvin menekankan bahwa Allah bukan hanya mengetahui masa depan, tetapi juga telah menetapkannya dengan hikmat dan kehendak-Nya.

b. Ketetapan yang Kekal dan Sempurna

Herman Bavinck menjelaskan bahwa ketetapan Allah adalah kekal, artinya tidak ada perubahan dalam rencana-Nya. Allah tidak membutuhkan rencana cadangan karena hikmat-Nya sempurna dan kedaulatan-Nya mutlak. Ketetapan ini juga bersifat menyeluruh, mencakup segala sesuatu dari awal hingga akhir, termasuk penciptaan, pemeliharaan, keselamatan, dan penghakiman.

2. Karakteristik Ketetapan Allah

a. Berdasarkan Hikmat dan Kasih Allah

Teologi Reformed menekankan bahwa ketetapan Allah didasarkan pada hikmat-Nya yang sempurna dan kasih-Nya yang abadi. Anthony Hoekema menjelaskan bahwa ketetapan Allah bukanlah keputusan yang sembarangan atau tanpa alasan, tetapi dirancang dengan tujuan untuk memuliakan Allah dan membawa kebaikan bagi umat-Nya (Roma 8:28).

b. Meliputi Semua Hal

Ketetapan Allah mencakup segala sesuatu, dari peristiwa besar seperti penciptaan dunia hingga hal kecil seperti jatuhnya sehelai rambut (Matius 10:29-30). Charles Hodge menegaskan bahwa tidak ada satu pun peristiwa di alam semesta yang terjadi di luar kehendak dan rencana Allah.

c. Tidak Bertentangan dengan Kehendak Bebas Manusia

Salah satu isu yang sering diperdebatkan adalah bagaimana ketetapan Allah berhubungan dengan kehendak bebas manusia. R.C. Sproul menjelaskan bahwa meskipun Allah menetapkan segala sesuatu, manusia tetap bertanggung jawab atas tindakan mereka. Kehendak manusia bekerja di dalam kerangka kedaulatan Allah, tetapi tidak pernah bertentangan dengan rencana-Nya.

3. Ketetapan Allah dan Predestinasi

a. Predestinasi sebagai Bagian dari Ketetapan Allah

Predestinasi adalah salah satu aspek ketetapan Allah yang sering menjadi perhatian khusus dalam teologi Reformed. Doktrin ini mengacu pada ketetapan Allah untuk menyelamatkan orang-orang pilihan-Nya melalui kasih karunia-Nya semata (Efesus 1:4-5).

John Calvin menjelaskan bahwa predestinasi adalah rencana kekal Allah di mana Ia memilih sebagian untuk keselamatan dan membiarkan yang lain dalam kebinasaan mereka karena dosa. Ini adalah bagian dari ketetapan Allah yang lebih besar, yang dirancang untuk memuliakan kasih karunia-Nya dan keadilan-Nya.

b. Kedaulatan Allah dalam Keselamatan

Teologi Reformed menegaskan bahwa keselamatan adalah sepenuhnya karya Allah. Charles Spurgeon berkata, "Jika seseorang diselamatkan, itu karena Allah; jika seseorang binasa, itu karena dirinya sendiri." Pernyataan ini mencerminkan keadilan Allah dalam ketetapan-Nya, bahwa Allah tidak berutang keselamatan kepada siapa pun, tetapi memberikan kasih karunia-Nya secara cuma-cuma kepada mereka yang Ia pilih.

4. Ketetapan Allah dan Kehendak Manusia

a. Kehendak Manusia dalam Kerangka Kedaulatan Allah

R.C. Sproul menjelaskan bahwa kehendak manusia tidak bertentangan dengan ketetapan Allah, tetapi bekerja dalam kerangka rencana-Nya. Allah menetapkan segala sesuatu tanpa membatalkan tanggung jawab manusia. Contohnya adalah peristiwa penyaliban Yesus. Dalam Kisah Para Rasul 2:23, Petrus berkata bahwa Yesus diserahkan "menurut maksud dan rencana Allah," tetapi orang-orang yang menyalibkan-Nya tetap bertanggung jawab atas perbuatan mereka.

b. Misteri antara Kedaulatan dan Tanggung Jawab

Teologi Reformed mengakui adanya misteri dalam hubungan antara kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia. Herman Bavinck menjelaskan bahwa ini adalah salah satu hal yang melampaui pemahaman manusia. Kita dipanggil untuk menerima apa yang diajarkan Alkitab tanpa mencoba mengurangi kedaulatan Allah atau tanggung jawab manusia.

5. Implikasi Ketetapan Allah dalam Kehidupan Kristen

a. Memberikan Keyakinan dan Penghiburan

Doktrin ketetapan Allah memberikan penghiburan besar bagi orang percaya. Dalam Roma 8:28, Paulus menulis bahwa "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia." Charles Hodge menekankan bahwa ketetapan Allah berarti tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan, sehingga orang percaya dapat hidup dengan keyakinan bahwa Allah memegang kendali atas segala hal.

b. Mendorong Kehidupan yang Beriman dan Bertanggung Jawab

Meskipun Allah telah menetapkan segala sesuatu, orang percaya dipanggil untuk hidup dengan iman dan bertanggung jawab. John Calvin menekankan bahwa doktrin ketetapan Allah tidak boleh menjadi alasan untuk hidup pasif atau fatalistik. Sebaliknya, itu harus mendorong kita untuk hidup dalam ketaatan, karena kita tahu bahwa hidup kita adalah bagian dari rencana besar Allah.

c. Menguatkan dalam Penderitaan

Ketetapan Allah juga memberikan kekuatan di tengah penderitaan. Anthony Hoekema menjelaskan bahwa mengetahui bahwa penderitaan kita ada dalam kendali Allah memberikan penghiburan, karena kita tahu bahwa Dia memiliki tujuan yang baik dalam setiap keadaan. Seperti yang ditulis Paulus dalam 2 Korintus 4:17, penderitaan kita yang ringan dan sementara sedang menghasilkan "kemuliaan kekal yang jauh lebih besar."

6. Tantangan dalam Memahami Ketetapan Allah

a. Kesulitan Menerima Doktrin Ini

Salah satu tantangan utama dalam memahami ketetapan Allah adalah bagaimana menerima fakta bahwa Allah menetapkan segala sesuatu, termasuk hal-hal yang tampaknya buruk. Teologi Reformed menegaskan bahwa Allah tidak pernah menjadi penyebab dosa, tetapi Ia mengizinkan dosa terjadi untuk mencapai tujuan-Nya yang lebih besar.

b. Menghindari Fatalisme

Doktrin ketetapan Allah sering disalahpahami sebagai fatalisme, yaitu pandangan bahwa segala sesuatu sudah ditentukan sehingga usaha manusia tidak ada artinya. Namun, R.C. Sproul menjelaskan bahwa ketetapan Allah tidak membatalkan kebebasan manusia, tetapi memberikan dasar bagi hidup yang penuh arti karena semua yang kita lakukan ada dalam rencana Allah.

7. Ketetapan Allah dalam Terang Injil

a. Ketetapan Allah dan Penebusan Kristus

Ketetapan Allah mencapai puncaknya dalam karya penebusan Kristus. Dalam Wahyu 13:8, Kristus disebut sebagai "Anak Domba yang telah disembelih sebelum dunia dijadikan." Ini menunjukkan bahwa karya penebusan Kristus telah ditetapkan sebelum penciptaan dunia.

b. Keselamatan sebagai Karya Allah

Teologi Reformed menegaskan bahwa keselamatan adalah karya Allah dari awal hingga akhir. Efesus 2:8-9 menyatakan bahwa keselamatan adalah kasih karunia Allah, bukan hasil usaha manusia. Ketetapan Allah memastikan bahwa semua yang dipilih-Nya akan menerima keselamatan dan hidup kekal bersama-Nya.

Penutup: Hidup dalam Terang Ketetapan Allah

Ketetapan Allah adalah doktrin yang mendalam dan penuh misteri, tetapi memberikan penghiburan, keyakinan, dan arah dalam hidup kita. Dalam teologi Reformed, ketetapan Allah mengajarkan bahwa segala sesuatu ada dalam kendali Allah yang berdaulat, sehingga orang percaya dapat hidup dalam iman dan pengharapan.

Baca Juga: Relasi dengan Kristus: Reformed Theology

Sebagai respons, kita dipanggil untuk hidup dalam ketaatan, mempercayakan hidup kita kepada Allah yang telah menetapkan segala sesuatu untuk kemuliaan-Nya. Sebagaimana Pemazmur berkata dalam Mazmur 115:3, "Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya."

Next Post Previous Post