Elohay Tehilati: Allah yang Layak Dipuji
Pendahuluan:
Nama Elohay Tehilati berasal dari bahasa Ibrani, yang berarti "Allah pujianku" atau "Allah yang layak dipuji." Nama ini mengungkapkan hubungan intim antara Allah dan umat-Nya dalam konteks penyembahan. Pujian kepada Allah adalah respons alami umat-Nya terhadap karakter-Nya yang agung, karya-Nya yang luar biasa, dan kasih-Nya yang tak terhingga.
Dalam Alkitab, konsep pujian kepada Allah bukan sekadar ritual, tetapi sebuah ekspresi iman dan pengakuan bahwa Allah adalah sumber segala sesuatu yang baik. Artikel ini akan membahas makna mendalam dari nama Elohay Tehilati, menggali ayat-ayat Alkitab yang relevan, pandangan para teolog Reformed, dan implikasinya bagi kehidupan Kristen.
1. Pengertian Elohay Tehilati: Allah yang Layak Dipuji
a. Arti Nama Elohay Tehilati
- Elohay berarti "Allahku," yang menunjukkan hubungan pribadi antara Allah dan umat-Nya.
- Tehilati berasal dari kata Ibrani tehillah, yang berarti "pujian."
Nama ini mengindikasikan bahwa Allah adalah objek utama pujian umat-Nya, baik secara individu maupun kolektif.
b. Ayat Kunci: Mazmur 22:4
"Namun Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel."
Ayat ini menggambarkan bahwa Allah hadir di tengah-tengah pujian umat-Nya. Pujian adalah respons terhadap kehadiran Allah yang kudus dan karya-Nya yang ajaib.
2. Eksposisi Ayat Kunci tentang Elohay Tehilati
a. Mazmur 34:1-3 – Memuji Allah dalam Segala Keadaan
"Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita."
Ayat ini menekankan bahwa pujian kepada Allah tidak bergantung pada keadaan, tetapi pada pengakuan akan kebaikan dan kesetiaan Allah.
- John Calvin menulis bahwa memuji Allah adalah tugas utama umat-Nya. Pujian kepada Allah melibatkan hati yang penuh syukur, bahkan di tengah kesulitan.
- Herman Bavinck menambahkan bahwa pujian kepada Allah adalah ekspresi dari iman yang percaya pada kehadiran dan pemeliharaan-Nya.
b. Mazmur 150:1-6 – Seruan untuk Memuji Allah
Mazmur 150 adalah puncak dari kitab Mazmur, yang mengajak seluruh ciptaan untuk memuji Allah.
- Mazmur 150:6: "Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!"
Ayat ini menunjukkan bahwa pujian adalah tanggapan universal terhadap kebesaran Allah.
- Jonathan Edwards menulis bahwa pujian adalah puncak dari penyembahan kepada Allah. Melalui pujian, manusia mengakui supremasi Allah atas segala sesuatu.
- R.C. Sproul menekankan bahwa pujian yang sejati muncul dari pemahaman akan kekudusan dan kemuliaan Allah.
c. Wahyu 4:11 – Allah Layak Dipuji karena Penciptaan-Nya
"Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."
Ayat ini menekankan bahwa Allah layak dipuji karena Dia adalah Pencipta segala sesuatu. Pujian kepada Allah adalah pengakuan akan keagungan-Nya sebagai Pencipta dan Pemelihara.
- John Calvin menulis bahwa pengakuan akan Allah sebagai Pencipta adalah dasar dari segala bentuk pujian.
3. Alasan Memuji Allah: Pandangan Alkitab dan Reformed
a. Karena Karakter Allah
Pujian kepada Allah didasarkan pada siapa Dia – kudus, setia, penuh kasih, dan adil.
- Mazmur 103:8: "TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia."
- R.C. Sproul menekankan bahwa karakter Allah adalah sumber utama pujian umat-Nya. Kesetiaan dan kasih-Nya memberikan alasan yang tak pernah habis untuk memuliakan Dia.
b. Karena Karya Penyelamatan-Nya
Allah layak dipuji karena karya penyelamatan-Nya yang membawa umat-Nya dari kegelapan ke terang.
- Mazmur 40:2-3: "Ia mengangkat aku dari lubang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu, menetapkan langkahku."
- Herman Bavinck menulis bahwa pengampunan dosa dan pemulihan hubungan dengan Allah adalah alasan utama umat-Nya memuji Dia.
c. Karena Pemeliharaan-Nya
Allah memelihara umat-Nya setiap hari, memberikan alasan untuk memuji-Nya dalam segala situasi.
- Ratapan 3:22-23: "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"
4. Pujian dalam Kristus
a. Kristus Sebagai Objek Pujian
Dalam Perjanjian Baru, Yesus Kristus menjadi pusat pujian umat Allah.
- Filipi 2:9-11: "Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa!"
Yesus adalah penggenapan dari kasih dan anugerah Allah yang layak dipuji oleh seluruh ciptaan.
Baca Juga: Allah Memilih Abraham: Kedaulatan Allah dan Panggilan kepada Iman
b. Pujian di Tengah Penderitaan
Yesus menunjukkan bahwa pujian kepada Allah dapat tetap ada bahkan dalam penderitaan.
Matius 26:30: Setelah Perjamuan Terakhir, Yesus memimpin murid-murid-Nya dalam nyanyian pujian sebelum menuju Getsemani, tempat penderitaan-Nya dimulai.
R.C. Sproul menulis bahwa pujian dalam penderitaan adalah tanda iman yang teguh. Dalam Kristus, pujian menjadi senjata melawan keputusasaan.
5. Implikasi Praktis dari Elohay Tehilati
a. Hidup dengan Hati yang Bersyukur
Pujian kepada Allah dimulai dari hati yang bersyukur atas segala sesuatu yang telah Dia lakukan.
- 1 Tesalonika 5:18: "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."
b. Menjadikan Pujian sebagai Bagian dari Kehidupan Sehari-hari
Pujian kepada Allah tidak hanya terjadi dalam ibadah, tetapi juga dalam setiap aspek kehidupan.
- Kolose 3:17: "Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita."
c. Mengajarkan Pujian kepada Generasi Selanjutnya
Sebagai umat Allah, kita dipanggil untuk mengajarkan generasi selanjutnya untuk memuji Allah.
- Mazmur 145:4: "Angkatan demi angkatan akan memegahkan pekerjaan-pekerjaan-Mu, dan akan memberitakan keperkasaan-Mu."
Pandangan Para Teolog Reformed tentang Elohay Tehilati
- John Calvin: Pujian adalah inti dari penyembahan Kristen. Melalui pujian, umat Allah memuliakan Dia atas karya keselamatan dan pemeliharaan-Nya.
- Herman Bavinck: Pujian kepada Allah adalah respons terhadap kasih setia-Nya yang tidak pernah berakhir. Ini adalah ekspresi iman yang melibatkan seluruh keberadaan manusia.
- Jonathan Edwards: Pujian adalah tujuan utama manusia – untuk memuliakan Allah dan menikmati Dia selamanya.
Kesimpulan
Nama Elohay Tehilati mengingatkan kita bahwa Allah adalah Pribadi yang layak dipuji atas siapa Dia dan apa yang telah Dia lakukan. Pujian kepada Allah adalah respons alami umat-Nya terhadap kasih, keadilan, dan karya penyelamatan-Nya dalam Kristus.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk memuji Allah dengan hati yang tulus, baik dalam sukacita maupun penderitaan, dan menjadikan pujian kepada Allah sebagai bagian integral dari hidup kita. Soli Deo Gloria!