Allah Memilih Abraham: Kedaulatan Allah dan Panggilan kepada Iman
Pendahuluan:
Kisah tentang Abraham adalah salah satu bagian paling penting dalam Alkitab. Sebagai nenek moyang bangsa Israel dan bapa orang beriman, Abraham memainkan peran kunci dalam rencana penyelamatan Allah. Allah memilih Abraham untuk menjadi alat-Nya dalam memberkati semua bangsa di bumi. Pemilihan Abraham tidak hanya mencerminkan kasih karunia Allah yang berdaulat, tetapi juga panggilan kepada iman, ketaatan, dan perjanjian yang akan membawa dampak kekal bagi umat manusia.
Namun, mengapa Allah memilih Abraham? Apakah ada sesuatu yang istimewa pada diri Abraham sehingga ia layak dipilih, ataukah pemilihan ini sepenuhnya berdasarkan kasih karunia Allah? Artikel ini akan mengeksplorasi tema "Allah Memilih Abraham" berdasarkan analisis Kejadian 12:1-3 dan bagian-bagian lain dalam Alkitab, dengan mengacu pada pandangan teolog-teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul.
1. Pemanggilan Abraham dalam Alkitab
a. Perintah dan Janji Allah (Kejadian 12:1-3)
Pemanggilan Abraham pertama kali dicatat dalam Kejadian 12:1-3:
"Berfirmanlah Tuhan kepada Abram: ‘Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.’"
Dalam perikop ini, Allah memerintahkan Abraham untuk meninggalkan segala sesuatu yang ia kenal dan memulai perjalanan iman menuju negeri yang belum ia ketahui. Bersamaan dengan perintah itu, Allah memberikan janji yang mencakup:
- Menjadikan Abraham bangsa yang besar.
- Memberkati Abraham dan membuat namanya masyhur.
- Memberkati semua bangsa di bumi melalui Abraham.
John Calvin dalam komentarnya tentang Kejadian menulis:
"Pemanggilan Abraham adalah tindakan kasih karunia Allah yang murni. Tidak ada sesuatu pun dalam diri Abraham yang membuatnya layak untuk dipilih, tetapi Allah dalam kedaulatan-Nya memilih dia untuk menggenapi rencana-Nya."
b. Konteks Pemanggilan
Sebelum dipanggil, Abraham tinggal di Ur-Kasdim, sebuah kota di Mesopotamia yang dikenal dengan penyembahan berhala. Yosua 24:2 menyebutkan bahwa nenek moyang Abraham, termasuk ayahnya Terah, menyembah allah-allah lain. Ini menunjukkan bahwa Abraham tidak dipilih karena kesalehan atau imannya, tetapi karena kasih karunia Allah yang berdaulat.
Herman Bavinck menegaskan:"Pemilihan Abraham menyoroti fakta bahwa Allah tidak tergantung pada kesalehan manusia, tetapi bertindak berdasarkan kehendak-Nya sendiri untuk menyatakan kasih karunia-Nya."
2. Kedaulatan Allah dalam Memilih Abraham
a. Pemilihan yang Berdasarkan Kasih Karunia
Pemilihan Abraham mencerminkan prinsip teologi Reformed bahwa Allah memilih umat-Nya bukan berdasarkan perbuatan mereka, tetapi berdasarkan kasih karunia-Nya. Dalam Roma 9:11-12, Paulus menulis bahwa pemilihan Allah tidak bergantung pada usaha manusia, tetapi pada panggilan-Nya.
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan:"Pemilihan Abraham adalah bagian dari rencana kekal Allah untuk membawa keselamatan kepada umat manusia. Itu adalah tindakan kasih karunia yang sepenuhnya bebas dan berdaulat."
b. Allah yang Berdaulat atas Sejarah
Pemanggilan Abraham adalah bagian dari rencana besar Allah untuk menebus dunia melalui keturunan Abraham, yaitu Yesus Kristus. Dalam Galatia 3:16, Paulus menegaskan bahwa janji kepada Abraham digenapi dalam Kristus.
R.C. Sproul menulis:"Melalui pemilihan Abraham, Allah menunjukkan kedaulatan-Nya atas sejarah, mengarahkan segala sesuatu menuju penggenapan rencana keselamatan-Nya di dalam Kristus."
3. Iman dan Ketaatan Abraham
a. Iman Abraham sebagai Respons terhadap Panggilan Allah
Pemanggilan Allah memerlukan respons iman dari Abraham. Dalam Ibrani 11:8 (TB), kita membaca:
"Karena iman, maka Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya; lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui."
John Calvin menekankan bahwa iman Abraham adalah hasil dari karya Roh Kudus yang memampukannya untuk mempercayai janji Allah, meskipun janji itu tampak mustahil.
b. Ketaatan Abraham yang Berani
Ketaatan Abraham tidak hanya terlihat dalam tindakannya meninggalkan negerinya, tetapi juga dalam kesediaannya untuk mempersembahkan Ishak, anak yang dijanjikan oleh Allah (Kejadian 22:1-19).
Herman Bavinck menulis:"Ketaatan Abraham adalah bukti nyata dari imannya. Melalui ujian ini, Allah menunjukkan bahwa iman sejati selalu menghasilkan ketaatan yang radikal kepada-Nya."
4. Perjanjian Allah dengan Abraham
a. Perjanjian Abrahamik
Pemilihan Abraham diwujudkan dalam bentuk perjanjian yang Allah buat dengan dia. Dalam Kejadian 15:18, Allah mengadakan perjanjian dengan Abraham, berjanji untuk memberikan tanah Kanaan kepada keturunannya. Perjanjian ini ditegaskan kembali dalam Kejadian 17, di mana Allah menetapkan sunat sebagai tanda perjanjian.
Louis Berkhof menjelaskan bahwa Perjanjian Abrahamik adalah dasar dari seluruh rencana penebusan Allah. Ia berkata:"Melalui perjanjian ini, Allah menyatakan rencana-Nya untuk membentuk suatu umat yang akan menjadi alat-Nya untuk memberkati semua bangsa."
b. Pemenuhan Perjanjian dalam Kristus
Perjanjian Abrahamik mencapai puncaknya dalam Kristus. Dalam Galatia 3:29, Paulus berkata:
"Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah."
R.C. Sproul menekankan bahwa Yesus Kristus adalah keturunan Abraham yang membawa berkat keselamatan kepada semua bangsa.
5. Implikasi Pemilihan Abraham bagi Kehidupan Kristen
a. Hidup sebagai Orang yang Dipilih Allah
Seperti Abraham, orang percaya juga dipilih oleh Allah untuk menjadi bagian dari rencana-Nya. Dalam Efesus 1:4 (TB), Paulus berkata:"Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya."
Baca Juga: El Hane'eman: Allah yang Setia
John Calvin menekankan bahwa pemilihan Allah adalah panggilan untuk hidup dalam kekudusan dan ketaatan kepada-Nya.
b. Menjadi Saluran Berkat bagi Dunia
Pemilihan Abraham bertujuan agar ia menjadi berkat bagi semua bangsa. Demikian pula, orang percaya dipanggil untuk menjadi saksi Kristus di dunia. Dalam Matius 28:19-20, Yesus memberikan Amanat Agung kepada murid-murid-Nya untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa.
Herman Bavinck menulis bahwa umat Allah dipanggil untuk membawa damai, keadilan, dan kasih Allah ke dalam dunia yang telah jatuh ke dalam dosa.
c. Hidup dalam Iman dan Ketaatan
Kisah Abraham mengajarkan bahwa iman sejati selalu menghasilkan ketaatan. Orang percaya dipanggil untuk mengikuti teladan Abraham dengan mempercayai janji Allah dan hidup dalam ketaatan kepada Firman-Nya, bahkan ketika panggilan itu tampak sulit atau tidak masuk akal.
Kesimpulan
Pemilihan Abraham adalah tindakan kasih karunia Allah yang berdaulat, yang menyoroti rencana besar-Nya untuk menyelamatkan dunia melalui keturunan Abraham, yaitu Yesus Kristus. Dalam perspektif teologi Reformed, kisah Abraham mengajarkan bahwa keselamatan adalah hasil dari kasih karunia Allah, bukan usaha manusia.
Baca Juga: 1 Korintus 10:31: Lakukanlah Segala Sesuatu untuk Kemuliaan Allah
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mengikuti teladan iman dan ketaatan Abraham, hidup sebagai saluran berkat Allah bagi dunia, dan menantikan penggenapan penuh dari janji-janji Allah dalam Kristus.
Catatan: Marilah kita hidup dalam iman dan ketaatan seperti Abraham, sambil bersyukur atas kasih karunia Allah yang telah memilih kita untuk menjadi bagian dari rencana-Nya yang kekal.