Klaim Orang Yahudi Sebagai Anak Abraham (Yohanes 8:39-40)
Pendahuluan:
Dalam Yohanes 8:39-40, Yesus menghadapi klaim orang Yahudi bahwa mereka adalah anak-anak Abraham. Klaim ini menonjolkan identitas etnis dan religius mereka sebagai pewaris janji Allah. Namun, Yesus menolak klaim tersebut dengan menunjukkan bahwa keanggotaan sejati dalam keluarga Abraham tidak ditentukan oleh garis keturunan fisik, tetapi oleh tindakan iman dan kebenaran yang mencerminkan karakter Abraham.
Yohanes 8:39-40 berbunyi:"Jawab mereka kepada-Nya: 'Bapa kami ialah Abraham.' Kata Yesus kepada mereka: 'Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha untuk membunuh Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; hal itu tidak dikerjakan oleh Abraham.'"
Melalui pernyataan ini, Yesus menantang paradigma teologis mereka dan menyoroti kebutuhan akan iman sejati yang diwujudkan dalam ketaatan. Artikel ini akan mengeksplorasi konteks, eksposisi ayat, dan implikasinya, dengan pandangan dari para pakar teologi Reformed.
1. Konteks Yohanes 8:39-40
a. Pertentangan Yesus dengan Orang Yahudi
Dalam pasal 8, Yesus terlibat dalam dialog yang intens dengan orang Yahudi, yang mempersoalkan otoritas dan klaim-Nya sebagai Anak Allah. Klaim Yesus tentang hubungan-Nya dengan Bapa sering kali ditolak, dan para pemimpin Yahudi mencari cara untuk membungkam-Nya.
John Calvin menulis bahwa pertentangan ini mencerminkan kebutaan rohani orang Yahudi, yang menolak untuk menerima kebenaran meskipun telah diberikan bukti yang jelas melalui pengajaran dan mukjizat Yesus.
b. Klaim sebagai Anak Abraham
Orang Yahudi bangga akan status mereka sebagai keturunan Abraham, seorang tokoh penting dalam sejarah Israel dan pewaris janji Allah. Dalam pandangan mereka, garis keturunan fisik memberikan mereka hak istimewa di hadapan Allah.
Herman Bavinck menekankan bahwa klaim ini menunjukkan pemahaman yang keliru tentang perjanjian Allah dengan Abraham. Mereka mengabaikan aspek rohani dari perjanjian tersebut, yang mengutamakan iman dan ketaatan, bukan semata-mata garis keturunan.
2. Eksposisi Yohanes 8:39-40
a. "Bapa kami ialah Abraham"
Klaim ini mencerminkan kebanggaan etnis orang Yahudi, yang percaya bahwa hubungan biologis dengan Abraham secara otomatis menjadikan mereka benar di hadapan Allah.
Namun, Yesus segera membongkar klaim ini dengan menunjukkan bahwa menjadi anak Abraham sejati melibatkan mengikuti teladan iman dan ketaatan Abraham.
- Jonathan Edwards menulis bahwa hubungan dengan Abraham tidak dapat didasarkan pada kebanggaan lahiriah semata, tetapi pada kesatuan iman. Abraham menjadi benar di hadapan Allah bukan karena garis keturunannya, tetapi karena ia percaya kepada Allah (Kejadian 15:6).
b. "Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham."
Yesus mengajarkan bahwa menjadi anak Abraham sejati adalah mengikuti teladannya. Abraham dikenal karena ketaatannya kepada Allah dan kesediaannya untuk mempercayai janji-janji-Nya, bahkan dalam situasi yang tampaknya mustahil.
- R.C. Sproul menekankan bahwa iman sejati selalu diwujudkan dalam tindakan. Orang Yahudi yang benar-benar mengikuti Abraham akan menunjukkan ketaatan kepada Allah dan menerima kebenaran yang dinyatakan oleh Yesus.
- Sebaliknya, orang Yahudi dalam konteks ini menunjukkan sikap yang bertentangan dengan Abraham. Mereka berusaha membunuh Yesus, yang membawa firman Allah.
c. "Yang kamu kerjakan ialah berusaha untuk membunuh Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu."
Yesus menunjukkan kontradiksi dalam klaim mereka. Abraham adalah seorang yang mendengar firman Allah dengan hati yang percaya, sementara mereka menolak kebenaran dan malah berusaha membunuh Dia yang diutus oleh Allah.
- John Owen menulis bahwa sikap orang Yahudi ini menunjukkan keberpalingan mereka dari jalan kebenaran. Mereka lebih mencerminkan sifat dosa dan pemberontakan yang berasal dari pengaruh Iblis daripada sifat iman Abraham.
3. Perbedaan Anak Abraham Sejati dan Anak Abraham Secara Lahiriah
a. Anak Abraham Sejati: Hidup oleh Iman
Abraham disebut sebagai bapa orang beriman karena ia percaya kepada Allah, dan iman itu diperhitungkan sebagai kebenaran (Roma 4:3).
- Galatia 3:7: "Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham."
- Herman Bavinck menulis bahwa menjadi anak Abraham sejati berarti memiliki iman yang sama, yang diwujudkan dalam ketaatan kepada Allah.
b. Anak Abraham Secara Lahiriah: Bergantung pada Garis Keturunan
Orang Yahudi dalam Yohanes 8 bergantung pada status etnis mereka, tetapi Yesus menunjukkan bahwa itu tidak cukup. Hubungan fisik dengan Abraham tidak membawa keselamatan jika tidak disertai dengan iman dan perbuatan yang benar.
- Matthew Henry menekankan bahwa klaim lahiriah tanpa iman yang sejati hanya menghasilkan kemunafikan dan penolakan terhadap kebenaran Allah.
4. Implikasi Teologis
a. Keselamatan Melalui Iman, Bukan Garis Keturunan
Yesus mengajarkan bahwa keselamatan tidak didasarkan pada garis keturunan, melainkan pada iman. Ini sejalan dengan doktrin Reformed tentang pembenaran oleh iman:
- Efesus 2:8-9: "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah."
- John Calvin menekankan bahwa iman adalah sarana yang melaluinya manusia menerima anugerah keselamatan. Klaim fisik atau usaha manusia tidak memiliki tempat dalam doktrin keselamatan.
b. Peran Kebenaran dalam Hubungan dengan Allah
Yesus adalah Kebenaran (Yohanes 14:6), dan penerimaan terhadap kebenaran-Nya menjadi tanda iman sejati.
- R.C. Sproul menulis bahwa iman yang sejati ditandai dengan penerimaan terhadap firman Allah dan kesediaan untuk hidup sesuai dengan kebenaran-Nya.
c. Pertobatan sebagai Jalan Hidup Baru
Yesus memanggil orang Yahudi untuk bertobat dan kembali kepada Allah. Tanpa pertobatan, klaim sebagai anak Abraham hanya menjadi kebanggaan kosong.
5. Penerapan Praktis untuk Orang Percaya
a. Mengandalkan Iman, Bukan Status
Kita dipanggil untuk tidak mengandalkan status religius atau latar belakang keluarga dalam hubungan kita dengan Allah.
- Filipi 3:9: "Aku berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus."
b. Meneladani Iman dan Ketaatan Abraham
Sebagai anak-anak Abraham secara rohani, kita dipanggil untuk meneladani iman dan ketaatan Abraham dalam kehidupan sehari-hari.
c. Menerima Kebenaran Kristus
Kita harus membuka hati terhadap kebenaran Kristus dan membiarkan firman-Nya mengubah hidup kita.
Pandangan Para Teolog Reformed
- John Calvin: Menekankan pentingnya iman sejati sebagai dasar hubungan dengan Allah. Hubungan fisik dengan Abraham tidak membawa keselamatan tanpa iman yang aktif.
- Herman Bavinck: Menggarisbawahi bahwa keselamatan dalam Kristus adalah penggenapan janji kepada Abraham, yang melampaui batasan etnis dan melibatkan semua orang percaya.
- R.C. Sproul: Menyatakan bahwa iman sejati diwujudkan dalam tindakan yang mencerminkan kasih dan kebenaran Allah.
Kesimpulan
Yohanes 8:39-40 menantang konsep keselamatan yang dangkal berdasarkan garis keturunan atau status religius. Yesus menunjukkan bahwa menjadi anak Abraham sejati melibatkan iman yang hidup dan ketaatan kepada Allah.
Baca Juga: Yohanes 8:33-38: Klaim Kebebasan Anak Abraham dan Bantahan Yesus
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menghidupi iman yang sejati, yang diwujudkan dalam penerimaan terhadap kebenaran Kristus dan ketaatan kepada-Nya. Dengan demikian, kita menjadi anak-anak Abraham secara rohani dan pewaris janji-janji Allah. Soli Deo Gloria!
Teologia Reformed
Insurance, Loans, Mortgage, Attorney, Credit, Lawyer, Donate, Degree, Hosting, Claim, Smartphone and Gadget, Software, Trading, Hosting, Domain