Kuasa dan Kemurnian: Perspektif Teologi Reformed

Kuasa dan Kemurnian: Perspektif Teologi Reformed

Pendahuluan:

Dalam kehidupan Kristen, dua tema utama yang terus menjadi pusat perhatian adalah kuasa (power) dan kemurnian (purity). Kedua aspek ini bukan hanya menggambarkan atribut Allah, tetapi juga panggilan bagi umat-Nya. Kuasa berbicara tentang kemampuan Allah untuk bertindak dalam kedaulatan-Nya, sementara kemurnian menunjukkan kekudusan dan kesempurnaan moral yang menjadi sifat-Nya. Bagi orang Kristen, hidup dalam kuasa dan kemurnian berarti hidup sesuai dengan kehendak Allah, sambil bersandar pada kekuatan yang diberikan oleh Roh Kudus.

Teologi Reformed secara konsisten menekankan pentingnya hubungan antara kuasa dan kemurnian dalam kehidupan Kristen. Artikel ini akan membahas tema "Power and Purity" dalam kerangka teologi Reformed, dengan mengacu pada Alkitab dan pandangan para teolog seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul. Kita akan melihat bagaimana kuasa dan kemurnian Allah dinyatakan, bagaimana keduanya saling terkait, dan implikasinya bagi kehidupan Kristen.

1. Kuasa Allah: Sumber Segala Kekuasaan

a. Kuasa Allah dalam Penciptaan

Kuasa Allah pertama kali dinyatakan melalui tindakan penciptaan. Dalam Mazmur 33:6 (TB), pemazmur berkata:"Oleh firman Tuhan langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya."

Kuasa Allah begitu besar sehingga dengan firman-Nya saja, seluruh alam semesta diciptakan. Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, menekankan bahwa kuasa Allah yang kreatif menunjukkan bahwa Dia adalah sumber dari segala sesuatu dan bahwa tidak ada yang dapat melawan kehendak-Nya.

b. Kuasa Allah dalam Pemeliharaan

Kuasa Allah juga terlihat dalam pemeliharaan-Nya atas ciptaan. Dalam Kolose 1:17 (TB), Rasul Paulus menyatakan bahwa:"Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia."

Louis Berkhof menekankan bahwa pemeliharaan Allah adalah bukti kuasa-Nya yang terus bekerja untuk menopang seluruh ciptaan. Tidak ada satu pun yang berada di luar kendali-Nya.

c. Kuasa Allah dalam Keselamatan

Puncak dari kuasa Allah terlihat dalam karya keselamatan melalui Yesus Kristus. Dalam Roma 1:16 (TB), Paulus berkata:"Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya."

R.C. Sproul menulis bahwa kuasa Allah dalam keselamatan bukan hanya tentang menyelamatkan orang dari hukuman dosa, tetapi juga tentang memampukan mereka untuk hidup dalam kekudusan. Kuasa ini adalah karya Roh Kudus yang mengubah hati manusia.

2. Kemurnian Allah: Kekudusan Sebagai Esensi-Nya

a. Kekudusan Allah

Kemurnian Allah adalah sifat-Nya yang paling mendasar, yang memisahkan Dia dari segala sesuatu yang tidak kudus. Dalam Yesaya 6:3 (TB), para serafim berseru:"Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menulis bahwa kekudusan Allah adalah dasar dari semua atribut-Nya. Ia berkata:"Kekudusan Allah membuat semua sifat-Nya, termasuk kasih dan keadilan-Nya, menjadi sempurna dan tak bercela."

b. Kemurnian dalam Kehendak dan Perbuatan Allah

Teologi Reformed menegaskan bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah adalah murni dan benar. Dalam Mazmur 145:17 (TB), kita membaca:"Tuhan itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya."

Herman Bavinck menjelaskan bahwa kemurnian Allah memastikan bahwa semua rencana dan tindakan-Nya bebas dari kesalahan atau ketidakadilan. Oleh karena itu, umat percaya dapat mempercayai Allah sepenuhnya.

3. Hubungan Antara Kuasa dan Kemurnian

a. Kuasa yang Dimotivasi oleh Kemurnian

Kuasa Allah tidak pernah bertentangan dengan kemurnian-Nya. Dalam teologi Reformed, kuasa Allah selalu digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang murni dan kudus. Dalam Mazmur 62:12 (TB), pemazmur berkata:"Kekuatan adalah milik Allah, dan kepada-Mu juga, ya Tuhan, adalah kasih setia."

Louis Berkhof menulis bahwa kuasa Allah tidak pernah digunakan secara sewenang-wenang, tetapi selalu untuk memuliakan nama-Nya dan membawa kebaikan bagi umat-Nya.

b. Kemurnian yang Membimbing Kuasa

Kemurnian Allah adalah prinsip yang membimbing penggunaan kuasa-Nya. R.C. Sproul menekankan bahwa karena Allah adalah kudus, Dia tidak pernah menggunakan kuasa-Nya untuk tujuan yang tidak benar.

Contoh terbaik dari hubungan ini adalah dalam karya keselamatan. Kuasa Allah dinyatakan melalui kematian dan kebangkitan Kristus, tetapi motivasinya adalah kemurnian kasih Allah untuk mendamaikan manusia dengan diri-Nya sendiri.

4. Kuasa dan Kemurnian dalam Kehidupan Kristen

a. Dipanggil untuk Hidup dalam Kuasa Allah

Umat Kristen dipanggil untuk hidup dalam kuasa Allah yang bekerja di dalam mereka. Dalam Efesus 3:20 (TB), Paulus berkata:"Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita."

Herman Bavinck menulis bahwa kuasa Roh Kudus memampukan umat percaya untuk melawan dosa, hidup dalam kebenaran, dan menjadi saksi bagi Kristus.

b. Dipanggil untuk Hidup dalam Kemurnian

Kemurnian adalah panggilan bagi setiap orang Kristen. Dalam 1 Petrus 1:15-16 (TB), Rasul Petrus menulis:"Hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu, sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."

John Calvin menekankan bahwa kekudusan adalah bukti dari karya keselamatan Allah dalam hidup seseorang. Ia menulis:"Kekudusan adalah tanda bahwa kita adalah milik Allah dan bahwa Roh-Nya tinggal di dalam kita."

c. Kuasa dan Kemurnian Sebagai Kesaksian

Ketika umat percaya hidup dalam kuasa dan kemurnian Allah, hidup mereka menjadi kesaksian yang nyata bagi dunia. Dalam Matius 5:16 (TB), Yesus berkata:"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

R.C. Sproul menegaskan bahwa dunia memperhatikan bagaimana umat percaya menggunakan kuasa mereka dan sejauh mana mereka hidup dalam kekudusan. Oleh karena itu, kuasa dan kemurnian adalah sarana untuk membawa orang kepada Kristus.

5. Implikasi Praktis Kuasa dan Kemurnian

a. Hidup Dalam Ketergantungan pada Kuasa Allah

Orang Kristen dipanggil untuk tidak bersandar pada kekuatan mereka sendiri, tetapi pada kuasa Allah. Dalam 2 Korintus 12:9 (TB), Paulus berkata:"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna."

Teologi Reformed mengajarkan bahwa ketergantungan pada kuasa Allah adalah inti dari kehidupan Kristen. Louis Berkhof menekankan bahwa kuasa Roh Kudus adalah sumber kekuatan untuk menjalani hidup yang berkenan kepada Allah.

b. Berjuang untuk Kemurnian Hati

Kemurnian hati adalah panggilan yang harus dijalani dengan serius. Dalam Mazmur 51:12 (TB), Daud berdoa:"Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!"

Baca Juga: Memuji Allah di Tengah Kegelapan

John Calvin mengajarkan bahwa doa seperti ini menunjukkan kerinduan umat percaya untuk hidup dalam kekudusan, karena mereka tahu bahwa hanya Allah yang dapat memperbaharui hati mereka.

c. Kuasa dan Kemurnian dalam Hubungan dengan Orang Lain

Kuasa dan kemurnian juga harus diwujudkan dalam cara kita memperlakukan orang lain. Dalam Kolose 3:12-14 (TB), Paulus mendorong umat percaya untuk mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran.

Herman Bavinck menulis bahwa hidup dalam kuasa dan kemurnian berarti mencerminkan karakter Kristus dalam hubungan kita dengan sesama.

Kesimpulan

Kuasa dan kemurnian adalah dua tema yang saling terkait dalam kehidupan Kristen. Kuasa Allah memungkinkan umat percaya untuk hidup dalam kemenangan atas dosa, sementara kemurnian adalah panggilan untuk hidup dalam kekudusan sebagai refleksi dari karakter Allah.

Dalam teologi Reformed, kedua aspek ini tidak terpisahkan. Kuasa Allah selalu digunakan untuk tujuan yang murni, dan kemurnian Allah memastikan bahwa kuasa-Nya bekerja untuk kebaikan dan kemuliaan-Nya.

Bagi umat Kristen, hidup dalam kuasa dan kemurnian adalah panggilan untuk menjadi saksi bagi dunia tentang kasih dan kekudusan Allah. Sebagaimana Paulus berkata dalam 2 Timotius 1:7 (TB):
"Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."

Catatan: Marilah kita terus memohon kekuatan dari Roh Kudus untuk hidup dalam kuasa dan kemurnian, sehingga hidup kita memuliakan Allah dan menjadi terang bagi dunia.

Next Post Previous Post