Mazmur 103:17: Kasih Setia Allah yang Kekal

Mazmur 103:17: Kasih Setia Allah yang Kekal Menurut Teologi Reformed

Pendahuluan: 

"Tetapi kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu."(Mazmur 103:17)

Mazmur 103 adalah salah satu mazmur yang paling indah dan penuh pengharapan, menggambarkan kebesaran kasih dan kemurahan Allah. Mazmur 103:17 secara khusus menggarisbawahi kasih setia Allah yang kekal atas mereka yang takut kepada-Nya dan hidup dalam hubungan perjanjian dengan-Nya. Dalam teologi Reformed, ayat ini dilihat sebagai salah satu pernyataan mendalam tentang kasih karunia Allah yang abadi, pemeliharaan-Nya yang setia, dan anugerah perjanjian yang berlaku bagi umat-Nya dari generasi ke generasi. Artikel ini akan mengeksplorasi makna Mazmur 103:17, pandangan teologi Reformed, dan relevansinya bagi kehidupan Kristen.

1. Konteks Mazmur 103

a. Penulis dan Tujuan Mazmur

Mazmur 103 ditulis oleh Daud sebagai nyanyian pujian kepada Allah. Mazmur ini memulai dengan seruan pribadi untuk memuji Tuhan:"Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!"(Mazmur 103:2)

Mazmur ini kemudian menjelaskan sifat-sifat Allah, termasuk kasih setia-Nya, pengampunan dosa, dan kemurahan-Nya kepada umat manusia. John Calvin menulis bahwa Mazmur 103 adalah pengingat bagi umat Allah untuk merenungkan kebaikan-Nya yang tidak terbatas dan untuk memuji Dia atas semua perbuatan-Nya.

b. Fokus pada Kasih Setia Allah

Dalam bagian tengah Mazmur ini, Daud menyoroti kasih setia Allah yang kekal. Ayat 17 menjadi inti dari pengajaran ini, menunjukkan bahwa kasih Allah tidak hanya bersifat sementara, tetapi berlangsung dari selama-lamanya hingga selama-lamanya.

2. Kasih Setia Allah dalam Mazmur 103:17

a. Kasih Setia sebagai Hesed

Dalam bahasa Ibrani, istilah "kasih setia" diterjemahkan dari kata hesed, yang mencakup makna kasih, kesetiaan, belas kasihan, dan anugerah. Herman Bavinck mencatat bahwa hesed adalah salah satu kata terpenting dalam Alkitab untuk menggambarkan karakter Allah, terutama dalam hubungan perjanjian-Nya dengan umat-Nya.

Kasih setia ini bukan berdasarkan kebaikan manusia, melainkan berdasarkan karakter Allah yang tidak berubah. Dalam Maleakhi 3:6, Tuhan berfirman:"Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap."

b. Kekekalan Kasih Setia Allah

Mazmur 103:17 menekankan bahwa kasih setia Allah bersifat kekal:"Dari selama-lamanya sampai selama-lamanya."

R. C. Sproul menjelaskan bahwa frasa ini menunjukkan bahwa kasih setia Allah tidak memiliki awal atau akhir. Kasih ini melampaui waktu dan memberikan jaminan kepada umat-Nya bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan mereka.

c. Kasih Setia kepada Orang yang Takut Akan Tuhan

Ayat ini mengaitkan kasih setia Allah dengan mereka yang takut akan Dia. Dalam teologi Reformed, "takut akan Tuhan" berarti hidup dalam penghormatan yang penuh kasih kepada Allah, dengan hati yang tunduk kepada kehendak-Nya.

John Calvin menulis bahwa "takut akan Tuhan" adalah tanda iman yang sejati, di mana seseorang hidup dengan kesadaran penuh akan kedaulatan dan kekudusan Allah.

3. Kasih Setia Allah dan Perjanjian

a. Perjanjian Allah dengan Umat-Nya

Teologi Reformed menekankan bahwa kasih setia Allah adalah bagian integral dari hubungan perjanjian-Nya dengan umat-Nya. Dalam Kejadian 17:7, Allah berkata kepada Abraham:"Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun, menjadi perjanjian yang kekal."

Herman Bavinck mencatat bahwa kasih setia Allah tidak hanya bersifat individu, tetapi juga mencakup keturunan umat-Nya, sebagaimana dinyatakan dalam Mazmur 103:17.

b. Pemenuhan Perjanjian dalam Kristus

Kasih setia Allah mencapai puncaknya dalam karya penebusan Yesus Kristus. Dalam Yesaya 55:3, Allah berjanji:"Aku akan mengikat perjanjian kekal dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud."

R. C. Sproul menekankan bahwa Kristus adalah penggenapan perjanjian ini, di mana kasih setia Allah diwujudkan melalui pengampunan dosa dan pemberian hidup kekal kepada umat pilihan-Nya.

4. Kasih Setia Allah dan Keadilan-Nya

a. Keadilan bagi Anak Cucu

Mazmur 103:17 tidak hanya berbicara tentang kasih setia Allah, tetapi juga tentang keadilan-Nya yang berlaku bagi anak cucu.

Dalam Ulangan 7:9, dikatakan:"Sebab itu haruslah engkau tahu, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian-Nya dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan."

John Calvin menafsirkan bahwa keadilan Allah dalam konteks ini tidak hanya berarti penghukuman dosa, tetapi juga pemenuhan janji-Nya kepada mereka yang hidup dalam ketaatan dan takut akan Tuhan.

b. Kasih Setia dan Disiplin Allah

Kasih setia Allah tidak berarti bahwa Dia mengabaikan dosa umat-Nya. Dalam Ibrani 12:6, dikatakan:
"Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."

Herman Bavinck menekankan bahwa disiplin Allah adalah ekspresi dari kasih setia-Nya, yang bertujuan untuk membawa umat-Nya kembali kepada-Nya dan membentuk mereka sesuai dengan kehendak-Nya.

5. Aplikasi Mazmur 103:17 bagi Kehidupan Orang Percaya

a. Hidup dalam Sukacita dan Syukur

Kesadaran akan kasih setia Allah yang kekal seharusnya membawa orang percaya kepada hidup yang penuh sukacita dan syukur. Mazmur 103:2 mengingatkan:"Janganlah lupakan segala kebaikan-Nya."

John Piper menekankan bahwa memuji Allah atas kasih setia-Nya adalah bentuk penyembahan yang memuliakan Allah dan memperkuat iman orang percaya.

b. Ketekunan dalam Iman

Kasih setia Allah yang kekal memberikan pengharapan dan kekuatan untuk bertahan di tengah tantangan hidup. Roma 8:38-39 menyatakan:"Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah... tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah."

R. C. Sproul menjelaskan bahwa kekekalan kasih setia Allah adalah fondasi bagi ketekunan orang percaya dalam iman.

c. Mengajarkan Kasih Setia kepada Generasi Berikutnya

Mazmur 103:17 berbicara tentang kasih setia Allah yang berlaku bagi anak cucu. Orang percaya dipanggil untuk mengajarkan kebenaran ini kepada generasi berikutnya.

Dalam Ulangan 6:6-7, Allah memerintahkan umat-Nya untuk mengajarkan hukum-hukum-Nya kepada anak-anak mereka. Herman Bavinck mencatat bahwa kasih setia Allah diwariskan melalui kesetiaan umat-Nya dalam mengajar dan hidup sesuai dengan firman-Nya.

Kesimpulan: Kasih Setia Allah yang Kekal

Mazmur 103:17 adalah pengingat yang kuat akan kasih setia Allah yang kekal, yang berlaku bagi mereka yang takut akan Tuhan dan hidup dalam hubungan perjanjian dengan-Nya. Dalam teologi Reformed, ayat ini menegaskan bahwa kasih setia Allah adalah anugerah yang tak terbatas, yang dinyatakan melalui karya Kristus dan diterapkan dalam hidup umat-Nya melalui Roh Kudus.

Sebagaimana Mazmur 103:22 berkata:"Pujilah TUHAN, hai segala buatan-Nya, di segala tempat kekuasaan-Nya. Pujilah TUHAN, hai jiwaku!"

"Segala kemuliaan bagi Allah, yang kasih setia-Nya kekal dan mengalir kepada umat-Nya dari generasi ke generasi."

Next Post Previous Post