Musa dan Israel: Iman yang Melindungi (Ibrani 11:28-29)

Musa dan Israel: Iman yang Melindungi (Ibrani 11:28-29)

Pendahuluan:

Ibrani 11:28-29 menggambarkan iman Musa dan bangsa Israel dalam menghadapi dua peristiwa penting: institusi Paskah dan penyeberangan Laut Merah. Kedua peristiwa ini tidak hanya mencerminkan ketaatan Musa kepada perintah Allah, tetapi juga menyoroti kesetiaan Allah dalam melindungi dan menyelamatkan umat-Nya. Dalam tradisi teologi Reformed, ayat ini menjadi dasar penting untuk memahami bagaimana iman bekerja sebagai sarana keselamatan dan perlindungan di tengah bahaya. 

Melalui darah anak domba Paskah dan tindakan Allah yang membelah Laut Merah, kita melihat gambaran penebusan yang lebih besar dalam karya Kristus. Pendahuluan ini akan menjelaskan pandangan beberapa teolog Reformed tentang bagaimana iman Musa dan Israel memperlihatkan kedaulatan Allah dan relevansinya bagi kehidupan Kristen masa kini.

"Karena iman ia telah mengadakan Paskah dan pemercikan darah, supaya pembinasa orang-orang sulung jangan menyentuh mereka. Karena iman mereka telah melintasi Laut Merah sama seperti melintasi tanah kering, sedangkan orang-orang Mesir tenggelam karena mencobanya." (Ibrani 11:28-29, TB)

1. Iman yang Melindungi melalui Paskah (Ibrani 11:28)

Ibrani 11:28 mengingatkan kita pada malam pertama Paskah, ketika Musa mengikuti perintah Allah untuk menyembelih anak domba dan memercikkan darahnya pada ambang pintu rumah orang Israel. Tindakan ini adalah bentuk ketaatan kepada perintah Allah yang secara langsung menyelamatkan mereka dari malaikat maut.

Dalam teologi Reformed, peristiwa Paskah ini dipahami sebagai gambaran dari karya Kristus sebagai Anak Domba Allah. John Calvin menulis bahwa "darah yang dipercikkan melambangkan darah Kristus yang menyelamatkan umat-Nya dari penghukuman dosa." Dalam ketaatan Musa dan bangsa Israel, kita melihat iman yang bekerja melalui tindakan nyata, bukan hanya kepercayaan pasif.

Paskah bukan hanya sekadar ritual, tetapi sebuah pernyataan iman bahwa Allah adalah pelindung mereka. Dengan memercikkan darah, mereka menunjukkan kepercayaan pada janji Allah bahwa Dia akan melewati rumah-rumah mereka dan tidak membawa penghukuman. Bagi kita, ini adalah pengingat untuk hidup dalam iman kepada karya penebusan Kristus, percaya bahwa darah-Nya telah melindungi kita dari murka Allah.

2. Iman yang Melintasi Laut Merah (Ibrani 11:29)

Ayat berikutnya mengingatkan kita pada peristiwa luar biasa ketika bangsa Israel melintasi Laut Merah. Dalam situasi yang tampaknya mustahil, Allah membuka jalan bagi umat-Nya. Melalui iman, mereka melangkah ke dalam laut yang terbelah, percaya bahwa Allah akan menyelamatkan mereka dari tangan orang Mesir.

Teologi Reformed sering menekankan kedaulatan Allah dalam penyelamatan umat-Nya. Charles H. Spurgeon menggambarkan peristiwa ini sebagai bukti bahwa "iman tidak tergantung pada situasi manusia, tetapi pada kuasa Allah yang tak terbatas." Ketika bangsa Israel melangkah, mereka menunjukkan iman yang mempercayai janji Allah meskipun ancaman terlihat begitu besar.

Di sisi lain, bangsa Mesir yang mencoba meniru langkah bangsa Israel berakhir dalam kehancuran. Ini mengingatkan kita bahwa iman bukan sekadar tindakan, tetapi kepercayaan yang sejati kepada Allah yang hidup. Tanpa iman, tindakan apa pun menjadi sia-sia.

3. Pendapat Pakar Teologi Reformed Mengenai Ibrani 11:28-29: Iman Musa dan Israel dalam Perlindungan Allah

Ibrani 11:28-29 menyoroti iman Musa dan bangsa Israel dalam menghadapi tantangan besar, yaitu institusi Paskah dan penyeberangan Laut Merah. Dua peristiwa ini menunjukkan bagaimana iman menjadi sarana perlindungan umat Allah dari penghukuman dan bahaya yang mengancam. Para pakar teologi Reformed memberikan banyak wawasan mengenai ayat ini, dengan menekankan iman sebagai inti kehidupan umat Allah serta bagaimana tindakan Allah yang berdaulat menjadi dasar dari iman tersebut.

1. John Calvin: Iman yang Taat kepada Perintah Allah

John Calvin, dalam komentarnya tentang Ibrani 11, menyoroti pentingnya ketaatan Musa yang didasarkan pada iman ketika ia menetapkan Paskah. Dalam Ibrani 11:28, Musa mempercayai janji Allah bahwa darah anak domba Paskah akan melindungi umat Israel dari malapetaka yang menimpa Mesir. Calvin menekankan bahwa iman Musa bukanlah kepercayaan buta, tetapi respons yang sadar dan penuh keyakinan terhadap firman Allah.

Calvin juga menyoroti bagaimana iman Musa terlihat dalam tindakan praktis. Meskipun perintah untuk menyembelih anak domba dan mengoleskan darah pada ambang pintu tampak sederhana, Musa dan umat Israel melakukannya sebagai bukti kepercayaan mereka terhadap janji Allah. Bagi Calvin, ini adalah contoh bagaimana iman tidak hanya bersifat internal, tetapi juga harus diwujudkan dalam ketaatan kepada perintah Allah.

2. R.C. Sproul: Perlindungan dalam Darah

R.C. Sproul menekankan pentingnya darah anak domba Paskah sebagai lambang perlindungan Allah atas umat-Nya. Dalam Ibrani 11:28, ia melihat hubungan langsung antara iman Musa dan karya penebusan Kristus yang sempurna. Darah anak domba Paskah, bagi Sproul, adalah bayangan dari darah Kristus, yang memberikan perlindungan sempurna kepada umat pilihan Allah dari murka-Nya.

Sproul juga mencatat bahwa tindakan Musa dalam menetapkan Paskah menunjukkan keyakinan kepada Allah yang setia. Bagi Sproul, iman bukanlah usaha manusia untuk mencapai Allah, melainkan respons kepada tindakan Allah yang menyelamatkan. Dalam konteks ini, Paskah menjadi saksi dari pemeliharaan Allah yang berdaulat, sekaligus pengajaran teologis tentang kebutuhan umat manusia akan darah penebusan.

3. Herman Bavinck: Karya Allah yang Berdaulat

Herman Bavinck memandang Ibrani 11:28-29 sebagai pengingat akan kedaulatan Allah dalam menyelamatkan umat-Nya. Ia menekankan bahwa keselamatan bangsa Israel dari tulah terakhir di Mesir dan penyeberangan Laut Merah bukanlah hasil usaha mereka sendiri, tetapi karya Allah yang penuh kuasa. Dalam pandangan Bavinck, iman Musa adalah sarana yang memungkinkan umat Israel untuk menerima perlindungan dan pemeliharaan Allah.

Bavinck juga melihat simbolisme yang kaya dalam darah anak domba Paskah. Ia menunjukkan bahwa Allah menggunakan tindakan simbolis ini untuk mengarahkan umat-Nya kepada karya penebusan yang lebih besar, yaitu kematian Kristus. Melalui iman Musa, bangsa Israel belajar bahwa hanya Allah yang dapat melindungi mereka dari penghukuman dosa.

4. Michael Horton: Penyeberangan Laut Merah sebagai Gambar Baptisan

Michael Horton menyoroti peristiwa penyeberangan Laut Merah dalam Ibrani 11:29 sebagai gambaran teologis tentang baptisan. Horton mencatat bahwa iman bangsa Israel memungkinkan mereka untuk berjalan melalui laut yang terbelah, sedangkan orang Mesir yang mencoba mengikutinya dihancurkan oleh air. Bagi Horton, ini adalah metafora kuat tentang bagaimana Allah menyelamatkan umat-Nya dari perbudakan dosa dan membawa mereka kepada kebebasan.

Horton juga menyoroti bahwa iman Musa dan bangsa Israel tidak didasarkan pada kekuatan mereka sendiri, tetapi pada janji Allah yang setia. Penyeberangan Laut Merah menjadi contoh nyata bagaimana iman bertumpu sepenuhnya pada karya Allah yang berdaulat. Hal ini menegaskan bahwa keselamatan adalah tindakan Allah dari awal hingga akhir.

5. Sinclair Ferguson: Iman sebagai Keberanian dalam Ketakutan

Sinclair Ferguson menyoroti bagaimana iman Musa dan bangsa Israel ditampilkan sebagai keberanian di tengah ketakutan. Dalam Ibrani 11:28-29, bangsa Israel menghadapi dua situasi yang penuh bahaya: penghukuman anak sulung di Mesir dan ancaman pasukan Mesir di Laut Merah. Namun, mereka tetap melangkah dalam iman karena percaya kepada janji Allah.

Ferguson menekankan bahwa iman bukan berarti tidak ada ketakutan, tetapi keberanian untuk melangkah maju karena mempercayai kuasa dan kesetiaan Allah. Dalam pandangan Ferguson, peristiwa ini mengajarkan umat Allah di segala zaman untuk mengandalkan Allah, terutama di tengah tantangan yang tampak mustahil diatasi.

6. Tim Keller: Implikasi Pengorbanan dan Penebusan

Tim Keller melihat peristiwa Paskah sebagai pelajaran penting tentang kebutuhan akan pengorbanan untuk memperoleh perlindungan dari murka Allah. Dalam Ibrani 11:28, Musa dan bangsa Israel belajar bahwa hanya melalui darah anak domba yang sempurna mereka dapat diselamatkan. Keller menunjukkan bahwa hal ini mengarah langsung pada pengorbanan Kristus di salib, yang adalah Anak Domba Allah yang sejati.

Keller juga menyoroti bagaimana iman Musa menjadi model bagi umat percaya hari ini. Musa melangkah dalam iman meskipun ia belum melihat hasil akhirnya. Demikian pula, umat Kristen dipanggil untuk hidup dengan keyakinan pada janji-janji Allah, bahkan ketika mereka menghadapi situasi yang penuh ketidakpastian.

7. Geerhardus Vos: Narasi Penebusan dalam Sejarah

Geerhardus Vos, seorang teolog Reformed yang menekankan pentingnya sejarah penebusan, melihat Ibrani 11:28-29 sebagai bagian dari narasi besar karya Allah dalam menyelamatkan umat-Nya. Bagi Vos, Paskah dan penyeberangan Laut Merah adalah peristiwa-peristiwa yang menunjuk kepada puncak sejarah penebusan, yaitu salib Kristus.

Vos menekankan bahwa iman Musa dan bangsa Israel tidak terpisah dari karya Allah. Sebaliknya, iman mereka adalah respons terhadap inisiatif Allah yang memulai karya keselamatan. Dalam pandangan Vos, peristiwa ini menunjukkan bahwa keselamatan selalu merupakan hasil karya Allah, bukan usaha manusia.

Kesimpulan

Ibrani 11:28-29 memberikan gambaran yang kuat tentang iman Musa dan bangsa Israel dalam menghadapi bahaya besar. Para teolog Reformed sepakat bahwa peristiwa-peristiwa ini menunjukkan karya Allah yang berdaulat dalam melindungi dan menyelamatkan umat-Nya.

Musa, melalui iman, menetapkan Paskah dan percaya pada janji Allah bahwa darah anak domba akan melindungi umat Israel dari penghukuman. Dalam peristiwa penyeberangan Laut Merah, iman memungkinkan bangsa Israel untuk berjalan melalui laut yang terbelah, mempercayai kuasa Allah yang menyelamatkan mereka dari perbudakan Mesir.

Peristiwa-peristiwa ini tidak hanya relevan bagi bangsa Israel, tetapi juga bagi umat percaya di segala zaman. Mereka mengajarkan bahwa iman sejati bukan hanya percaya pada janji Allah, tetapi juga bertindak berdasarkan kepercayaan itu, bahkan di tengah situasi yang tampak mustahil.

Sebagai umat Allah, kita diingatkan untuk mengandalkan kuasa dan kesetiaan-Nya, serta hidup dengan keyakinan bahwa Allah yang sama yang melindungi Musa dan Israel adalah Allah yang juga menyelamatkan kita melalui darah Kristus, Anak Domba Allah yang sejati. Berdoalah agar Roh Kudus membantu kita untuk bertumbuh dalam iman yang melindungi dan menuntun kita dalam setiap tantangan hidup.

Next Post Previous Post