Pertobatan yang Berharga: Yesaya 55:7
Pendahuluan:
Yesaya 55:7 adalah sebuah ayat yang menggambarkan panggilan Allah kepada manusia untuk meninggalkan dosa dan kembali kepada-Nya. Dalam ayat ini, kita melihat bagaimana Allah mengundang setiap individu untuk menerima belas kasihan-Nya melalui pertobatan yang sejati. Dengan dukungan berbagai pakar teologi Reformed, artikel ini akan menguraikan makna mendalam dari ayat tersebut dan bagaimana relevansinya dalam kehidupan kita.
"Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpah." (Yesaya 55:7, TB)
1. Konteks Historis dan Teologis Yesaya 55:7
Yesaya 55 termasuk dalam bagian kedua kitab Yesaya yang dikenal sebagai "Kitab Penghiburan." Pasal ini menekankan undangan Allah kepada umat-Nya untuk menikmati berkat-berkat keselamatan yang ditawarkan melalui kasih karunia. Ayat 7 adalah seruan langsung kepada individu yang hidup dalam dosa untuk bertobat.
Pakar teologi Reformed seperti John Calvin menyoroti bagaimana ayat ini menggambarkan sifat Allah yang penuh belas kasihan dan kesabaran. Calvin menyatakan bahwa panggilan pertobatan adalah bukti nyata dari kasih Allah yang ingin menyelamatkan manusia dari hukuman dosa. Allah tidak hanya memanggil umat Israel, tetapi juga seluruh bangsa untuk datang kepada-Nya.
2. "Orang Fasik Meninggalkan Jalannya"
Pernyataan "orang fasik meninggalkan jalannya" menunjukkan adanya kebutuhan untuk perubahan radikal dalam hidup seseorang. Dalam perspektif teologi Reformed, dosa tidak hanya berupa tindakan eksternal, tetapi juga mencakup hati dan pikiran manusia. Charles H. Spurgeon menekankan bahwa meninggalkan jalan fasik adalah langkah awal menuju pemulihan hubungan dengan Allah.
John Owen, seorang teolog Puritan, menekankan bahwa jalan fasik adalah jalan yang berpusat pada diri sendiri, mengabaikan hukum Allah, dan berujung pada kehancuran. Owen juga menunjukkan bahwa pertobatan sejati melibatkan pengakuan dosa, rasa penyesalan yang mendalam, dan tekad untuk hidup sesuai kehendak Allah.
3. "Orang Jahat Meninggalkan Rancangannya"
Rancangan orang jahat adalah pemikiran dan niat hati yang melawan kehendak Allah. Dalam teologi Reformed, manusia secara alami cenderung memberontak terhadap Allah akibat dosa asal (Roma 3:10-12). Herman Bavinck, seorang teolog Reformed terkenal, menjelaskan bahwa hati manusia yang telah dirusak oleh dosa membutuhkan pembaruan oleh Roh Kudus.
Ketika seseorang meninggalkan rancangan jahatnya, ia menyerahkan kendali hidupnya kepada Allah. Ini adalah tindakan iman yang menunjukkan ketergantungan penuh pada kasih karunia Allah. Pembaruan ini hanya dapat terjadi melalui karya Roh Kudus yang menginsafkan manusia akan dosa dan membimbingnya kepada kebenaran.
4. "Kembali kepada TUHAN"
Ungkapan "kembali kepada TUHAN" menunjukkan panggilan pertobatan. Dalam bahasa Ibrani, kata "kembali" (shuv) memiliki makna berbalik arah, meninggalkan dosa, dan mendekat kepada Allah. Teologi Reformed menekankan bahwa pertobatan adalah respons manusia terhadap inisiatif Allah yang memanggilnya melalui Firman dan Roh-Nya.
Berkaitan dengan ini, Jonathan Edwards dalam tulisannya "Sinners in the Hands of an Angry God" menyatakan bahwa meskipun Allah adalah hakim yang adil, Dia juga penuh belas kasihan. Allah memanggil manusia untuk berbalik kepada-Nya karena Dia ingin memberikan pengampunan dan keselamatan.
5. "Maka Dia Akan Mengasihaninya"
Belas kasihan Allah adalah tema utama dalam Yesaya 55:7. Kasih Allah tidak bersyarat, tetapi pengampunan-Nya memerlukan pertobatan sejati. Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa belas kasihan Allah adalah bagian dari sifat-Nya yang kekal. Dia ingin menyelamatkan manusia, bukan menghukum mereka.
Dalam perspektif ini, pertobatan adalah jembatan yang menghubungkan manusia dengan belas kasihan Allah. Tidak peduli seberapa besar dosa seseorang, kasih Allah selalu cukup untuk menutupi dan memulihkan mereka.
6. "Kepada Allah Kita, Sebab Ia Memberi Pengampunan dengan Limpah"
Pernyataan ini menunjukkan kelimpahan kasih Allah dalam mengampuni dosa. Allah tidak hanya mengampuni sebagian, tetapi seluruh dosa. Dalam teologi Reformed, pengampunan Allah adalah karya kasih karunia-Nya yang sempurna, diberikan melalui Yesus Kristus.
John Calvin menyoroti bahwa pengampunan Allah adalah dasar dari keselamatan manusia. Tanpa pengampunan, tidak ada harapan bagi manusia. Namun, melalui pengorbanan Kristus di kayu salib, Allah menawarkan pengampunan penuh kepada siapa saja yang bertobat dan percaya kepada-Nya.
7. Relevansi Yesaya 55:7 dalam Kehidupan Kita
Yesaya 55:7 relevan bagi semua orang yang sedang mencari pengharapan dalam hidupnya. Ayat ini mengajarkan bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni oleh Allah. Dalam hidup sehari-hari, kita sering kali merasa tidak layak mendekat kepada Allah karena dosa kita. Namun, ayat ini mengingatkan bahwa Allah selalu membuka tangan-Nya untuk menerima kita.
Bagi orang percaya, Yesaya 55:7 adalah panggilan untuk hidup dalam pertobatan setiap hari. Martin Luther dalam 95 Tesis menyatakan bahwa hidup orang percaya adalah perjalanan pertobatan yang terus-menerus. Pertobatan bukanlah tindakan sekali saja, tetapi sebuah proses yang berlangsung seumur hidup.
8. Kesaksian dari Kehidupan Orang Percaya
Banyak kesaksian dari kehidupan orang percaya yang menunjukkan bagaimana Yesaya 55:7 telah mengubah hidup mereka. Dalam sejarah gereja, tokoh seperti Augustinus dari Hippo adalah contoh nyata dari seseorang yang meninggalkan jalan fasik dan kembali kepada Allah. Dalam pengakuannya, Augustinus menjelaskan bahwa hanya melalui kasih karunia Allah ia dapat menemukan pengampunan dan pemulihan.
Kesimpulan
Yesaya 55:7 adalah panggilan universal kepada semua orang untuk bertobat dan kembali kepada Allah. Dengan dukungan berbagai pandangan dari pakar teologi Reformed, kita dapat memahami bahwa Allah adalah sumber belas kasihan dan pengampunan yang melimpah. Ayat ini mengingatkan kita bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni oleh Allah, asalkan kita bersedia meninggalkan jalan fasik dan kembali kepada-Nya.
Sebagai orang percaya, marilah kita menjadikan ayat ini sebagai pengingat bahwa hidup dalam pertobatan adalah tanda ketaatan kita kepada Allah. Semoga kasih dan belas kasihan-Nya terus memimpin kita dalam perjalanan iman ini.