Roma 9:15-16: Kedaulatan Allah dalam Kasih Karunia
Pengantar:
Roma 9:15-16 adalah bagian penting dari Surat Paulus kepada jemaat di Roma yang membahas kedaulatan Allah dalam pilihan-Nya. Ayat ini sering menjadi pusat diskusi dalam teologi Reformed karena mengungkapkan konsep kasih karunia yang mutlak dan otoritas Allah dalam menyelamatkan manusia. Dalam artikel ini, kita akan mengupas ayat ini secara mendalam berdasarkan pandangan beberapa pakar teologi Reformed.
Roma 9:15-16"Sebab, Ia berkata kepada Musa, 'Aku akan berbelas kasih kepada siapa Aku mau berbelas kasih, dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.' Jadi, tidak tergantung pada kehendak atau kerja keras manusia, melainkan pada Allah yang memiliki belas kasih." (AYT)
1. Konteks Roma 9:15-16
Untuk memahami Roma 9:15-16, kita harus melihat konteksnya. Dalam pasal 9, Paulus membahas pilihan Allah yang bersifat kedaulatan. Ia menjelaskan bagaimana Allah memilih umat Israel sebagai bangsa perjanjian, tetapi juga menunjukkan bahwa tidak semua orang Israel termasuk dalam "Israel sejati" (Roma 9:6). Paulus kemudian mengutip Perjanjian Lama (Keluaran 33:19) untuk menunjukkan bahwa belas kasih Allah diberikan berdasarkan kehendak-Nya semata, bukan karena usaha manusia.
Menurut John Calvin, konteks ini mengungkapkan bahwa keselamatan adalah murni karya Allah, bukan hasil dari usaha atau hak manusia. Calvin menulis:"Ketika Allah memilih siapa yang akan menerima belas kasih-Nya, itu dilakukan tanpa memandang kelebihan manusia. Ini adalah tindakan kedaulatan yang tidak dapat diganggu gugat."
2. Kedaulatan Allah dalam Pemilihan
Roma 9:15 menegaskan pernyataan Allah kepada Musa: “Aku akan berbelas kasih kepada siapa Aku mau berbelas kasih, dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.” Dalam pandangan teologi Reformed, ini adalah deklarasi eksplisit tentang kedaulatan Allah. Allah memiliki hak mutlak untuk memilih siapa yang menerima kasih karunia-Nya.
a. Belas Kasih yang Tidak Tergantung pada Manusia
Menurut R.C. Sproul, ayat ini menunjukkan bahwa belas kasih Allah tidak diberikan berdasarkan kebaikan manusia atau perbuatan mereka, tetapi sepenuhnya berdasarkan kehendak-Nya. Sproul menulis:"Allah tidak diwajibkan untuk menunjukkan belas kasih kepada siapa pun. Ketika Dia menunjukkan belas kasih, itu adalah tindakan yang sepenuhnya bebas dan berdasarkan kehendak-Nya yang kudus."
Dalam hal ini, belas kasih Allah bersifat unmerited (tidak layak diperoleh) dan unconditional (tidak bersyarat).
b. Pemilihan dan Kehendak Allah
Herman Bavinck, seorang teolog Reformed ternama, menjelaskan bahwa pemilihan Allah adalah bagian dari rencana kekal-Nya. Dia menegaskan bahwa Allah tidak memilih berdasarkan apa yang dilihat-Nya dalam diri manusia, melainkan semata-mata berdasarkan tujuan-Nya yang kekal. Bavinck menulis:"Pemilihan Allah menunjukkan bahwa keselamatan adalah karya anugerah, bukan hasil dari kehendak atau kerja keras manusia. Ini adalah ekspresi dari kasih dan keadilan-Nya."
3. Keselamatan: Tidak Bergantung pada Kehendak atau Usaha Manusia
Roma 9:16 menegaskan bahwa keselamatan tidak tergantung pada kehendak atau usaha manusia, tetapi sepenuhnya pada belas kasih Allah. Ini adalah salah satu poin utama teologi Reformed yang sering dikaitkan dengan doktrin Sola Gratia (keselamatan hanya oleh kasih karunia).
a. Kehendak Manusia yang Tidak Memadai
Jonathan Edwards, seorang teolog Reformed terkenal, menyoroti bahwa kehendak manusia telah rusak oleh dosa asal, sehingga tidak mungkin seseorang dapat mencari Allah dengan kemampuannya sendiri. Ia menulis:"Manusia, dalam keadaan berdosa, tidak memiliki kemampuan untuk menyelamatkan dirinya sendiri atau bahkan mencari Allah dengan tulus. Oleh karena itu, keselamatan sepenuhnya adalah hasil dari belas kasih Allah."
Paulus menekankan hal ini dengan mengatakan bahwa usaha manusia, sekeras apa pun, tidak dapat membawa mereka kepada keselamatan tanpa intervensi Allah.
b. Peran Allah sebagai Subjek Utama Keselamatan
Teologi Reformed menempatkan Allah sebagai subjek utama dalam keselamatan. Charles Hodge, dalam komentarnya tentang Roma, menulis:"Alkitab secara konsisten menggambarkan Allah sebagai satu-satunya sumber keselamatan. Semua usaha manusia hanya akan sia-sia tanpa belas kasih Allah yang bekerja dalam hidup mereka."
4. Allah dan Keadilan-Nya
Banyak orang mungkin bertanya: Apakah adil jika Allah memilih untuk menunjukkan belas kasih kepada beberapa orang tetapi tidak kepada yang lain? Dalam pandangan Reformed, pertanyaan ini dijawab dengan menyoroti keadilan Allah yang sempurna.
a. Belas Kasih Bukan Hak
John Calvin menjelaskan bahwa belas kasih bukanlah sesuatu yang berhak diterima manusia. Semua manusia telah berdosa dan layak menerima murka Allah. Oleh karena itu, fakta bahwa Allah menunjukkan belas kasih kepada siapa pun adalah tindakan kemurahan yang luar biasa.
Calvin menulis:"Tidak ada yang berhak atas belas kasih Allah. Jika Dia memberikan belas kasih-Nya kepada beberapa orang dan tidak kepada yang lain, itu bukan karena ketidakadilan, tetapi karena kehendak-Nya yang kudus."
b. Kedaulatan dan Keadilan Allah
Dalam teologi Reformed, kedaulatan Allah tidak pernah bertentangan dengan keadilan-Nya. Ligon Duncan menegaskan bahwa Allah tidak pernah bertindak di luar sifat-Nya yang adil dan benar. Duncan menulis:"Keadilan Allah berarti bahwa Dia selalu bertindak sesuai dengan karakter-Nya. Ketika Dia memilih untuk menunjukkan belas kasih, itu tidak berarti Dia tidak adil, tetapi bahwa Dia bertindak berdasarkan kasih dan kemurahan-Nya."
5. Implikasi Doktrin ini bagi Umat Percaya
Pemahaman tentang Roma 9:15-16 memiliki beberapa implikasi praktis bagi kehidupan orang Kristen, khususnya dalam tradisi Reformed.
a. Kerendahan Hati
Kesadaran bahwa keselamatan adalah murni karya Allah membawa umat percaya kepada kerendahan hati. Tidak ada yang bisa membanggakan diri atas keselamatan, karena itu bukan hasil dari usaha manusia, melainkan anugerah Allah semata.
b. Pengharapan yang Kokoh
Karena keselamatan tidak bergantung pada usaha manusia, umat percaya dapat memiliki pengharapan yang kokoh dalam kasih karunia Allah. Pengharapan ini bukanlah hasil dari kerapuhan manusia, tetapi dari janji kekal Allah.
c. Dorongan untuk Memuliakan Allah
Roma 9:15-16 mengingatkan umat percaya bahwa segala kemuliaan harus dikembalikan kepada Allah. Seluruh proses keselamatan—dari pemilihan, panggilan, pembenaran, hingga pemuliaan—adalah karya Allah yang layak dipuji.
6. Penolakan terhadap Keselamatan Berdasarkan Usaha
Roma 9:15-16 juga menjadi dasar penolakan terhadap pandangan yang mengajarkan bahwa manusia dapat mencapai keselamatan melalui usaha atau kebaikan mereka sendiri. Dalam pandangan Reformed, semua manusia telah jatuh dalam dosa dan tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi standar Allah.
a. Dosa Menghambat Usaha Manusia
Herman Bavinck menegaskan bahwa dosa telah merusak totalitas keberadaan manusia, termasuk kehendak dan intelek mereka. Oleh karena itu, tidak ada usaha manusia yang dapat mendekatkan mereka kepada Allah. Bavinck menulis:"Jika manusia dibiarkan sendiri, mereka tidak akan pernah mencari Allah atau menerima kasih karunia-Nya. Itu sebabnya belas kasih Allah adalah kebutuhan mutlak."
b. Keselamatan sebagai Pemberian, Bukan Upah
Charles Spurgeon, seorang pengkhotbah Reformed terkenal, menggambarkan keselamatan sebagai hadiah yang diberikan Allah, bukan upah yang diperoleh manusia. Ia berkata:"Keselamatan adalah pemberian Allah yang cuma-cuma. Tidak ada usaha manusia yang dapat membelinya, karena nilainya terlalu besar untuk dapat dibayar oleh manusia."
Kesimpulan
Roma 9:15-16 adalah deklarasi tegas tentang kedaulatan Allah dalam menyelamatkan manusia. Ayat ini menunjukkan bahwa keselamatan tidak tergantung pada kehendak atau usaha manusia, tetapi sepenuhnya pada belas kasih Allah. Dalam teologi Reformed, ayat ini menjadi dasar bagi doktrin kasih karunia yang mutlak, yang menegaskan bahwa Allah memiliki otoritas penuh dalam menyelamatkan siapa yang Dia kehendaki.
Bagi umat percaya, pemahaman tentang ayat ini membawa kerendahan hati, penghiburan, dan rasa syukur yang mendalam kepada Allah. Keselamatan adalah karya Allah yang agung, yang melampaui pengertian manusia dan menjadi bukti dari kasih dan keadilan-Nya yang sempurna.