True Faith Always Shows Itself in the Life: Reformed Theology

True Faith Always Shows Itself in the Life: Reformed Theology

Pengantar:

Dalam teologi Reformed, iman sejati tidak hanya berhenti pada pengakuan intelektual, tetapi selalu menghasilkan perubahan nyata dalam kehidupan. Yakobus 2:17 menegaskan: “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” Pernyataan ini tidak bertentangan dengan doktrin pembenaran oleh iman saja (sola fide), tetapi menegaskan bahwa iman yang sejati selalu menunjukkan dirinya melalui buah-buah nyata dalam kehidupan seseorang.

Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana iman sejati diwujudkan dalam kehidupan, berdasarkan pandangan para teolog Reformed seperti John Calvin, Jonathan Edwards, dan J.C. Ryle. Dengan menguraikan dasar Alkitabiah, implikasi teologis, dan relevansinya bagi kehidupan Kristen modern, artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam tentang hubungan antara iman dan perbuatan.

1. Iman Sejati Menurut Teologi Reformed

a. Definisi Iman Sejati

Dalam teologi Reformed, iman sejati adalah anugerah Allah yang diberikan melalui pekerjaan Roh Kudus. Efesus 2:8-9 menyatakan bahwa iman adalah pemberian Allah, bukan hasil usaha manusia. John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, mendefinisikan iman sebagai hubungan pribadi dengan Allah melalui Kristus, yang melibatkan pengetahuan (mengenal kebenaran Injil), persetujuan (menerima kebenaran itu sebagai nyata), dan kepercayaan (mengandalkan Allah sepenuhnya untuk keselamatan).

b. Iman dan Pembenaran

Teologi Reformed menegaskan bahwa manusia dibenarkan hanya oleh iman, bukan oleh perbuatan (Roma 3:28). Namun, iman yang sejati tidak pernah terpisah dari buah perbuatan. R.C. Sproul, dalam bukunya Faith Alone, menjelaskan bahwa iman adalah sarana pembenaran, tetapi iman yang menyelamatkan selalu menghasilkan kehidupan yang berubah.

2. Dasar Alkitabiah: Iman yang Aktif dalam Perbuatan

a. Yakobus 2:14-26: Iman Tanpa Perbuatan adalah Mati

Yakobus menyatakan bahwa iman yang tidak menghasilkan perbuatan adalah mati. Hal ini tidak berarti bahwa perbuatan menyelamatkan, tetapi bahwa iman sejati selalu menghasilkan buah-buah yang nyata.

Jonathan Edwards, dalam Religious Affections, menyebut bahwa kasih kepada Allah dan sesama adalah tanda utama dari iman yang sejati. Perbuatan baik bukanlah dasar keselamatan, tetapi bukti dari iman yang hidup.

b. Buah Roh sebagai Bukti Iman

Galatia 5:22-23 mengajarkan bahwa hidup yang dipenuhi oleh Roh Kudus menghasilkan buah Roh seperti kasih, sukacita, dan damai sejahtera. John Owen, dalam bukunya The Mortification of Sin, menegaskan bahwa iman sejati mengarahkan hati kepada Allah, memampukan seseorang untuk hidup dalam kekudusan dan ketaatan.

3. Hubungan Antara Iman dan Perbuatan dalam Teologi Reformed

a. Perbuatan sebagai Buah Iman

Dalam teologi Reformed, perbuatan tidak pernah menjadi dasar keselamatan tetapi adalah hasil dari iman sejati. John Calvin menyebut bahwa iman yang sejati tidak bisa tidak menghasilkan perbuatan baik. Dalam Institutes, Calvin menulis bahwa iman adalah "akar," dan perbuatan baik adalah "buah" yang tumbuh darinya.

b. Iman yang Menuntun pada Kekudusan

Pembenaran oleh iman tidak berarti umat percaya bebas hidup dalam dosa. Roma 6:1-2 menyatakan: “Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak!” J.C. Ryle, dalam bukunya Holiness, menegaskan bahwa iman sejati selalu membawa seseorang kepada hidup yang kudus. Kekudusan adalah bukti nyata dari iman yang menyelamatkan.

4. Tanda-Tanda Iman Sejati dalam Kehidupan

a. Kasih kepada Allah dan Sesama

Yesus menyatakan bahwa hukum terbesar adalah mengasihi Allah dan sesama (Matius 22:37-40). Thomas Watson, dalam The Ten Commandments, menyebut bahwa kasih kepada Allah diwujudkan melalui ketaatan, dan kasih kepada sesama diwujudkan melalui pelayanan yang penuh pengorbanan.

b. Hidup dalam Kekudusan

1 Petrus 1:16 memerintahkan umat percaya untuk hidup kudus karena Allah adalah kudus. John Owen menekankan bahwa iman sejati membawa umat percaya untuk mematikan dosa dalam hidup mereka dan hidup dalam kekudusan sebagai respons kepada kasih Allah.

c. Ketekunan dalam Iman

Mereka yang memiliki iman sejati akan bertahan hingga akhir. Filipi 1:6 menegaskan bahwa Allah yang memulai pekerjaan baik dalam umat-Nya akan menyelesaikannya. Charles Spurgeon menyebut bahwa iman yang sejati adalah iman yang tetap bertahan di tengah pencobaan dan kesulitan hidup.

5. Implikasi Praktis dari Iman Sejati

a. Membawa Perubahan Nyata

Iman sejati membawa perubahan dalam setiap aspek kehidupan. Francis Schaeffer, dalam True Spirituality, menyatakan bahwa iman yang sejati mengubah cara seseorang memandang dunia, berinteraksi dengan sesama, dan melayani Allah.

b. Meningkatkan Kesaksian Kristen

Iman yang diwujudkan melalui perbuatan baik menjadi kesaksian yang nyata bagi dunia. Dalam Matius 5:16, Yesus berkata: “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”

c. Menumbuhkan Kerendahan Hati dan Syukur

Kesadaran bahwa perbuatan baik adalah buah dari kasih karunia Allah menumbuhkan kerendahan hati dan syukur. Timothy Keller, dalam bukunya Generous Justice, menekankan bahwa iman sejati menghasilkan kehidupan yang penuh kasih dan keadilan, bukan untuk memuliakan diri sendiri tetapi untuk memuliakan Allah.

6. Relevansi Iman Sejati bagi Dunia Modern

a. Menjawab Tantangan Kehidupan yang Individualistis

Di tengah dunia yang cenderung individualistis, iman sejati memanggil umat percaya untuk hidup dalam kasih dan pelayanan kepada sesama.

b. Menghadapi Tantangan Etika dan Moral

Iman sejati memberikan dasar bagi umat percaya untuk hidup sesuai dengan standar Allah di tengah dunia yang sering kali menolak nilai-nilai kekristenan.

c. Meningkatkan Kepedulian Sosial

Iman yang diwujudkan dalam perbuatan baik mendorong gereja untuk terlibat dalam pelayanan sosial, seperti membantu mereka yang miskin dan tertindas.

Kesimpulan

Iman sejati selalu menunjukkan dirinya dalam kehidupan melalui perubahan karakter, kasih kepada Allah dan sesama, serta ketaatan kepada firman Allah. Dalam teologi Reformed, iman dan perbuatan bukanlah dua hal yang bertentangan tetapi dua sisi dari mata uang yang sama. Iman sejati, yang adalah anugerah Allah, menghasilkan buah yang nyata dalam kehidupan orang percaya.

Sebagaimana Yakobus 2:26 menyatakan, “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” Iman sejati tidak hanya membawa seseorang kepada keselamatan tetapi juga mengarahkan mereka untuk hidup sebagai saksi Allah di dunia.

Catatan Akhir:
Berdoalah memohon hikmat dari Roh Kudus untuk memahami dan menghidupi iman yang sejati. Artikel ini ditulis untuk mendorong refleksi iman yang mendalam, dengan Alkitab sebagai panduan utama dalam memahami hubungan antara iman dan kehidupan Kristen.

Next Post Previous Post