Tuhan Menyertai Yusuf (Kejadian 39:2)
Pendahuluan:
Ayat Kejadian 39:2 berbunyi:“TUHAN menyertainya sehingga dia menjadi orang yang berhasil dan dia tinggal di rumah tuannya, orang Mesir itu.” (AYT)
Ayat ini merupakan bagian dari kisah Yusuf, seorang tokoh Alkitab yang mengalami banyak penderitaan tetapi tetap setia kepada Tuhan. Kejadian 39:2 secara khusus menyoroti bagaimana Tuhan menyertai Yusuf bahkan ketika ia berada dalam situasi yang sulit—sebagai seorang budak di rumah Potifar di Mesir.
Dalam artikel ini, kita akan membahas makna mendalam dari ayat ini dalam terang teologi Reformed, dengan mengacu pada beberapa pakar teologi Reformed seperti John Calvin, R.C. Sproul, Herman Bavinck, dan John Piper.
1. Konteks Kejadian 39:2 dalam Kisah Yusuf
Kisah Yusuf dalam Kejadian 37-50 adalah salah satu narasi yang paling kaya dalam Perjanjian Lama. Yusuf adalah anak kesayangan Yakub, tetapi saudara-saudaranya iri dan menjualnya sebagai budak ke Mesir.
Pasal 39 dimulai dengan Yusuf yang telah menjadi budak di rumah seorang pejabat Mesir bernama Potifar. Namun, meskipun berada dalam situasi yang tampaknya tragis, ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tetap menyertai Yusuf dan membuatnya berhasil.
Dalam perspektif teologi Reformed, kisah ini menegaskan kedaulatan Allah, di mana rencana-Nya tetap berjalan bahkan di tengah penderitaan manusia.
2. Teologi Reformed tentang Penyertaan Tuhan dalam Kejadian 39:2
a. Penyertaan Tuhan dan Kedaulatan-Nya
John Calvin: Tuhan Berdaulat atas Segala Keadaan
John Calvin dalam Commentary on Genesis menyoroti bahwa keberhasilan Yusuf bukan berasal dari dirinya sendiri, tetapi semata-mata karena penyertaan Tuhan. Calvin menulis:
"Tuhanlah yang mengatur segala keadaan, dan tidak ada keberhasilan yang terjadi di luar kehendak-Nya. Yusuf tidak mencapai posisi ini karena usaha manusiawi semata, tetapi karena kasih karunia Allah yang berdaulat."
Calvin menekankan bahwa penyertaan Tuhan dalam kehidupan Yusuf menunjukkan Providensi Allah, yaitu tindakan aktif Allah dalam memelihara dan mengatur segala sesuatu untuk mencapai rencana-Nya.
R.C. Sproul: Tidak Ada Keberuntungan, Hanya Kedaulatan Allah
Dalam bukunya The Invisible Hand, R.C. Sproul menegaskan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan Yusuf adalah bagian dari rencana Allah. Tidak ada keberuntungan atau kebetulan dalam kehidupan orang percaya.
Menurut Sproul, Yusuf mungkin tampak sebagai korban keadaan yang tragis, tetapi Allah sedang mengendalikan semua peristiwa untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya. Penyertaan Tuhan dalam ayat ini menunjukkan bahwa Allah bekerja dalam segala situasi, bahkan dalam penderitaan, untuk mendatangkan kebaikan bagi umat-Nya (Roma 8:28).
b. Keberhasilan dalam Pandangan Allah
John Piper: Keberhasilan Sejati Adalah Hidup dalam Penyertaan Tuhan
John Piper dalam tulisannya tentang Kejadian 39 menyatakan bahwa keberhasilan sejati bukanlah kekayaan atau kedudukan tinggi, tetapi hidup dalam penyertaan Tuhan.
Banyak orang mungkin melihat keberhasilan Yusuf hanya dalam aspek materi (karena ia menjadi orang kepercayaan Potifar). Namun, Piper menegaskan bahwa keberhasilan utama Yusuf adalah tetap setia kepada Tuhan, bahkan dalam situasi sulit.
Menurut Piper, ayat ini mengajarkan bahwa kesuksesan dalam pandangan dunia tidak selalu mencerminkan keberhasilan rohani di hadapan Allah. Tuhan menyertai Yusuf bukan untuk membuatnya kaya, tetapi untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya melalui kehidupan Yusuf.
c. Penderitaan sebagai Bagian dari Rencana Allah
Herman Bavinck: Penderitaan Adalah Alat Tuhan untuk Membentuk Umat-Nya
Dalam sistematika teologinya, Herman Bavinck mengajarkan bahwa penderitaan bukanlah tanda bahwa Tuhan meninggalkan seseorang, tetapi justru merupakan bagian dari rencana-Nya untuk membentuk karakter umat-Nya.
Bavinck menulis bahwa kehidupan Yusuf adalah contoh nyata dari bagaimana Allah menggunakan penderitaan untuk mendidik dan mempersiapkan seseorang bagi tugas yang lebih besar. Yusuf mengalami masa-masa sulit bukan karena ia ditinggalkan Tuhan, tetapi karena Tuhan sedang mengerjakan sesuatu yang lebih besar dalam hidupnya.
Ini mengajarkan bahwa penyertaan Tuhan tidak berarti bebas dari kesulitan, tetapi berarti bahwa Tuhan bekerja melalui kesulitan untuk mencapai tujuan-Nya yang baik.
3. Relevansi Kejadian 39:2 bagi Kehidupan Kristen
a. Menghadapi Kesulitan dengan Iman
Kisah Yusuf mengajarkan bahwa meskipun kita mungkin berada dalam keadaan sulit, Tuhan tetap menyertai kita. Kesulitan bukanlah tanda bahwa Tuhan telah meninggalkan kita, tetapi bisa menjadi cara Tuhan untuk membentuk kita lebih lagi.
Sebagaimana Yusuf mengalami tantangan, orang Kristen pun sering menghadapi penderitaan. Namun, teologi Reformed mengajarkan bahwa semua penderitaan memiliki tujuan ilahi dan merupakan bagian dari rencana Allah yang lebih besar.
b. Kesuksesan yang Sejati
Dunia sering mengukur keberhasilan dengan kekayaan, jabatan, atau popularitas. Namun, Kejadian 39:2 mengajarkan bahwa keberhasilan sejati adalah memiliki Tuhan di pihak kita.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk tetap setia kepada Tuhan dalam setiap situasi, mengetahui bahwa keberhasilan yang sejati adalah hidup dalam kehendak-Nya.
c. Hidup dalam Kesadaran Akan Penyertaan Tuhan
Yusuf hidup dengan keyakinan bahwa Tuhan menyertainya, dan ini mengubah cara ia menjalani hidup. Sebagai orang Kristen, kita juga dipanggil untuk memiliki kesadaran yang sama:
- Saat kita bekerja, kita harus bekerja seolah-olah untuk Tuhan, bukan manusia (Kolose 3:23).
- Saat kita menghadapi pencobaan, kita harus tetap teguh dalam iman, karena kita tahu bahwa Tuhan sedang mengerjakan sesuatu yang lebih besar.
4. Tantangan dan Apologetika Teologi Reformed terhadap Ayat Ini
Dalam dunia modern, banyak orang mempertanyakan bagaimana mungkin Tuhan menyertai seseorang tetapi tetap membiarkan mereka menderita.
Pendapat Cornelius Van Til (Apologetika Presupositional Reformed)
Cornelius Van Til, seorang apologet Reformed, menjelaskan bahwa manusia sering kali memiliki pandangan yang salah tentang Tuhan. Mereka berpikir bahwa jika Tuhan menyertai seseorang, maka hidupnya harus selalu lancar.
Namun, Van Til menegaskan bahwa pemikiran ini bertentangan dengan Alkitab. Tuhan tidak selalu menyelamatkan umat-Nya dari penderitaan, tetapi Dia selalu menyertai mereka di dalam penderitaan dan menggunakan penderitaan untuk tujuan yang baik.
Ini adalah jawaban apologetis yang kuat bagi mereka yang meragukan keadilan atau kasih Tuhan di tengah penderitaan.
Kesimpulan
Kejadian 39:2 adalah ayat yang kaya akan pengajaran tentang penyertaan Tuhan, kedaulatan-Nya, dan makna keberhasilan yang sejati.
Dari perspektif teologi Reformed, kita belajar bahwa:
- Tuhan berdaulat atas segala keadaan (John Calvin, R.C. Sproul).
- Keberhasilan sejati adalah hidup dalam kehendak Tuhan, bukan sekadar sukses materi (John Piper).
- Penderitaan adalah alat Tuhan untuk membentuk umat-Nya (Herman Bavinck).
- Kita dipanggil untuk tetap setia kepada Tuhan dalam segala keadaan, karena Dia selalu menyertai kita.
Sebagaimana Tuhan menyertai Yusuf dalam segala hal, demikian pula Tuhan menyertai kita hari ini. Percayalah kepada-Nya, tetap setia, dan jalani hidup dalam keyakinan bahwa Dia sedang bekerja di dalam dan melalui kita untuk rencana-Nya yang mulia.