Yohanes 10:39-42: Upaya Ketujuh untuk Membunuh Yesus dan Maknanya
Pendahuluan: Misi Yesus dalam Bayang-Bayang Ancaman
Yohanes 10:39-42 mencatat salah satu momen kritis dalam pelayanan Yesus, di mana para pemimpin agama Yahudi sekali lagi berusaha menangkap-Nya, namun gagal. Peristiwa ini adalah upaya ketujuh untuk membunuh Yesus yang dicatat dalam Injil Yohanes, menegaskan permusuhan yang terus meningkat terhadap-Nya. Dalam perikop ini, kita tidak hanya melihat kebencian manusia terhadap Kristus, tetapi juga pemeliharaan Allah yang sempurna atas rencana keselamatan melalui Anak-Nya.
Berikut adalah teks Yohanes 10:39-42 (TB):Yohanes 10:39 Mereka mencoba menangkap Dia lagi, tetapi Ia luput dari tangan mereka.Yohanes 10:40 Kemudian Ia pergi lagi ke seberang sungai Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ.Yohanes 10:41 Banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: "Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar."Yohanes 10:42 Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya.
Artikel ini akan membahas ayat-ayat ini secara mendalam dengan pendekatan teologi Reformed, menelusuri konteks historis, makna teologis, dan relevansi bagi iman Kristen masa kini. Kami juga akan menghadirkan pandangan beberapa pakar teologi Reformed untuk memperkaya analisis.
1. Konteks dan Latar Belakang Yohanes 10:39-42
a. Permusuhan yang Meningkat terhadap Yesus
Yohanes 10 mencatat perdebatan Yesus dengan para pemimpin Yahudi setelah Ia mengajarkan bahwa Ia adalah Gembala yang Baik (Yohanes 10:1-18). Klaim-Nya bahwa Ia dan Bapa adalah satu (Yohanes 10:30) memicu kemarahan orang-orang Yahudi, karena mereka menganggapnya sebagai penghujatan (Yohanes 10:33). Akibatnya, mereka mencoba melempari-Nya dengan batu (Yohanes 10:31) dan menangkap-Nya lagi (Yohanes 10:39).
Upaya untuk membunuh Yesus ini bukanlah yang pertama. Dalam Injil Yohanes, kita dapat melihat tujuh upaya untuk membunuh Yesus:
- Yohanes 5:18 – Setelah Yesus menyembuhkan orang di hari Sabat dan menyamakan diri-Nya dengan Allah.
- Yohanes 7:1 – Orang Yahudi mencari kesempatan untuk membunuh-Nya.
- Yohanes 7:30 – Mereka berusaha menangkap-Nya tetapi gagal.
- Yohanes 7:32 – Imam-imam kepala mengirim penjaga untuk menangkap-Nya.
- Yohanes 8:59 – Setelah Yesus berkata, "Sebelum Abraham jadi, Aku telah ada," mereka mengambil batu untuk melempari-Nya.
- Yohanes 10:31 – Orang-orang Yahudi mengambil batu lagi untuk merajam-Nya.
- Yohanes 10:39 – Mereka mencoba menangkap-Nya, tetapi Ia luput dari tangan mereka.
Setiap upaya ini menunjukkan bagaimana rencana Allah tidak dapat digagalkan oleh manusia. Yesus tidak ditangkap sebelum waktunya, karena Ia tahu bahwa misi-Nya adalah mati di salib pada waktu yang ditentukan oleh Bapa (Yohanes 7:6, Yohanes 17:1).
b. Tempat Pelayanan Yesus
Setelah lolos dari upaya penangkapan, Yesus pergi ke seberang sungai Yordan, tempat Yohanes Pembaptis dahulu melayani (Yohanes 10:40). Wilayah ini kemungkinan adalah Betania di seberang Yordan, sebagaimana disebutkan dalam Yohanes 1:28. Tempat ini memiliki makna simbolis, karena di sanalah Yohanes Pembaptis memberikan kesaksian tentang Yesus sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia (Yohanes 1:29).
2. Analisis Mendalam Yohanes 10:39-42
a. Yohanes 10:39: "Mereka mencoba menangkap Dia lagi, tetapi Ia luput dari tangan mereka."
Upaya untuk menangkap Yesus dalam ayat ini adalah klimaks dari kebencian yang telah berkembang sepanjang pasal 10. Namun, meskipun mereka memiliki niat jahat, Yesus sekali lagi luput dari tangan mereka.
Makna Teologis:
Dalam teologi Reformed, ayat ini mencerminkan kedaulatan Allah atas sejarah. Rencana Allah untuk Yesus tidak dapat digagalkan oleh manusia. John Calvin, dalam komentarnya, menulis:
"Kristus tidak luput dari tangan mereka karena kekuatan-Nya sendiri, tetapi karena Bapa-Nya memegang kendali atas segala sesuatu. Waktu kematian-Nya belum tiba, dan oleh karena itu tidak ada kuasa manusia yang dapat menyentuh-Nya sebelum Bapa mengizinkannya."
Keberhasilan Yesus meloloskan diri juga menunjukkan bahwa otoritas-Nya melampaui otoritas manusia. Ketika para pemimpin agama berusaha menangkap-Nya, mereka sebenarnya sedang melawan kehendak Allah sendiri.
b. Yohanes 10:40: "Kemudian Ia pergi lagi ke seberang sungai Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ."
Yesus meninggalkan Yerusalem dan pergi ke daerah yang lebih terpencil di seberang sungai Yordan. Tempat ini bukan hanya tempat perlindungan fisik, tetapi juga lokasi dengan makna spiritual yang mendalam.
Makna Teologis:
Beberapa pakar teologi Reformed, seperti Herman Ridderbos, menekankan bahwa kembalinya Yesus ke tempat Yohanes membaptis menunjukkan kesinambungan antara pelayanan Yohanes dan Yesus. Yohanes telah mempersiapkan jalan bagi Yesus, dan sekarang, Yesus melanjutkan misi itu dengan menunjukkan bahwa segala sesuatu yang dikatakan Yohanes tentang Dia adalah benar.
Ridderbos juga mencatat bahwa tindakan Yesus ini adalah simbol dari penolakan terhadap Yerusalem. Yerusalem, pusat agama Yahudi, telah menolak Yesus sebagai Mesias. Dengan pergi ke tempat Yohanes membaptis, Yesus menunjukkan bahwa misi-Nya sekarang akan lebih banyak diterima di luar pusat keagamaan itu.
c. Yohanes 10:41: "Banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: 'Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.'"
Banyak orang datang kepada Yesus di seberang Yordan, dan mereka mengingat kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Dia. Mereka mengakui bahwa Yohanes tidak melakukan mukjizat, tetapi kesaksiannya tentang Yesus sebagai Mesias telah terbukti benar.
Makna Teologis:
Dalam teologi Reformed, ayat ini menunjukkan kuasa kesaksian yang setia. Yohanes Pembaptis tidak membuat mukjizat, tetapi kesaksiannya memiliki dampak besar karena dia berbicara kebenaran tentang Kristus.
R.C. Sproul menulis, "Kesaksian Yohanes adalah pengingat bahwa Allah sering kali menggunakan cara-cara yang sederhana dan biasa untuk mengungkapkan kebenaran-Nya. Bukan tanda-tanda atau mukjizat yang membuat Yohanes besar, tetapi kesetiaannya kepada Firman Allah."
Ayat ini juga menekankan bahwa Yesus adalah penggenapan dari segala sesuatu yang dikatakan Yohanes. Yohanes 1:29-34 mencatat bagaimana Yohanes Pembaptis bersaksi bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Sekarang, orang-orang yang datang kepada Yesus di seberang Yordan melihat bahwa semua kesaksian itu benar.
d. Yohanes 10:42: "Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya."
Di tempat Yohanes membaptis, banyak orang percaya kepada Yesus. Meskipun Ia ditolak di Yerusalem, pelayanan-Nya tetap membawa hasil di tempat lain.
Makna Teologis:
Ayat ini menegaskan tema utama dalam Injil Yohanes, yaitu respons iman terhadap Yesus. Yohanes sering kali mencatat bagaimana beberapa orang percaya kepada Yesus meskipun ada penolakan yang luas.
John MacArthur mencatat bahwa ayat ini juga menunjukkan bahwa iman tidak selalu membutuhkan tanda-tanda. Orang-orang percaya kepada Yesus bukan karena mukjizat yang mereka lihat, tetapi karena kesaksian yang mereka dengar tentang Dia. Ini menggemakan ajaran Yesus dalam Yohanes 20:29: "Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."
3. Pandangan Teologi Reformed tentang Yohanes 10:39-42
a. Pemeliharaan Allah dalam Rencana Keselamatan
Salah satu tema utama dalam perikop ini adalah pemeliharaan Allah. Meskipun para pemimpin agama berusaha menangkap Yesus, mereka tidak berhasil karena waktu-Nya belum tiba. Dalam teologi Reformed, ini menunjukkan kedaulatan Allah yang mutlak atas sejarah.
John Calvin menulis, "Tidak ada kuasa manusia yang dapat menggagalkan rencana Allah. Bahkan kebencian manusia digunakan oleh Allah untuk menggenapi maksud-Nya, seperti yang terlihat dalam salib Kristus."
b. Kuasa Firman dalam Kesaksian Yohanes
Kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Yesus adalah contoh dari kuasa Firman Allah. Yohanes tidak melakukan mukjizat, tetapi Firman yang ia sampaikan memiliki kekuatan untuk membawa orang kepada iman.
Pakar teologi Reformed, Cornelis Venema, mencatat bahwa Yohanes 10:41 adalah pengingat bahwa "kebenaran Firman Allah tidak bergantung pada pembuktian manusiawi, tetapi pada kuasa-Nya sendiri yang bekerja di hati orang percaya."
c. Respon Iman terhadap Yesus
Teologi Reformed juga menyoroti pentingnya iman sebagai respons terhadap pewahyuan Kristus. Banyak orang di seberang Yordan percaya kepada Yesus karena mereka mendengar kesaksian tentang Dia dan mengenali kebenaran-Nya.
B.B. Warfield menulis bahwa Yohanes 10:42 menunjukkan "kuasa Roh Kudus untuk membawa orang kepada iman meskipun tanda-tanda lahiriah tidak selalu ada. Iman adalah karunia Allah yang bekerja melalui pewartaan Injil."
4. Relevansi Yohanes 10:39-42 bagi Orang Percaya Masa Kini
a. Percaya pada Pemeliharaan Allah
Sebagai orang percaya, kita diingatkan bahwa Allah memegang kendali atas hidup kita. Sama seperti Yesus dilindungi hingga waktu-Nya tiba, kita juga dapat percaya bahwa hidup kita ada dalam tangan Allah yang berdaulat.
b. Kuasa Kesaksian yang Setia
Kita dipanggil untuk menjadi saksi yang setia seperti Yohanes Pembaptis. Meskipun kita mungkin tidak memiliki kemampuan untuk melakukan mukjizat, kita dapat memberitakan kebenaran Firman Allah dengan kuasa Roh Kudus.
c. Menanggapi Kristus dengan Iman
Yohanes 10:42 mengingatkan kita bahwa iman adalah respons yang benar terhadap pewahyuan Kristus. Kita dipanggil untuk percaya kepada-Nya bukan karena tanda-tanda lahiriah, tetapi karena kesaksian Firman Allah yang menyatakan siapa Dia.
Kesimpulan: Rencana Allah Tidak Dapat Digagalkan
Yohanes 10:39-42 mengajarkan bahwa rencana Allah untuk keselamatan melalui Yesus Kristus tidak dapat digagalkan oleh manusia. Meskipun Yesus menghadapi ancaman dan penolakan, misi-Nya terus berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh Bapa.
Teologi Reformed menyoroti pemeliharaan Allah, kuasa Firman, dan panggilan untuk merespons Kristus dengan iman sebagai pelajaran utama dari perikop ini. Sebagai orang percaya, kita diundang untuk mempercayai Allah yang berdaulat, memberitakan kebenaran-Nya dengan setia, dan hidup dalam iman kepada Kristus.