Yesus adalah Batu Penjuru: Fondasi Iman yang Kokoh

Yesus adalah Batu Penjuru: Fondasi Iman yang Kokoh

Pendahuluan:

“Sebab itu, seperti ada tertulis: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu penjuru yang terpilih, yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.’”
1 Petrus 2:6

Dalam tradisi teologi Reformed, Yesus sebagai batu penjuru merupakan konsep teologis mendalam yang berakar pada Kitab Suci. Melalui metafora ini, Alkitab menggambarkan peran Yesus sebagai fondasi yang kokoh bagi umat-Nya. Artikel ini mengeksplorasi makna teologis "Yesus sebagai batu penjuru" berdasarkan pandangan para pakar teologi Reformed dan kajian mendalam dari kitab-kitab teologi Reformed.

1. Apa itu Batu Penjuru?

Dalam budaya kuno, batu penjuru (cornerstone) adalah batu pertama yang diletakkan dalam pembangunan struktur bangunan. Batu ini memiliki peran krusial: sebagai penentu posisi, kekuatan, dan stabilitas seluruh bangunan. Jika batu penjuru itu tidak kokoh atau tidak diletakkan dengan benar, seluruh struktur dapat runtuh.

Dalam Alkitab, metafora batu penjuru digunakan untuk merujuk pada Yesus Kristus, yang menjadi fondasi utama bagi kehidupan rohani dan komunitas umat Allah. Penggunaan istilah ini mengacu pada nubuat dalam Perjanjian Lama dan realisasinya dalam Perjanjian Baru.

2. Penggunaan "Batu Penjuru" dalam Alkitab

Perjanjian Lama: Nubuat tentang Sang Batu Penjuru

  1. Yesaya 28:16 "Sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: siapa yang percaya tidak akan gelisah.’”

Ayat ini adalah nubuat langsung tentang kedatangan Mesias sebagai batu penjuru. Allah sendiri yang memilih dan meletakkan batu ini sebagai dasar untuk umat-Nya. Para teolog Reformed seperti John Calvin melihat ayat ini sebagai gambaran tentang peran Kristus dalam keselamatan. Calvin mencatat bahwa hanya melalui Kristus sebagai batu penjuru, kehidupan rohani kita dapat berdiri teguh tanpa goyah.

  1. Mazmur 118:22 "Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.”

Mazmur ini sering dikutip dalam Perjanjian Baru untuk merujuk pada penolakan Yesus oleh bangsa Israel. Mesias, yang diabaikan dan disalibkan, justru menjadi fondasi utama bagi karya keselamatan Allah.

Perjanjian Baru: Pemenuhan dalam Yesus Kristus

  1. 1 Petrus 2:4-7 Dalam surat ini, Petrus menegaskan bahwa Yesus adalah batu yang hidup, yang dipilih oleh Allah tetapi ditolak oleh manusia. Petrus mengutip Yesaya 28:16 dan Mazmur 118:22 untuk menunjukkan bagaimana Yesus memenuhi nubuat sebagai batu penjuru yang teruji.

  2. Efesus 2:19-20 "Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.”

Rasul Paulus menegaskan bahwa gereja berdiri di atas fondasi para nabi dan rasul, tetapi semuanya berpusat pada Yesus Kristus sebagai batu penjuru.

3. Makna Teologis Yesus sebagai Batu Penjuru

a. Yesus sebagai Fondasi Iman

Menurut Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics, Yesus sebagai batu penjuru menegaskan bahwa iman Kristen memiliki dasar yang absolut dan kokoh. Yesus adalah dasar yang tak tergoyahkan bagi keselamatan kita. Dalam dunia yang penuh relativisme, konsep ini memberikan kepastian kepada umat percaya bahwa mereka berdiri di atas landasan ilahi yang tak akan pernah runtuh.

Implikasi Praktis:
Sebagai umat Kristen, kita dipanggil untuk membangun hidup kita di atas fondasi Kristus. Hal ini berarti menempatkan kehendak dan ajaran-Nya sebagai prioritas utama dalam kehidupan sehari-hari.

b. Penolakan terhadap Kristus

Mazmur 118:22 mengungkapkan bahwa batu penjuru ditolak oleh tukang-tukang bangunan. Penolakan ini mencerminkan respons dunia terhadap Kristus. Dalam Injil, Yesus sering mengalami penolakan oleh para pemimpin agama dan orang-orang yang tidak percaya kepada-Nya.

Charles Hodge, seorang teolog Reformed ternama, mencatat bahwa penolakan ini adalah bagian dari rencana Allah untuk menunjukkan kebesaran kasih karunia-Nya. Melalui kematian dan kebangkitan Kristus, batu yang dibuang menjadi fondasi keselamatan umat manusia.

c. Yesus sebagai Kepala Gereja

Dalam Efesus 2:19-20, Rasul Paulus menyatakan bahwa gereja dibangun di atas Yesus sebagai batu penjuru. Menurut pandangan Abraham Kuyper, ini menunjukkan bahwa seluruh tubuh Kristus (gereja universal) bergantung pada Yesus sebagai pemimpin dan kepala. Semua keputusan, ajaran, dan praktik gereja harus sesuai dengan kehendak-Nya.

Implikasi Praktis:
Setiap gereja lokal dan denominasi dipanggil untuk berpusat pada Kristus, bukan pada tradisi manusia atau doktrin yang tidak sesuai dengan Alkitab.

d. Keselamatan dalam Kristus

Yesaya 28:16 menyebut Yesus sebagai batu yang "mahal". Dalam konteks teologi Reformed, ini merujuk pada harga yang dibayar Yesus untuk menebus dosa umat-Nya melalui kematian-Nya di kayu salib. Kristus adalah dasar keselamatan yang hanya dapat dicapai melalui iman kepada-Nya, bukan melalui perbuatan baik atau usaha manusia.

John Owen, dalam bukunya The Death of Death in the Death of Christ, menjelaskan bahwa penebusan oleh Kristus adalah karya yang sempurna. Dengan percaya kepada Yesus sebagai batu penjuru, orang percaya menerima jaminan hidup kekal.

4. Konsekuensi Yesus sebagai Batu Penjuru bagi Kehidupan Orang Percaya

a. Hidup yang Stabil

Yesus sebagai batu penjuru memberikan stabilitas kepada hidup orang percaya. Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian, kita dapat yakin bahwa iman kita berdiri di atas fondasi yang kokoh.

b. Kesatuan dalam Gereja

Efesus 2:19-20 menunjukkan bahwa Yesus adalah dasar kesatuan gereja. Dalam teologi Reformed, kesatuan gereja adalah cerminan dari karya Kristus yang mempersatukan umat-Nya dari berbagai bangsa dan budaya.

c. Tanggung Jawab untuk Berbuah

Sebagai umat yang dibangun di atas Yesus, kita dipanggil untuk menghasilkan buah yang memuliakan Allah. Fondasi yang kokoh menuntut kehidupan yang mencerminkan karakter Kristus.

5. Tantangan dan Penolakan

Tidak semua orang menerima Yesus sebagai batu penjuru. Dalam 1 Korintus 1:23, Paulus mencatat bahwa Injil Kristus adalah "batu sandungan" bagi banyak orang. Bagi mereka yang menolak Kristus, batu penjuru ini menjadi batu yang membuat mereka jatuh.

Kesimpulan: Kristus, Dasar Hidup yang Kekal

Yesus sebagai batu penjuru adalah konsep yang kaya akan makna teologis dan relevansi praktis. Dalam teologi Reformed, Dia adalah fondasi kokoh yang menopang kehidupan rohani, gereja, dan keselamatan umat manusia.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk terus membangun hidup kita di atas dasar Kristus. Hanya dengan demikian, kita dapat berdiri teguh menghadapi pencobaan dan memperoleh pengharapan akan kehidupan yang kekal.

Doa:
Tuhan, Engkau adalah batu penjuru dalam hidup kami. Tolonglah kami untuk membangun hidup kami di atas dasar yang kokoh, yaitu Kristus Yesus. Ajarkan kami untuk tetap setia dan taat kepada kehendak-Mu. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Next Post Previous Post