1 Korintus 15:33-34: Pergaulan, Kekudusan, dan Kesadaran Akan Allah

1 Korintus 15:33-34: Pergaulan, Kekudusan, dan Kesadaran Akan Allah

Pendahuluan:

1 Korintus 15:33-34 adalah bagian dari surat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, di mana ia memperingatkan mereka tentang bahaya pergaulan yang buruk dan pentingnya hidup dalam kekudusan. Ayat ini berbunyi:“Janganlah tertipu: ‘Pergaulan yang buruk menghancurkan kebiasaan-kebiasaan yang baik.’” (1 Korintus 15:33, AYT)“Sadarlah kembali dengan baik dan jangan berbuat dosa. Sebab, beberapa orang tidak memiliki pengenalan akan Allah. Aku mengatakan ini supaya kamu malu.” (1 Korintus 15:34, AYT)

Ayat ini menyoroti pengaruh besar dari lingkungan sosial terhadap kehidupan rohani, serta menyerukan agar orang percaya hidup dalam kesadaran akan Allah dan meninggalkan dosa.

Dalam artikel ini, kita akan membahas konteks 1 Korintus 15:33-34, eksposisi ayat berdasarkan teologi Reformed, makna teologisnya, serta implikasinya dalam kehidupan Kristen.

Konteks 1 Korintus 15:33-34

1. Jemaat Korintus dan Tantangan Mereka

Jemaat di Korintus hidup dalam lingkungan yang penuh dengan pengaruh duniawi, termasuk penyembahan berhala, imoralitas, dan filsafat yang menyesatkan.

John Calvin dalam Commentary on Corinthians menekankan bahwa gereja di Korintus harus berhati-hati terhadap pengaruh ajaran sesat yang dapat merusak iman mereka.

Beberapa tantangan yang mereka hadapi adalah:

  • Pengaruh ajaran yang menyangkal kebangkitan tubuh (1 Korintus 15:12).
  • Pergaulan dengan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan.
  • Godaan untuk kembali kepada cara hidup lama yang penuh dosa.

2. Hubungan dengan Kebangkitan Kristus

Pasal 15 berbicara tentang kebangkitan Kristus sebagai dasar iman Kristen.

R.C. Sproul dalam The Holiness of God menjelaskan bahwa jika seseorang menyangkal kebangkitan, itu akan berdampak pada cara hidupnya, karena ia tidak lagi memiliki harapan kekal.

Paulus memperingatkan bahwa pergaulan yang buruk dapat mengikis iman seseorang, sehingga mereka harus tetap berpegang pada kebenaran Injil.

Eksposisi 1 Korintus 15:33-34

1. “Janganlah tertipu: ‘Pergaulan yang buruk menghancurkan kebiasaan-kebiasaan yang baik.’” (1 Korintus 15:33)

Paulus mengutip sebuah pepatah Yunani kuno, yang kemungkinan berasal dari penyair Menander, untuk memperingatkan jemaat bahwa pengaruh buruk dapat merusak iman dan karakter mereka.

John MacArthur dalam The MacArthur Bible Commentary menjelaskan bahwa iman seseorang dapat rusak bukan hanya oleh ajaran sesat, tetapi juga oleh pergaulan dengan orang-orang yang hidup dalam dosa.

Amsal 13:20 berkata:“Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal akan celaka.”

Ini menunjukkan bahwa lingkungan sosial memiliki dampak besar dalam membentuk karakter seseorang.

2. “Sadarlah kembali dengan baik dan jangan berbuat dosa.” (1 Korintus 15:34a)

Paulus menyerukan pertobatan dan kesadaran spiritual.

Jonathan Edwards dalam Religious Affections menekankan bahwa hidup dalam dosa sering kali membuat seseorang mati rasa terhadap kebenaran rohani.

Efesus 5:14 berkata:“Bangunlah, hai kamu yang tidur, bangkitlah dari antara orang mati, dan Kristus akan bercahaya atas kamu.”

Orang percaya harus terjaga secara rohani, tidak membiarkan dosa menguasai hidup mereka.

3. “Sebab, beberapa orang tidak memiliki pengenalan akan Allah. Aku mengatakan ini supaya kamu malu.” (1 Korintus 15:34b)

Paulus mengingatkan bahwa ada banyak orang yang hidup tanpa mengenal Allah, dan beberapa dari mereka bahkan ada di dalam gereja.

B.B. Warfield dalam The Plan of Salvation menjelaskan bahwa iman sejati tidak hanya bersifat intelektual, tetapi juga harus diwujudkan dalam hidup yang kudus.

Hosea 4:6 berkata:“Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah.”

Paulus menggunakan kata “malu” untuk menunjukkan bahwa mereka seharusnya merasa tertuduh jika mereka tidak hidup dalam kebenaran Injil.

Makna Teologis 1 Korintus 15:33-34

1. Pergaulan Mempengaruhi Kekudusan dan Iman

Paulus mengajarkan bahwa kehidupan rohani seseorang dapat dipengaruhi oleh orang-orang di sekitarnya.

John Piper dalam Don’t Waste Your Life menekankan bahwa orang percaya harus memilih lingkungan sosial yang membangun iman, bukan yang merusaknya.

Mazmur 1:1 berkata:“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik.”

2. Hidup dalam Kesadaran Akan Tuhan

Paulus menyerukan agar orang percaya tetap sadar secara rohani dan tidak hidup dalam dosa.

Timothy Keller dalam Counterfeit Gods menjelaskan bahwa banyak orang Kristen hidup dalam kebiasaan dosa karena mereka tidak memiliki kesadaran penuh akan kehadiran Tuhan dalam hidup mereka.

Kolose 3:2 berkata:“Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.”

3. Mengenal Tuhan adalah Kebutuhan Utama Orang Percaya

Paulus menegaskan bahwa mengenal Tuhan adalah kunci untuk hidup dalam kekudusan.

Martin Lloyd-Jones dalam The Knowledge of the Holy menjelaskan bahwa semakin seseorang mengenal Tuhan, semakin ia terdorong untuk hidup dalam kekudusan dan menjauhi dosa.

Yeremia 9:24 berkata:“Tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah ia bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku.”

Kesimpulan

1 Korintus 15:33-34 mengajarkan bahwa pergaulan yang buruk dapat merusak iman, orang percaya harus hidup dalam kesadaran rohani, dan mengenal Tuhan adalah kunci untuk hidup dalam kekudusan.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk:

  1. Memilih lingkungan sosial yang membangun iman.
  2. Menjaga kesadaran rohani dan menjauhi dosa.
  3. Bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan.

Mari kita hidup dalam kesadaran akan Tuhan dan menjaga kekudusan, sehingga kita tetap teguh dalam iman dan tidak terpengaruh oleh dunia ini!

Next Post Previous Post