1 Yohanes 1:3-10: Empat Syarat Persekutuan yang Sejati
Pendahuluan:
1 Yohanes 1:3-10 memberikan dasar penting tentang persekutuan sejati antara manusia dengan Allah dan sesama. Dalam bagian ini, Rasul Yohanes menekankan bahwa persekutuan sejati hanya mungkin terjadi melalui pengenalan akan Kristus, hidup dalam terang, pengakuan dosa, dan penerimaan pengampunan Allah. Tulisan ini mengupas empat syarat persekutuan yang sejati berdasarkan ayat-ayat tersebut, dengan pandangan dari beberapa pakar teologi Reformed yang memperkaya pemahaman kita.
Bagian 1: Persekutuan dalam Kristus (1 Yohanes 1:3-4)
1. Dasar Persekutuan
Yohanes memulai dengan menjelaskan bahwa persekutuan sejati berakar pada pengenalan akan Yesus Kristus. Rasul ini menyampaikan apa yang telah ia lihat dan dengar tentang Kristus kepada pembacanya, sehingga mereka juga dapat memiliki persekutuan yang sama. Dalam teologi Reformed, persekutuan ini adalah bagian dari communio sanctorum (persekutuan orang-orang kudus), di mana umat Allah berbagi iman, kasih, dan kehidupan dalam Kristus.
John Calvin, dalam komentarnya, menekankan bahwa persekutuan sejati hanya mungkin terjadi jika Allah menjadi pusatnya. Ia menulis bahwa sukacita dalam persekutuan adalah buah dari pengenalan akan Kristus sebagai penghubung antara manusia dan Allah.
2. Sukacita yang Sempurna
Yohanes menyatakan bahwa tujuan dari pemberitaan ini adalah agar sukacita menjadi sempurna. Sukacita yang sejati hanya ditemukan dalam hubungan yang benar dengan Allah dan sesama. Sinclair Ferguson menekankan bahwa sukacita ini bukanlah perasaan emosional semata, tetapi kepuasan rohani yang lahir dari kehadiran Kristus dalam kehidupan orang percaya.
Bagian 2: Hidup dalam Terang (1 Yohanes 1:5-7)
1. Allah adalah Terang
Rasul Yohanes melanjutkan dengan pernyataan teologis yang mendalam: "Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan." Dalam teologi Reformed, ini menekankan kesucian, kebenaran, dan keadilan Allah yang absolut.
Louis Berkhof, dalam Systematic Theology, menjelaskan bahwa metafora terang menggambarkan natur Allah yang sempurna, tanpa cela, dan tidak dapat berdamai dengan dosa. Hidup dalam terang berarti berjalan sesuai dengan kehendak Allah dan mencerminkan karakter-Nya.
2. Persekutuan dengan Allah dan Sesama
Yohanes menegaskan bahwa hidup dalam terang memungkinkan orang percaya untuk memiliki persekutuan yang sejati dengan Allah dan sesama. Persekutuan ini terjadi karena darah Yesus menyucikan dosa, memungkinkan hubungan yang benar dengan Allah.
R.C. Sproul menulis bahwa hidup dalam terang adalah tanda regenerasi yang sejati. Ia menekankan bahwa kehidupan orang percaya harus mencerminkan terang Injil melalui tindakan kasih, ketaatan, dan kesalehan.
Bagian 3: Pengakuan Dosa (1 Yohanes 1:8-9)
1. Realitas Dosa
Yohanes memperingatkan bahwa mengklaim diri tanpa dosa adalah bentuk penipuan diri dan penolakan terhadap kebenaran. Dalam perspektif Reformed, ini menegaskan doktrin kejatuhan manusia (total depravity) yang menyatakan bahwa semua manusia adalah pendosa dan memerlukan anugerah Allah untuk diselamatkan.
John Owen, seorang teolog Reformed, menulis bahwa pengakuan dosa adalah tanda hati yang diubahkan oleh Roh Kudus. Menurut Owen, pengakuan ini bukan hanya pengakuan lisan, tetapi juga melibatkan pertobatan sejati yang lahir dari kesadaran akan dosa.
2. Allah yang Setia dan Adil
Janji Yohanes bahwa Allah "setia dan adil" untuk mengampuni dosa adalah inti dari Injil. Dalam teologi Reformed, pengampunan ini didasarkan pada karya Kristus di salib, di mana keadilan Allah dipenuhi dan kasih karunia-Nya dinyatakan.
Charles Hodge menulis bahwa pengampunan dosa adalah tindakan anugerah Allah yang didasarkan pada kebenaran Kristus yang diperhitungkan kepada orang percaya. Hodge menekankan bahwa pengampunan ini adalah anugerah yang memampukan orang percaya untuk hidup dalam persekutuan yang benar dengan Allah.
Bagian 4: Penyangkalan dan Konsekuensinya (1 Yohanes 1:10)
1. Membuat Allah Sebagai Pendusta
Yohanes menutup bagian ini dengan peringatan keras bahwa mengklaim diri tidak berdosa adalah membuat Allah menjadi pendusta. Ini karena Allah, melalui firman-Nya, telah menyatakan bahwa semua manusia telah jatuh dalam dosa.
Tim Keller menyoroti bahwa penolakan terhadap realitas dosa adalah bentuk kesombongan rohani yang menjauhkan manusia dari anugerah Allah. Pengakuan dosa adalah langkah awal menuju pemulihan hubungan dengan Allah.
2. Firman Tidak Ada di Dalam Kita
Yohanes menegaskan bahwa jika seseorang menyangkal dosa, firman Allah tidak ada di dalam dirinya. Dalam teologi Reformed, ini menunjukkan bahwa kehidupan orang percaya sejati ditandai oleh pengakuan dosa, pertobatan, dan transformasi oleh firman Allah.
Empat Syarat Persekutuan yang Sejati
Dari uraian di atas, kita dapat merangkum empat syarat utama persekutuan sejati menurut 1 Yohanes 1:3-10:
Pengenalan akan Kristus
Persekutuan sejati dimulai dengan pengenalan akan Kristus sebagai Juruselamat dan Pengantara. Tanpa hubungan yang benar dengan Kristus, tidak ada dasar untuk persekutuan dengan Allah dan sesama.Hidup dalam Terang
Hidup dalam terang berarti menjalani hidup yang mencerminkan karakter Allah. Ini mencakup ketaatan pada firman-Nya dan menjauhi dosa yang memutuskan hubungan dengan Allah.Pengakuan Dosa
Persekutuan sejati memerlukan pengakuan akan dosa dan kesadaran akan kebutuhan akan pengampunan Allah. Tanpa pengakuan ini, manusia tidak dapat mengalami pemulihan hubungan dengan Allah.Penerimaan Pengampunan
Penerimaan pengampunan Allah melalui darah Yesus adalah inti dari persekutuan sejati. Ini memberikan dasar untuk hidup dalam kasih karunia dan kebenaran.
Aplikasi Praktis
1. Persekutuan yang Berpusat pada Kristus
Gereja dipanggil untuk membangun persekutuan yang berpusat pada Kristus. Ini berarti memberitakan Injil, memperlengkapi orang percaya, dan menjalani kehidupan yang mencerminkan kasih Kristus kepada sesama.
2. Hidup yang Mencerminkan Terang
Orang percaya harus hidup sebagai terang di dunia, menunjukkan karakter Kristus melalui kasih, integritas, dan ketaatan kepada firman Allah.
3. Praktik Pengakuan Dosa
Pengakuan dosa harus menjadi bagian dari kehidupan orang percaya, baik secara pribadi maupun dalam komunitas gereja. Ini adalah cara untuk memelihara hubungan yang benar dengan Allah dan sesama.
4. Menunjukkan Pengampunan kepada Orang Lain
Sebagaimana Allah mengampuni dosa-dosa kita, kita juga dipanggil untuk mengampuni sesama. Ini adalah tanda persekutuan sejati yang mencerminkan kasih Allah.
Kesimpulan
1 Yohanes 1:3-10 memberikan fondasi yang kokoh tentang persekutuan sejati dalam kehidupan Kristen. Melalui pengenalan akan Kristus, hidup dalam terang, pengakuan dosa, dan penerimaan pengampunan Allah, orang percaya dapat membangun hubungan yang benar dengan Allah dan sesama.
Pandangan para teolog Reformed seperti John Calvin, R.C. Sproul, John Owen, dan Tim Keller menyoroti kekayaan teologis dari teks ini. Dengan menerapkan ajaran ini, gereja dapat menjadi komunitas yang mencerminkan kasih, kebenaran, dan kesucian Allah di tengah dunia.