Beberapa Pemikiran tentang Predestinasi
Pendahuluan:
Doktrin predestinasi adalah salah satu ajaran paling kontroversial dalam teologi Kristen, terutama dalam tradisi Reformed. Bagi banyak orang, konsep bahwa Allah telah menentukan sejak kekekalan siapa yang akan diselamatkan dan siapa yang akan binasa tampak sulit untuk dipahami dan bahkan bertentangan dengan keadilan serta kasih Allah. Namun, bagi para teolog Reformed, predestinasi adalah bagian integral dari pengajaran Alkitab tentang kedaulatan Allah, anugerah-Nya, dan keselamatan.
Teologi Reformed sangat menekankan doktrin ini, yang secara historis dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Agustinus, Yohanes Calvin, Jonathan Edwards, dan para pemikir Reformed lainnya. Artikel ini akan mengeksplorasi pemahaman predestinasi dalam perspektif Reformed, membahas dasar Alkitabiah, argumen teologis, serta implikasi praktisnya dalam kehidupan orang percaya.
1. Pengertian Predestinasi dalam Teologi Reformed
A. Definisi Predestinasi
Dalam bahasa Yunani, kata yang digunakan untuk predestinasi adalah proorizō (προορίζω), yang berarti "menentukan sebelumnya" atau "menentukan dari semula." Dalam konteks teologi Kristen, predestinasi mengacu pada keputusan Allah yang kekal mengenai keselamatan dan kebinasaan manusia.
Para teolog Reformed umumnya membagi predestinasi menjadi dua aspek utama:
- Predestinasi kepada keselamatan (Election/Pemilihan) – Allah dalam kasih-Nya memilih orang-orang tertentu untuk diselamatkan berdasarkan kehendak-Nya yang bebas, bukan berdasarkan perbuatan manusia.
- Predestinasi kepada kebinasaan (Reprobation/Penetapan kepada kebinasaan) – Allah, dalam kedaulatan-Nya, mengizinkan sebagian orang tetap berada dalam dosa mereka dan menerima hukuman yang adil.
B. Predestinasi dalam Teologi Calvinisme
Predestinasi adalah salah satu dari lima poin utama dalam Calvinisme yang dikenal dengan akronim TULIP:
- Total Depravity (Kerusakan Total) – Manusia dalam keadaan dosa tidak dapat memilih Allah dengan kehendak bebasnya sendiri.
- Unconditional Election (Pemilihan Tanpa Syarat) – Allah memilih orang-orang untuk diselamatkan berdasarkan kehendak-Nya, bukan berdasarkan jasa atau perbuatan mereka.
- Limited Atonement (Penebusan Terbatas) – Yesus mati hanya untuk orang-orang pilihan, bukan untuk semua manusia.
- Irresistible Grace (Anugerah yang Tidak Dapat Ditolak) – Mereka yang telah dipilih Allah pasti akan datang kepada Kristus karena anugerah-Nya yang bekerja dalam mereka.
- Perseverance of the Saints (Ketekunan Orang Kudus) – Orang-orang yang telah dipilih dan ditebus tidak akan kehilangan keselamatan mereka.
Konsep predestinasi terutama terkait dengan poin kedua, yaitu Unconditional Election, yang menekankan bahwa keselamatan adalah murni anugerah Allah, bukan berdasarkan keputusan atau usaha manusia.
2. Dasar Alkitabiah tentang Predestinasi
Para teolog Reformed mendasarkan ajaran predestinasi pada berbagai ayat dalam Alkitab. Beberapa ayat utama yang sering dikutip adalah:
A. Roma 8:29-30 – Rantai Emas Keselamatan
"Sebab mereka yang telah Dia ketahui sebelumnya, mereka juga telah Dia tetapkan dari semula untuk menjadi serupa dengan gambar Anak-Nya, supaya Dia menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang telah Dia tetapkan dari semula, mereka juga telah Dia panggil; dan mereka yang telah Dia panggil, mereka juga telah Dia benarkan; dan mereka yang telah Dia benarkan, mereka juga telah Dia muliakan."
Ayat ini sering disebut sebagai rantai emas keselamatan, yang menunjukkan bahwa sejak awal Allah telah menetapkan orang-orang tertentu untuk diselamatkan, memanggil mereka, membenarkan mereka, dan akhirnya memuliakan mereka.
B. Efesus 1:4-5 – Allah Memilih Kita Sebelum Dunia Dijadikan
"Sebab di dalam Dia, Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan supaya kita kudus dan tidak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih, Dia telah menentukan kita sebelumnya untuk diadopsi menjadi anak-anak-Nya melalui Yesus Kristus, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya."
Ayat ini menegaskan bahwa pemilihan Allah terjadi sebelum dunia dijadikan, bukan berdasarkan apa yang manusia lakukan, tetapi berdasarkan kehendak-Nya sendiri.
C. Roma 9:10-16 – Pemilihan Yakub dan Esau
"Sebab sebelum anak-anak itu lahir dan sebelum mereka melakukan sesuatu yang baik atau yang jahat, supaya maksud Allah sesuai dengan pilihan-Nya dapat tetap berdiri, bukan karena perbuatan, tetapi karena Dia yang memanggil, dikatakan kepada Ribka, 'Anak yang lebih tua akan melayani anak yang lebih muda.' Seperti ada tertulis, 'Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.'"
Ayat ini menunjukkan bahwa pemilihan Allah tidak didasarkan pada perbuatan manusia, tetapi pada kehendak-Nya yang bebas.
3. Argumen Teologis dalam Teologi Reformed
A. Predestinasi dan Kedaulatan Allah
Salah satu landasan utama predestinasi adalah keyakinan bahwa Allah berdaulat penuh atas segala sesuatu, termasuk keselamatan manusia. Yohanes Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menyatakan:"Jika keselamatan tergantung pada kehendak manusia, maka Allah tidak lagi menjadi Tuhan yang mutlak, tetapi sekadar seorang pengamat yang pasif."
Dalam pandangan ini, jika keselamatan tergantung pada keputusan manusia, maka Allah tidak sepenuhnya berdaulat. Tetapi karena Allah yang memilih, maka keselamatan sepenuhnya merupakan karya-Nya.
B. Predestinasi dan Anugerah Allah
Predestinasi menegaskan bahwa keselamatan adalah murni anugerah Allah. Jika manusia memiliki andil dalam keselamatan mereka, maka keselamatan bukan lagi anugerah tetapi upah. Efesus 2:8-9 dengan jelas menyatakan:"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman, dan itu bukan hasil usahamu, itu adalah pemberian Allah, bukan hasil pekerjaanmu, supaya tidak ada seorang pun yang memegahkan diri."
C. Predestinasi dan Kehendak Bebas Manusia
Salah satu keberatan utama terhadap predestinasi adalah bahwa ajaran ini tampaknya menghilangkan kehendak bebas manusia. Namun, teologi Reformed membedakan antara kehendak bebas (free will) dan kemerdekaan kehendak (free agency).
Jonathan Edwards dalam Freedom of the Will menjelaskan bahwa manusia memang memiliki kehendak, tetapi kehendak mereka diperbudak oleh dosa sehingga mereka tidak dapat memilih Allah tanpa anugerah-Nya. Ini sesuai dengan Roma 3:11:"Tidak ada seorang pun yang mencari Allah."
Dengan kata lain, manusia tidak kehilangan kehendaknya, tetapi kehendaknya telah dirusak oleh dosa sehingga ia tidak mungkin memilih Allah tanpa campur tangan anugerah-Nya.
4. Implikasi Predestinasi dalam Kehidupan Kristen
A. Penghiburan dan Kepastian Keselamatan
Doktrin predestinasi memberikan kepastian keselamatan bagi orang percaya. Jika keselamatan bergantung pada kehendak manusia, maka ada kemungkinan orang percaya bisa kehilangan keselamatannya. Tetapi karena keselamatan bergantung pada Allah, orang percaya dapat yakin bahwa mereka akan tetap dalam kasih karunia-Nya.
Yohanes 10:28-29 menegaskan bahwa orang percaya tidak akan binasa:"Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan tidak seorang pun dapat merebut mereka dari tangan-Ku."
B. Kerendahan Hati dan Rasa Syukur
Predestinasi mengajarkan bahwa keselamatan bukan karena usaha manusia, sehingga tidak ada alasan untuk membanggakan diri. Orang percaya harus merespons anugerah Allah dengan kerendahan hati dan rasa syukur.
C. Motivasi dalam Penginjilan
Beberapa orang berpendapat bahwa predestinasi membuat penginjilan tidak perlu. Namun, dalam teologi Reformed, penginjilan adalah sarana yang digunakan Allah untuk memanggil orang-orang pilihan-Nya. Paulus berkata dalam 2 Timotius 2:10:"Karena itu, aku menanggung semuanya demi orang-orang pilihan, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal."
Kesimpulan
Predestinasi adalah doktrin yang menegaskan kedaulatan Allah dalam keselamatan, menunjukkan bahwa keselamatan adalah anugerah murni, dan memberikan kepastian bagi orang percaya. Meskipun sulit dipahami, doktrin ini memiliki dasar Alkitabiah yang kuat dan telah dipegang oleh para teolog Reformed sepanjang sejarah.