Kekudusan Allah bagi Orang Percaya
Pendahuluan:
Kekudusan Allah adalah salah satu atribut Allah yang paling mendalam, mendasar, dan sering disebutkan dalam Alkitab. Kekudusan tidak hanya menggambarkan kesempurnaan moral Allah, tetapi juga keunikan dan keterpisahan-Nya dari segala sesuatu yang diciptakan. Dalam teologi Reformed, pemahaman tentang kekudusan Allah sangat penting karena mempengaruhi setiap aspek teologi, termasuk doktrin dosa, keselamatan, dan penyembahan.
R.C. Sproul, seorang teolog Reformed terkemuka, dalam bukunya The Holiness of God, menegaskan bahwa:"Kekudusan Allah tidak hanya salah satu sifat-Nya di antara sifat-sifat lainnya, tetapi merupakan inti dari siapa Allah itu sendiri."
Artikel ini akan mengeksplorasi makna kekudusan Allah, bagaimana Alkitab menggambarkannya, serta implikasi doktrinal dan praktis bagi kehidupan orang percaya dalam perspektif teologi Reformed.
1. Definisi Kekudusan Allah dalam Teologi Reformed
A. Makna Kata "Kudus"
Kata "kudus" dalam bahasa Ibrani adalah qadosh (קָדוֹשׁ) dan dalam bahasa Yunani adalah hagios (ἅγιος). Secara umum, kata ini memiliki dua makna utama:
- Keunikan dan keterpisahan Allah – Allah berbeda dan terpisah dari segala sesuatu yang diciptakan.
- Kesempurnaan moral Allah – Allah sempurna, tidak bercacat, dan tidak mungkin berbuat dosa.
Teologi Reformed memahami kekudusan Allah sebagai atribut yang paling mendefinisikan keberadaan-Nya. Yohanes Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menegaskan bahwa:"Kekudusan Allah bukan hanya sekadar salah satu sifat-Nya, tetapi merupakan kemuliaan-Nya yang terutama, yang membedakan Dia dari segala sesuatu yang lain."
2. Kekudusan Allah dalam Alkitab
A. Kekudusan sebagai Sifat Allah yang Utama
Salah satu bagian Alkitab yang paling kuat menggambarkan kekudusan Allah adalah Yesaya 6:1-4:"Para serafim berdiri di sebelah atas-Nya; masing-masing mempunyai enam sayap: dengan dua sayap ia menutupi wajahnya, dengan dua sayap ia menutupi kakinya, dan dengan dua sayap ia terbang. Dan mereka berseru seorang kepada yang lain, katanya: ‘Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!’" (Yesaya 6:2-3)
Fakta bahwa para malaikat mengulangi kata "kudus" tiga kali menekankan supremasi kekudusan Allah. Dalam budaya Yahudi, pengulangan menunjukkan intensitas dan keutamaan. Ini adalah satu-satunya atribut Allah yang disebutkan dalam bentuk tripel dalam Alkitab.
Bagian lain yang menegaskan kekudusan Allah termasuk:
- Imamat 19:2 – "Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus."
- Wahyu 4:8 – "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."
B. Kekudusan Allah sebagai Standar Moral yang Sempurna
Karena Allah itu kudus, Ia tidak dapat mentoleransi dosa:
- Habakuk 1:13 – "Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan, Engkau tidak dapat memandang kelaliman."
- 1 Yohanes 1:5 – "Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan."
Kekudusan Allah menjadi standar absolut bagi moralitas dan keadilan di alam semesta. Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan kekudusan-Nya akan menghadapi penghakiman-Nya.
3. Kekudusan Allah dan Dosa Manusia
A. Dosa sebagai Pelanggaran terhadap Kekudusan Allah
Dosa bukan hanya tindakan moral yang salah, tetapi pemberontakan terhadap kekudusan Allah. Kejatuhan Adam dalam Kejadian 3 bukan hanya sekadar ketidaktaatan, tetapi juga penghinaan terhadap karakter Allah yang kudus.
Roma 3:23 menegaskan:"Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah."
Jonathan Edwards dalam khotbahnya yang terkenal, Sinners in the Hands of an Angry God, menulis:"Dosa manusia adalah penghinaan terbesar terhadap Allah yang kudus, dan karena itu pantas menerima murka yang kekal."
B. Penghakiman Allah atas Dosa
Karena Allah itu kudus, Ia tidak bisa membiarkan dosa tanpa penghukuman. Itulah sebabnya dalam Perjanjian Lama kita melihat contoh-contoh di mana Allah menghukum dosa dengan keras, seperti:
- Air bah pada zaman Nuh (Kejadian 6-9)
- Kehancuran Sodom dan Gomora (Kejadian 19)
- Hukuman atas Uza karena menyentuh tabut perjanjian (2 Samuel 6:6-7)
Penghakiman ini menunjukkan bahwa Allah tidak akan berkompromi dengan kekudusan-Nya.
4. Kekudusan Allah dan Keselamatan di dalam Kristus
A. Salib: Keadilan dan Kasih Allah Bertemu
Karena manusia telah melanggar kekudusan Allah, satu-satunya cara agar mereka dapat diperdamaikan dengan Allah adalah melalui pengorbanan yang sempurna. Kristus datang untuk memenuhi tuntutan kekudusan Allah dengan mati menggantikan orang-orang berdosa.
Roma 3:25-26 berkata:"Kristus telah ditentukan oleh Allah menjadi korban pendamaian melalui iman dalam darah-Nya… supaya Allah sendiri tetap adil dan membenarkan orang yang percaya kepada Yesus."
Di dalam salib, kita melihat kekudusan dan kasih Allah bertemu:
- Kekudusan Allah menuntut penghukuman atas dosa.
- Kasih Allah menyediakan Kristus sebagai pengganti bagi orang-orang berdosa.
John Owen dalam The Death of Death in the Death of Christ menyatakan:"Di kayu salib, keadilan Allah terpenuhi tanpa mengorbankan anugerah-Nya, dan anugerah-Nya diberikan tanpa mengabaikan keadilan-Nya."
5. Implikasi Kekudusan Allah bagi Orang Percaya
A. Panggilan untuk Hidup Kudus
Karena Allah itu kudus, kita juga dipanggil untuk hidup kudus:
- 1 Petrus 1:15-16 – "Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu, sama seperti Dia yang telah memanggil kamu adalah kudus, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."
- Ibrani 12:14 – "Kejarilah damai dengan semua orang, dan kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan."
John Calvin menekankan bahwa kekudusan adalah tanda utama dari orang yang telah ditebus:"Kita diselamatkan bukan hanya untuk menerima pengampunan, tetapi untuk hidup dalam kekudusan sebagai cerminan dari Allah."
B. Penyembahan yang Penuh Rasa Hormat
Ketika kita memahami kekudusan Allah, kita tidak bisa datang kepada-Nya dengan sembarangan. Penyembahan harus dilakukan dengan hormat dan kekaguman.
- Mazmur 96:9 – "Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi!"
- Ibrani 12:28-29 – "Marilah kita mengucap syukur karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan dan marilah kita menyembah Allah dengan hormat dan takut, sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan!"
R.C. Sproul menulis:"Kekudusan Allah menuntut agar penyembahan kita bukan hanya ekspresi eksternal, tetapi berasal dari hati yang penuh hormat dan kagum akan kebesaran-Nya."
Kesimpulan
Kekudusan Allah adalah fondasi dari seluruh pengertian kita tentang siapa Allah itu. Kekudusan-Nya bukan hanya tentang moralitas, tetapi juga tentang keagungan dan keunikan-Nya sebagai Allah yang sempurna.
Dari perspektif teologi Reformed, memahami kekudusan Allah memiliki dampak besar dalam kehidupan kita:
- Dosa tidak bisa dianggap remeh.
- Keselamatan adalah karya Kristus untuk memenuhi tuntutan kekudusan Allah.
- Orang percaya dipanggil untuk hidup dalam kekudusan dan penyembahan yang sejati.
Sebagai orang percaya, kita harus terus mengejar kekudusan, bukan karena itu menyelamatkan kita, tetapi karena itu adalah tanda nyata bahwa kita telah ditebus oleh Allah yang kudus.
"Berdoalah mohon Roh Kudus memberikan pengertian ketika kita melakukan studi Alkitab.