Dosa Sesaat Sebelum Kematian

Dosa Sesaat Sebelum Kematian

Pendahuluan:

 Salah satu pertanyaan teologis yang sering muncul dalam diskusi mengenai keselamatan adalah: "Bagaimana jika seseorang berbuat dosa tepat sebelum ia meninggal?" Apakah dosa tersebut akan membatalkan keselamatan seseorang? Atau, apakah keselamatan orang percaya tetap terjamin meskipun mereka gagal dalam saat-saat terakhir kehidupan?

Dalam perspektif teologi Reformed, pertanyaan ini berkaitan erat dengan beberapa doktrin utama seperti keselamatan oleh anugerah, ketekunan orang kudus (perseverance of the saints), dan pembenaran oleh iman. Artikel ini akan membahas secara mendalam bagaimana para pakar teologi Reformed seperti John Calvin, R.C. Sproul, Charles Hodge, Herman Bavinck, dan Louis Berkhof menjawab pertanyaan ini berdasarkan ajaran Alkitab.

1. Dasar Keselamatan dalam Teologi Reformed

a. Keselamatan adalah Anugerah, Bukan Hasil Usaha Manusia

Teologi Reformed menegaskan bahwa keselamatan adalah murni anugerah Allah dan bukan berdasarkan usaha manusia. Efesus 2:8-9 menyatakan:

"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri."

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan bahwa manusia tidak mungkin memperoleh keselamatan melalui perbuatan baik karena natur manusia telah jatuh dalam dosa (Roma 3:23). Keselamatan hanya bisa diterima melalui iman kepada Yesus Kristus, bukan melalui usaha manusia untuk menghindari dosa.

Jika keselamatan tidak diperoleh dengan perbuatan baik, maka keselamatan juga tidak hilang hanya karena seseorang melakukan dosa dalam momen terakhir hidupnya.

b. Pembenaran oleh Iman: Status Kekal Orang Percaya

Ketika seseorang beriman kepada Kristus, Allah memperhitungkan kebenaran Kristus kepadanya (imputed righteousness). Ini berarti bahwa keselamatan bukan berdasarkan kesalehan kita, tetapi karena Kristus telah menanggung seluruh hukuman dosa kita.

Roma 5:1 mengatakan:

"Sebab itu, karena kita telah dibenarkan oleh iman, maka kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh Tuhan kita, Yesus Kristus."

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menekankan bahwa pembenaran ini bersifat final dan tidak dapat dibatalkan. Jika seorang percaya melakukan dosa sebelum kematian, dosa tersebut tidak dapat membatalkan statusnya sebagai orang yang sudah dibenarkan di dalam Kristus.

2. Apakah Dosa Terakhir Bisa Membatalkan Keselamatan?

a. Doktrin Ketekunan Orang Kudus

Salah satu doktrin utama dalam teologi Reformed adalah ketekunan orang kudus (perseverance of the saints), yang berarti bahwa mereka yang telah diselamatkan tidak akan kehilangan keselamatan mereka.

Yesus sendiri berkata dalam Yohanes 10:28-29:

"Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku."

R.C. Sproul dalam Essential Truths of the Christian Faith menegaskan bahwa keselamatan adalah karya Allah dari awal hingga akhir. Jika Allah telah memilih seseorang untuk diselamatkan, maka tidak ada dosa terakhir yang bisa membuatnya kehilangan keselamatan.

b. Kematian Mendadak dan Kasih Karunia Allah

Beberapa orang khawatir bahwa jika mereka mati dalam keadaan berdosa, mereka tidak akan sempat bertobat dan akibatnya akan binasa. Namun, keselamatan tidak bergantung pada seberapa cepat seseorang bertobat sebelum meninggal, tetapi pada statusnya di dalam Kristus.

Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa setiap dosa orang percaya—baik masa lalu, sekarang, maupun masa depan—sudah ditanggung oleh Kristus di kayu salib. Ini berarti bahwa keselamatan seseorang tidak tergantung pada apakah ia sempat meminta pengampunan atas dosa terakhirnya sebelum mati.

3. Bagaimana dengan Ayat-Ayat yang Tampak Bertentangan?

Beberapa ayat dalam Alkitab tampaknya menunjukkan bahwa dosa bisa membuat seseorang kehilangan keselamatan. Namun, dalam konteks teologi Reformed, ayat-ayat ini harus dipahami dalam keseluruhan ajaran Alkitab.

a. Ibrani 10:26-27 – "Dosa yang Disengaja"

"Sebab jika kita sengaja berbuat dosa sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu, tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan menantikan penghakiman dan api yang menyala-nyala untuk menghanguskan semua orang durhaka."

Ayat ini sering disalahartikan sebagai ancaman bagi orang percaya. Namun, dalam konteks teologi Reformed, ini berbicara tentang orang yang menolak Kristus secara permanen, bukan tentang dosa yang dilakukan oleh orang percaya sebelum kematian mereka.

John Calvin menjelaskan bahwa dosa yang dimaksud di sini adalah pemberontakan total terhadap Injil (apostasy), bukan dosa individu yang dilakukan dalam kelemahan. Orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus tidak mungkin jatuh ke dalam kondisi ini.

b. Matius 12:31-32 – "Dosa terhadap Roh Kudus"

"Sebab itu, Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni."

Dosa terhadap Roh Kudus sering ditafsirkan sebagai penolakan total terhadap pekerjaan Roh Kudus dalam menyatakan kebenaran Injil. Ini berbeda dengan dosa yang dilakukan seorang percaya dalam kelemahannya.

R.C. Sproul menekankan bahwa jika seseorang masih peduli tentang hubungannya dengan Allah, maka ia belum melakukan dosa ini. Jika seorang percaya melakukan dosa sebelum meninggal, itu bukan dosa terhadap Roh Kudus, tetapi bagian dari kelemahan manusia yang sudah ditanggung oleh Kristus.

4. Implikasi Pastoral: Bagaimana Seharusnya Kita Merespons?

Jika keselamatan kita terjamin di dalam Kristus, apakah itu berarti kita boleh hidup sembarangan dan tidak peduli dengan dosa? Tentu tidak!

a. Keselamatan Harus Dibuktikan dengan Hidup yang Berbuah

Meskipun keselamatan tidak bisa hilang, orang yang sungguh-sungguh diselamatkan akan menunjukkan bukti dalam hidupnya.

Yakobus 2:17 mengatakan:

"Iman tanpa perbuatan adalah mati."

Herman Bavinck menekankan bahwa iman sejati akan menghasilkan pertobatan dan kehidupan yang suci. Jika seseorang hidup dalam pola dosa tanpa pertobatan, maka ini bisa menjadi tanda bahwa ia belum benar-benar dilahirkan kembali.

b. Jangan Menunda Pertobatan

Meskipun dosa terakhir tidak bisa membatalkan keselamatan, kita tetap dipanggil untuk hidup dalam kekudusan dan pertobatan terus-menerus.

Baca Juga: Dapatkah Orang Kristen Hidup dalam Dosa?

Jonathan Edwards dalam khotbahnya Sinners in the Hands of an Angry God memperingatkan bahwa tidak seorang pun tahu kapan mereka akan mati, sehingga kita harus selalu hidup dalam pertobatan dan iman yang sejati.

Kesimpulan: Apakah Dosa Sesaat Sebelum Kematian Membatalkan Keselamatan?

Berdasarkan ajaran teologi Reformed dan pemahaman Alkitab, jawabannya adalah tidak.

  • Keselamatan diperoleh bukan karena usaha manusia, tetapi karena anugerah Allah melalui iman kepada Kristus.
  • Semua dosa orang percaya, termasuk yang dilakukan sebelum kematian, sudah ditanggung oleh Kristus di kayu salib.
  • Orang percaya yang sejati tidak akan kehilangan keselamatannya, meskipun mereka masih memiliki kelemahan dan dapat jatuh dalam dosa.
  • Meskipun demikian, setiap orang percaya dipanggil untuk hidup dalam pertobatan dan kekudusan sebagai bukti iman yang sejati.

Sebagai penutup, berdoalah mohon Roh Kudus memberikan pengertian ketika kita melakukan studi Alkitab.

Next Post Previous Post