Efesus 4:2-3: Hidup dalam Kerendahan Hati dan Kesatuan Roh
Pendahuluan:
Efesus 4:2-3 adalah bagian dari surat Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus yang menekankan pentingnya hidup dalam kerendahan hati, kasih, kesabaran, dan kesatuan sebagai tubuh Kristus. Ayat ini berbunyi:“Dengan segala kerendahan hati dan kelembutan, dengan kesabaran, saling menanggung beban dalam kasih,” (Efesus 4:2, AYT)“Berusahalah sekuat tenaga untuk memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera.” (Efesus 4:3, AYT)
Paulus menegaskan bahwa kesatuan gereja harus didasarkan pada karakter Kristiani seperti kerendahan hati, kelembutan, dan kasih. Dalam artikel ini, kita akan membahas konteks Efesus 4:2-3, eksposisi ayat berdasarkan teologi Reformed, makna teologisnya, serta implikasinya dalam kehidupan Kristen.
Konteks Efesus 4:2-3
1. Surat Efesus: Menjelaskan Identitas dan Hidup Kristen
Surat Efesus ditulis oleh Rasul Paulus saat ia berada di penjara di Roma (Efesus 3:1; 4:1). Tujuan utama surat ini adalah menjelaskan identitas orang percaya di dalam Kristus dan bagaimana mereka harus hidup sebagai gereja.
John Calvin dalam Commentary on Ephesians menekankan bahwa Efesus 4 adalah titik balik dalam surat ini, karena Paulus mulai berbicara tentang aplikasi praktis dari doktrin yang ia ajarkan sebelumnya.
Pasal 4 berfokus pada bagaimana orang percaya harus hidup dalam kesatuan sebagai tubuh Kristus, setelah Paulus menjelaskan berkat-berkat rohani dalam Kristus di pasal sebelumnya.
2. Kesatuan dalam Tubuh Kristus
Efesus 4:1-16 berbicara tentang kesatuan gereja sebagai tubuh Kristus:
- Efesus 4:1-6 menekankan kesatuan dalam Roh dan panggilan kita sebagai umat Tuhan.
- Efesus 4:7-16 menjelaskan bahwa setiap anggota tubuh Kristus memiliki peran dalam membangun gereja.
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menekankan bahwa kesatuan gereja bukanlah sesuatu yang pasif, tetapi harus diperjuangkan dengan usaha dan kerendahan hati.
Eksposisi Efesus 4:2-3
1. “Dengan segala kerendahan hati dan kelembutan” (Efesus 4:2a)
Paulus menyebut kerendahan hati dan kelembutan sebagai karakter utama yang harus dimiliki orang percaya.
- Kerendahan hati (tapeinophrosunē) berarti tidak sombong dan bersedia mengutamakan kepentingan orang lain.
- Kelembutan (prautēs) merujuk pada kesediaan untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi bertindak dengan kasih dan pengampunan.
John MacArthur dalam The MacArthur New Testament Commentary menekankan bahwa Yesus adalah contoh sempurna dari kerendahan hati dan kelembutan (Matius 11:29), dan kita dipanggil untuk mengikutinya.
2. “Dengan kesabaran, saling menanggung beban dalam kasih” (Efesus 4:2b)
Paulus kemudian menambahkan dua sikap penting lainnya: kesabaran dan kasih.
- Kesabaran (makrothumia) berarti tidak mudah marah atau tersinggung, tetapi memiliki penguasaan diri dalam menghadapi kesulitan.
- Saling menanggung beban dalam kasih berarti bersedia menerima kelemahan saudara seiman dan mendukung mereka dalam perjuangan iman.
Jonathan Edwards dalam Charity and Its Fruits menjelaskan bahwa kesabaran dan kasih adalah bukti dari kehidupan yang telah diubahkan oleh Roh Kudus.
Kolose 3:13 berkata:“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain dan ampunilah seorang akan yang lain jika yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain.”
3. “Berusahalah sekuat tenaga untuk memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera” (Efesus 4:3)
Paulus mendorong gereja untuk secara aktif memelihara kesatuan Roh.
- “Berusahalah sekuat tenaga” (spoudazō) berarti melakukan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan tekad kuat.
- Kesatuan Roh berarti kesatuan yang diberikan oleh Roh Kudus, bukan kesatuan buatan manusia.
- Ikatan damai sejahtera berarti kesatuan gereja harus ditandai dengan damai dan bukan pertikaian.
B.B. Warfield dalam The Plan of Salvation menjelaskan bahwa kesatuan sejati hanya dapat dicapai ketika gereja tunduk kepada otoritas Kristus dan firman-Nya.
Roma 12:18 berkata:“Jika mungkin, sejauh hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam damai dengan semua orang.”
Makna Teologis Efesus 4:2-3
1. Kesatuan Gereja Harus Didasarkan pada Karakter Kristus
Efesus 4:2-3 mengajarkan bahwa kesatuan gereja bukan hanya tentang organisasi, tetapi tentang memiliki karakter Kristus.
John Piper dalam Desiring God menekankan bahwa tanpa kerendahan hati dan kasih, gereja akan terpecah karena ego dan ambisi pribadi.
Filipi 2:3 berkata:“Janganlah kamu melakukan sesuatu karena persaingan atau kesombongan, tetapi dengan rendah hati anggaplah orang lain lebih utama dari dirimu sendiri.”
2. Kesatuan Roh Adalah Anugerah yang Harus Dipelihara
Paulus menyatakan bahwa kesatuan Roh adalah sesuatu yang harus dipertahankan dan diperjuangkan.
Martin Lloyd-Jones dalam Christian Unity menegaskan bahwa kesatuan sejati tidak bisa dicapai dengan kompromi terhadap kebenaran, tetapi dengan tunduk kepada otoritas firman Tuhan.
1 Korintus 1:10 berkata:“Aku menasihati kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dalam perkataan, supaya tidak ada perpecahan di antara kamu.”
3. Kasih Adalah Tanda Pertumbuhan Rohani
Paulus menekankan bahwa kasih adalah tanda kedewasaan rohani dan bukti pertumbuhan dalam Kristus.
Timothy Keller dalam The Meaning of Marriage menjelaskan bahwa kasih sejati tidak hanya bersifat emosional, tetapi adalah keputusan untuk mengutamakan orang lain dan berkomitmen dalam hubungan.
1 Yohanes 4:7 berkata:“Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah.”
Kesimpulan
Efesus 4:2-3 mengajarkan bahwa hidup dalam kerendahan hati, kesabaran, dan kasih adalah kunci untuk memelihara kesatuan gereja.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk:
- Hidup dalam kerendahan hati dan kelembutan.
- Menjadi pribadi yang sabar dan penuh kasih.
- Memelihara kesatuan dalam gereja dengan damai sejahtera.
Mari kita berjuang untuk hidup dalam kasih dan kesatuan sebagai tubuh Kristus, sehingga gereja menjadi terang bagi dunia!