Habakuk 2:18-20: Kebodohan Penyembahan Berhala dan Kemuliaan Tuhan
Pendahuluan
Habakuk 2:18-20 merupakan bagian dari peringatan keras terhadap penyembahan berhala dan kontras antara allah buatan manusia dengan Allah yang hidup dan berdaulat. Ayat ini berbunyi:
18 “Apakah gunanya patung pahatan yang dipahat oleh pembuatnya dan patung tuangannya, serta para pengajar dusta sehingga pembuatnya percaya kepada barang buatannya, padahal yang dibuatnya adalah berhala-berhala bisu.”
19 “Celakalah orang yang berkata kepada sepotong kayu, ‘Bangunlah!’ Dan, kepada sebuah batu bisu, ‘Bangkitlah!’ Itukah pengajarmu? Lihat, ia bersalutkan emas dan perak, tetapi tidak ada roh di dalamnya.”
20 “Akan tetapi, TUHAN berada di dalam Bait-Nya yang kudus. Biarlah seluruh bumi berdiam diri di hadapan-Nya!” (Habakuk 2:18-20, AYT)
Dalam teologi Reformed, bagian ini menegaskan kesia-siaan penyembahan berhala, kedaulatan Allah atas seluruh ciptaan, dan panggilan untuk menghormati kemuliaan-Nya. Artikel ini akan membahas makna Habakuk 2:18-20 dalam konteksnya, relevansinya dengan doktrin Reformed, serta implikasinya bagi kehidupan Kristen berdasarkan pandangan para teolog seperti John Calvin, R.C. Sproul, John Piper, Martyn Lloyd-Jones, dan lainnya.
1. Eksposisi Habakuk 2:18-20 dalam Konteks Kitab Habakuk
Kitab Habakuk berisi dialog antara nabi Habakuk dan Tuhan tentang keadilan dan penghukuman terhadap bangsa-bangsa yang jahat, khususnya Babel. Dalam pasal 2, Allah memberikan lima "celaka" (woes) terhadap Babel, termasuk kecaman terhadap penyembahan berhala yang mereka lakukan.
A. "Apakah gunanya patung pahatan yang dipahat oleh pembuatnya?" (Habakuk 2:18)
1. Penyembahan Berhala adalah Kebodohan
Penyembahan berhala dikecam di seluruh Alkitab karena manusia menciptakan allah palsu dan percaya bahwa mereka memiliki kuasa ilahi.
Yesaya 44:9-10 berkata:
"Orang-orang yang membentuk patung adalah kesia-siaan, dan berhala-berhala mereka yang mereka kagumi tidak berguna."
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menulis:
"Hati manusia adalah pabrik berhala. Kita cenderung menggantikan Tuhan yang sejati dengan sesuatu yang bisa kita kendalikan."
2. Berhala Tidak Bisa Berbicara atau Memberi Kehidupan
Habakuk menyebut berhala sebagai "berhala bisu", yang berarti mereka tidak memiliki kuasa untuk menuntun atau menyelamatkan.
Mazmur 115:4-5 berkata:
"Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia. Mereka mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berbicara."
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menjelaskan bahwa penyembahan berhala adalah bentuk pemberontakan manusia yang ingin menggantikan Tuhan dengan sesuatu yang dapat mereka kontrol.
B. "Celakalah orang yang berkata kepada sepotong kayu, ‘Bangunlah!’" (Habakuk 2:19)
1. Kepercayaan kepada Berhala Tidak Berdasar
Banyak orang percaya bahwa patung yang dihiasi emas dan perak memiliki kekuatan rohani, tetapi Tuhan menegaskan bahwa berhala tidak memiliki roh atau kehidupan.
Yeremia 10:5 berkata:
"Berhala itu seperti orang-orangan di ladang mentimun, tidak dapat berbicara. Mereka harus diangkat karena tidak dapat berjalan."
John Piper dalam Seeing and Savoring Jesus Christ menekankan bahwa sumber kekuatan sejati hanya berasal dari Tuhan yang hidup, bukan dari benda mati yang dibuat manusia.
2. Penyembahan Berhala Menghancurkan Hubungan dengan Tuhan
Penyembahan berhala bukan hanya kesalahan intelektual, tetapi juga dosa yang menghancurkan hubungan dengan Allah.
Keluaran 20:3 berkata:
"Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku."
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa ketika manusia menyembah berhala, mereka sedang menukar kemuliaan Tuhan yang sejati dengan sesuatu yang fana dan tak berharga.
C. "Akan tetapi, TUHAN berada di dalam Bait-Nya yang kudus" (Habakuk 2:20)
1. Kedaulatan Tuhan Berbeda dengan Berhala
Berbeda dengan berhala yang mati, Tuhan berada dalam Bait-Nya dan memerintah atas seluruh bumi.
Yesaya 66:1 berkata:
"Beginilah firman TUHAN: ‘Langit adalah takhta-Ku dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku.’"
John MacArthur dalam The Glory of Heaven menegaskan bahwa Allah yang sejati bukan hanya berada di dalam Bait-Nya, tetapi juga memerintah atas seluruh ciptaan dengan kedaulatan mutlak.
2. Seluruh Bumi Harus Tunduk di Hadapan Tuhan
Panggilan untuk "berdiam diri" menunjukkan kemuliaan dan otoritas Tuhan yang tidak bisa ditandingi oleh apa pun.
Mazmur 46:10 berkata:
"Diamlah dan ketahuilah bahwa Akulah Allah."
Martyn Lloyd-Jones dalam God’s Ultimate Purpose menegaskan bahwa sikap tunduk dan berdiam diri adalah respons yang benar terhadap kemuliaan Tuhan.
2. Habakuk 2:18-20 dan Doktrin Teologi Reformed
A. Sola Dei Gloria: Kemuliaan Hanya bagi Tuhan
Reformasi Protestan menegaskan bahwa kemuliaan hanya milik Tuhan dan tidak boleh diberikan kepada ciptaan atau berhala.
Roma 11:36 berkata:
"Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, dan kepada Dia. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!"
John Calvin menekankan bahwa segala bentuk penyembahan yang tidak berpusat pada Allah yang sejati adalah bentuk pengkhianatan terhadap kemuliaan-Nya.
B. Total Depravity: Kecenderungan Manusia Terhadap Penyembahan Berhala
Dalam doktrin Total Depravity, manusia memiliki kecenderungan untuk menggantikan Tuhan dengan sesuatu yang bisa mereka lihat dan kontrol.
Roma 1:25 berkata:
"Mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan menyembah serta melayani ciptaan lebih daripada Sang Pencipta."
Herman Bavinck menjelaskan bahwa kejatuhan manusia dalam dosa menyebabkan manusia selalu mencari alternatif untuk Tuhan yang sejati.
C. Providensia Allah: Tuhan Memerintah Atas Seluruh Ciptaan
Habakuk 2:20 menegaskan bahwa Tuhan tetap berada di takhta-Nya dan memerintah dengan kedaulatan mutlak.
Mazmur 103:19 berkata:
"TUHAN telah menegakkan takhta-Nya di sorga, dan kerajaan-Nya berkuasa atas segala sesuatu."
R.C. Sproul dalam Chosen by God menegaskan bahwa Tuhan tidak hanya menciptakan dunia, tetapi juga secara aktif mengaturnya sesuai dengan kehendak-Nya.
3. Implikasi Habakuk 2:18-20 dalam Kehidupan Kristen
A. Menjauhkan Diri dari Segala Bentuk Penyembahan Berhala
Sebagai orang percaya, kita harus mengutamakan Tuhan di atas segala sesuatu dan menolak berhala modern seperti kekayaan, status, dan kesuksesan.
B. Menghormati Kemuliaan Tuhan dengan Hidup dalam Kekudusan
Kita dipanggil untuk hidup dalam ketaatan dan kekudusan sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan yang berdaulat.
C. Berdiam Diri di Hadapan Tuhan dan Menyembah-Nya dalam Roh dan Kebenaran
Kita harus merenungkan kebesaran Tuhan dan menyembah-Nya dengan hati yang tulus.
Kesimpulan
Habakuk 2:18-20 mengajarkan bahwa:
- Penyembahan berhala adalah kesia-siaan dan kebodohan.
- Allah yang sejati berdaulat atas seluruh ciptaan dan layak disembah.
- Orang percaya harus hidup dalam penghormatan terhadap kemuliaan Tuhan.
Sebagai umat Tuhan, kita dipanggil untuk meninggalkan berhala duniawi dan hanya menyembah Tuhan yang hidup dan berdaulat.
Soli Deo Gloria!