Injil Sejati vs. Injil Palsu (Galatia 1:6-10)

Injil Sejati vs. Injil Palsu (Galatia 1:6-10)

Pendahuluan:

Dalam Galatia 1:6-10, Paulus menyatakan keheranannya karena jemaat Galatia begitu cepat berpaling dari Injil sejati yang telah mereka terima. Ia menegaskan bahwa tidak ada Injil lain selain Injil Kristus, dan siapa pun yang mengajarkan Injil yang berbeda, bahkan malaikat dari surga sekalipun, harus terkutuk. Paulus juga menegaskan bahwa ia bukanlah pelayan manusia, tetapi seorang hamba Kristus yang tidak mencari persetujuan manusia.

Bagian ini sangat penting dalam pemahaman doktrin pembenaran oleh iman dan prinsip Sola Gratia (hanya oleh anugerah) dan Sola Fide (hanya oleh iman) dalam teologi Reformed. Dalam kajian ini, kita akan melihat bagaimana beberapa pakar teologi Reformed seperti John Calvin, R.C. Sproul, Herman Bavinck, dan Martin Lloyd-Jones menafsirkan bagian ini.

A. Eksposisi Galatia 1:6-10

1. Galatia 1:6 – Keheranan Paulus terhadap Jemaat Galatia

"Aku heran, betapa cepatnya kamu meninggalkan Dia, yang memanggilmu melalui anugerah Kristus, dan berbalik kepada injil yang lain." (Galatia 1:6, AYT)

A. Meninggalkan Allah Berarti Meninggalkan Injil

Paulus menyatakan keheranannya karena jemaat Galatia begitu cepat berpaling dari Injil yang sejati. Kata Yunani μετατίθεσθε (metatithesthe) yang diterjemahkan sebagai "meninggalkan" sering digunakan dalam konteks pengkhianatan atau pembelotan militer. Ini menunjukkan bahwa meninggalkan Injil adalah bentuk pengkhianatan terhadap Allah sendiri.

John Calvin menegaskan bahwa berpaling dari Injil berarti berpaling dari Allah:"Tidak ada keselamatan di luar Injil. Jika seseorang meninggalkannya, ia bukan hanya berpaling dari ajaran, tetapi berpaling dari Allah sendiri."

R.C. Sproul menambahkan bahwa Injil bukan sekadar doktrin, tetapi adalah berita keselamatan yang menyelamatkan manusia dari murka Allah. Berpaling dari Injil berarti menolak kasih karunia Allah yang telah dinyatakan dalam Kristus.

B. Injil yang Lain?

Paulus menyebut bahwa mereka telah berpaling kepada injil yang lain, tetapi segera di Galatia 1:7 ia menegaskan bahwa tidak ada Injil lain. Ini menunjukkan bahwa setiap bentuk perubahan terhadap Injil sejati bukanlah Injil sama sekali, tetapi suatu penyesatan.

Herman Bavinck menjelaskan bahwa ada hanya satu Injil yang sejati, yaitu keselamatan hanya oleh anugerah Allah dalam Kristus. Jika ada ajaran yang menambahkan persyaratan lain seperti hukum Taurat atau perbuatan baik untuk memperoleh keselamatan, maka itu bukan Injil sama sekali, tetapi suatu distorsi yang membawa kebinasaan.

2. Galatia 1:7 – Memutarbalikkan Injil Kristus

"Padahal, tidak ada injil yang lain. Namun, ada beberapa orang yang telah mengacaukan kamu dan ingin memutarbalikkan Injil Kristus." (Galatia 1:7, AYT)

Paulus menegaskan kembali bahwa tidak ada Injil lain, dan menyoroti bahwa ada orang-orang yang telah memutarbalikkan Injil dan mengacaukan jemaat Galatia.

A. Siapa yang Mengacaukan Jemaat?

Paulus menyebut bahwa ada orang-orang yang "mengacaukan" (ταράσσοντες, tarassontes) jemaat. Kata ini menunjukkan bahwa mereka menyebabkan kebingungan dan kegelisahan di antara orang percaya.

Menurut Martin Lloyd-Jones, orang-orang ini adalah kaum Yudaisme, yaitu orang-orang Yahudi-Kristen yang mengajarkan bahwa iman kepada Kristus tidak cukup untuk keselamatan, tetapi harus disertai dengan kepatuhan terhadap hukum Musa, termasuk sunat.

B. Distorsi terhadap Injil Kristus

Kata "memutarbalikkan" (μεταστρέψαι, metastrepsai) dalam bahasa Yunani berarti mengubah sesuatu menjadi kebalikannya. Ini menunjukkan bahwa ajaran sesat bukan sekadar variasi, tetapi pengkhianatan terhadap Injil sejati.

John Calvin menulis:"Setiap penyimpangan dari Injil sejati bukanlah variasi kecil, tetapi pengkhianatan terhadap karya keselamatan Allah dalam Kristus."

3. Galatia 1:8-9 – Peringatan Keras terhadap Injil Palsu

"Bahkan, kalau kami atau seorang malaikat dari surga memberitakan kepadamu injil yang bertentangan dengan apa yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia!" (Galatia 1:8, AYT)

"Seperti yang telah kami katakan sebelumnya dan sekarang aku katakan lagi, jika ada orang yang memberitakan kepadamu injil yang bertentangan dengan apa yang sudah kamu terima, biarlah ia terkutuk." (Galatia 1:9, AYT)

Dalam ayat ini, Paulus mengutuk siapa pun yang memberitakan Injil yang berbeda.

A. Tidak Ada Otoritas di Atas Injil Sejati

Paulus menegaskan bahwa bahkan jika dirinya sendiri atau seorang malaikat dari surga memberitakan Injil yang berbeda, mereka harus dikutuk.

R.C. Sproul menekankan bahwa otoritas tertinggi ada pada Injil yang telah diwahyukan oleh Kristus, bukan pada otoritas manusia atau bahkan malaikat.

B. Kutukan terhadap Pengkhotbah Injil Palsu

Paulus menggunakan kata "terkutuklah dia!" (ἀνάθεμα, anathema), yang berarti penghukuman kekal dari Allah.

John Calvin menulis:"Paulus tidak berbicara tentang teguran ringan, tetapi tentang penghukuman berat bagi siapa pun yang menyesatkan jemaat dari kebenaran Injil."

4. Galatia 1:10 – Mencari Persetujuan Allah, Bukan Manusia

"Apakah sekarang aku sedang mencari persetujuan manusia atau persetujuan Allah? Atau, apakah aku masih mencoba menyenangkan manusia? Sekiranya aku masih mencoba menyenangkan manusia, aku bukanlah hamba Kristus." (Galatia 1:10, AYT)

Paulus menegaskan bahwa ia tidak mencari persetujuan manusia, tetapi persetujuan Allah.

A. Hamba Kristus Tidak Mencari Persetujuan Manusia

Paulus dengan tegas menyatakan bahwa jika ia berusaha menyenangkan manusia, ia tidak dapat menjadi hamba Kristus.

Martin Lloyd-Jones menekankan bahwa pelayan Injil yang sejati harus lebih takut kepada Allah daripada kepada manusia.

John Calvin menambahkan bahwa hamba Kristus harus berani berbicara kebenaran meskipun itu tidak populer.

B. Makna Teologis Galatia 1:6-10

1. Keheranan Paulus atas Kemurtadan Cepat Jemaat (Galatia 1:6)

Paulus mengungkapkan keterkejutannya terhadap jemaat Galatia yang begitu cepat meninggalkan Injil sejati. Kata "heran" (θαυμάζω, thaumazō) dalam bahasa Yunani menunjukkan rasa kaget yang mendalam, seolah-olah Paulus tidak percaya bagaimana jemaat bisa begitu cepat meninggalkan kebenaran.

  • Keselamatan berdasarkan anugerah
    John Stott menekankan bahwa Paulus mengingatkan jemaat bahwa mereka telah "dipanggil melalui anugerah Kristus." Ini menunjukkan bahwa keselamatan adalah murni oleh anugerah, bukan oleh usaha manusia. Berpaling dari Injil sejati berarti menolak anugerah Allah dan mencoba mencari keselamatan dengan cara lain, yang bertentangan dengan ajaran Alkitab (Efesus 2:8-9).

  • Berpaling kepada "injil lain"
    Douglas Moo menyoroti bahwa istilah "injil lain" tidak berarti ada dua Injil, tetapi Paulus menggunakan ironi untuk menegaskan bahwa ajaran yang mereka ikuti bukanlah Injil sama sekali. Injil sejati hanya satu, yaitu keselamatan oleh iman kepada Kristus.

2. Tidak Ada Injil Lain (Galatia 1:7)

Paulus menegaskan bahwa hanya ada satu Injil, dan setiap usaha untuk menambah atau mengubahnya adalah bentuk pemutarbalikan kebenaran.

  • Ajaran sesat sebagai penyimpangan dari Injil
    Dalam konteks Galatia, ajaran sesat berasal dari kelompok "Yudaisme Kristen" yang mengajarkan bahwa selain beriman kepada Kristus, orang Kristen juga harus menaati hukum Taurat, terutama sunat. R. C. Sproul menjelaskan bahwa ini adalah bentuk "legalisme," di mana manusia mencoba menambahkan syarat keselamatan di luar anugerah Allah.

  • Mengacaukan jemaat
    Kata Yunani "ταράσσοντες" (tarassontes) berarti mengguncang atau membuat bingung. Menurut F. F. Bruce, ini menunjukkan bahwa ajaran palsu membawa kekacauan dan perpecahan dalam gereja, bukan damai sejahtera yang berasal dari Injil sejati.

3. Kutuk atas Pengajar Injil Palsu (Galatia 1:8-9)

Ayat ini merupakan salah satu peringatan paling keras dalam Perjanjian Baru. Paulus mengucapkan kutuk ("ἀνάθεμα" – anathema), yang berarti penghukuman kekal, terhadap siapa pun yang menyebarkan Injil palsu.

  • Injil adalah tidak dapat diubah
    John MacArthur menekankan bahwa bahkan jika seorang malaikat dari surga mengajarkan Injil yang berbeda, ia harus dianggap terkutuk. Ini menunjukkan bahwa tidak ada otoritas yang lebih tinggi daripada Injil yang telah dinyatakan oleh Kristus.

  • Pengulangan untuk menegaskan keseriusan
    Paulus mengulang pernyataannya di ayat 9, yang menunjukkan betapa seriusnya masalah ini. James Montgomery Boice menulis bahwa pengulangan ini dimaksudkan agar jemaat memahami bahwa Injil bukanlah sesuatu yang bisa dikompromikan atau dinegosiasikan.

4. Menyenangkan Allah, Bukan Manusia (Galatia 1:10)

Paulus menegaskan bahwa motivasi pelayanannya bukan untuk menyenangkan manusia, tetapi untuk menyenangkan Allah.

  • Menjadi hamba Kristus berarti setia kepada kebenaran
    Teolog William Hendriksen menyoroti bahwa seorang "hamba Kristus" tidak boleh dikendalikan oleh opini manusia, tetapi harus berpegang teguh pada kebenaran. Paulus tidak takut kehilangan popularitas atau menghadapi penolakan demi memberitakan Injil yang benar.

  • Bahaya menyenangkan manusia dalam pelayanan
    Beberapa pemimpin gereja di zaman modern sering tergoda untuk mengubah atau melemahkan Injil agar lebih diterima oleh dunia. John Piper menekankan bahwa seorang pengkhotbah sejati harus siap menghadapi perlawanan jika ia benar-benar setia kepada Injil Kristus.

Kesimpulan

Dari Galatia 1:6-10, kita belajar beberapa poin penting:

  1. Meninggalkan Injil sejati berarti meninggalkan Allah sendiri (ayat 6).
  2. Tidak ada Injil lain, setiap distorsi terhadap Injil adalah pengkhianatan terhadap Kristus (ayat 7).
  3. Siapa pun yang memberitakan Injil yang berbeda akan dikutuk oleh Allah (ayat 8-9).
  4. Seorang hamba Kristus harus mencari persetujuan Allah, bukan manusia (ayat 10).

Kita dipanggil untuk berpegang teguh pada Injil sejati dan menolak segala bentuk legalisme yang menambahkan persyaratan lain di luar anugerah Allah. Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post