Maleakhi 3:6 – Kedaulatan Allah yang Tidak Berubah

Maleakhi 3:6 – Kedaulatan Allah yang Tidak Berubah

Pendahuluan:

Maleakhi 3:6 adalah salah satu ayat yang sangat penting dalam Alkitab karena menegaskan sifat Allah yang tidak berubah. Ayat ini berbunyi:“Sebab, Akulah TUHAN, Aku tidak berubah. Oleh sebab itu, kamu, hai keturunan Yakub, tidak akan dilenyapkan.” (Maleakhi 3:6, AYT)

Ayat ini merupakan deklarasi yang kuat tentang sifat Allah yang immutabel (unchanging), yaitu bahwa Dia tetap sama dari dahulu, sekarang, dan selamanya. Dalam teologi Reformed, konsep ketidakterubahan Allah (divine immutability) adalah salah satu pilar utama dalam pemahaman tentang Allah yang berdaulat dan setia pada perjanjian-Nya.

Artikel ini akan menguraikan ayat ini secara mendalam, meninjau konteksnya, serta menggali pandangan para pakar teologi Reformed seperti John Calvin, R.C. Sproul, dan Herman Bavinck tentang immutabilitas Allah.

1. Konteks Maleakhi 3:6

Maleakhi adalah kitab terakhir dalam Perjanjian Lama dan ditulis pada periode pasca-pembuangan, sekitar abad ke-5 SM. Kitab ini berisi teguran Allah terhadap Israel yang telah jatuh dalam ketidaksetiaan setelah kembali dari pembuangan di Babel.

a. Latar Belakang Kitab Maleakhi
Orang-orang Israel kembali dari pembuangan dengan harapan besar tentang pemulihan bangsa mereka. Namun, setelah beberapa dekade, mereka mulai kehilangan semangat dan kembali pada dosa-dosa lama:

  • Para imam menjadi korup (Maleakhi 1:6-14)
  • Perkawinan campur dengan bangsa asing dan perceraian merajalela (Maleakhi 2:10-16)
  • Mereka mengabaikan perpuluhan dan persembahan kepada Allah (Maleakhi 3:8-10)

Dalam konteks ini, Maleakhi 3:6 hadir sebagai pengingat bahwa meskipun Israel tidak setia, Allah tetap setia kepada perjanjian-Nya.

b. Konteks Langsung Maleakhi 3:6
Ayat ini muncul dalam bagian di mana Allah berbicara tentang penghakiman-Nya yang akan datang (Maleakhi 3:1-5). Namun, Allah memberikan kepastian bahwa keturunan Yakub tidak akan dilenyapkan. Mengapa? Karena Tuhan tidak berubah.

John MacArthur dalam komentarnya tentang Maleakhi 3:6 menyebutkan bahwa kesetiaan Allah terhadap Israel bukan karena kebaikan mereka, tetapi karena janji-Nya kepada Abraham, Ishak, dan Yakub. Allah tidak berubah dalam rencana-Nya, meskipun umat-Nya sering kali tidak setia.

2. Makna Teologis Maleakhi 3:6

Maleakhi 3:6 menegaskan salah satu sifat Allah yang paling mendasar: immutabilitas (immutability), yaitu bahwa Allah tidak berubah dalam esensi, karakter, atau rencana-Nya.

a. Ketidakterubahan Allah dalam Teologi Reformed

Doktrin immutabilitas Allah adalah bagian penting dari teologi Reformed dan menjadi dasar bagi kepercayaan kita bahwa Allah dapat dipercaya dan diandalkan.

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menulis:“Jika Allah berubah, maka iman kita tidak memiliki dasar yang kokoh. Namun, karena Dia tidak berubah, maka janji-janji-Nya tetap teguh untuk selama-lamanya.”

Dalam teologi Reformed, Allah tidak hanya tidak berubah dalam karakter-Nya, tetapi juga dalam kehendak-Nya dan dalam pemilihan-Nya atas umat-Nya.

b. Immutabilitas Allah dan Kesetiaan kepada Perjanjian

Ketika Allah berkata, “Aku tidak berubah,” konteksnya adalah tentang janji-Nya kepada keturunan Yakub. Ini berkaitan dengan kesetiaan perjanjian Allah (covenant faithfulness).

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menyatakan bahwa:“Immutabilitas Allah adalah dasar dari seluruh rencana keselamatan. Jika Allah bisa berubah, maka keselamatan kita tidak pasti. Tetapi karena Dia tidak berubah, maka janji keselamatan tetap berlaku bagi umat pilihan-Nya.”

Ini berarti bahwa meskipun Israel terus memberontak, mereka tidak akan dilenyapkan bukan karena mereka layak, tetapi karena Allah setia pada janji-Nya.

c. Immutabilitas Allah dan Kedaulatan-Nya

R.C. Sproul dalam The Holiness of God menekankan bahwa ketidakterubahan Allah berkaitan erat dengan kedaulatan-Nya. Jika Allah bisa berubah, maka Dia tidak lagi berdaulat, karena itu berarti kehendak dan rencana-Nya dapat dipengaruhi oleh sesuatu di luar diri-Nya.

Tetapi Maleakhi 3:6 menegaskan bahwa Allah tetap sama. Ini memberikan kepastian bahwa:

  • Rencana-Nya tidak bisa digagalkan (Ayub 42:2)
  • Keselamatan yang diberikan-Nya bersifat kekal (Roma 8:29-30)
  • Kasih dan anugerah-Nya tetap sama untuk selamanya (Mazmur 136)

3. Implikasi bagi Orang Percaya

Maleakhi 3:6 bukan hanya sebuah deklarasi teologis, tetapi juga memiliki aplikasi praktis yang sangat kuat bagi orang percaya.

a. Keamanan dalam Keselamatan

Jika Allah tidak berubah, maka keselamatan kita juga tidak akan berubah. Dalam Yohanes 10:28, Yesus berkata:“Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.”

Jika Allah bisa berubah, maka janji keselamatan-Nya bisa berubah. Tetapi karena Allah tidak berubah, kita bisa yakin bahwa kita akan tetap aman dalam anugerah-Nya.

John Piper dalam Future Grace menyatakan bahwa:“Kepastian keselamatan kita bergantung bukan pada kekuatan iman kita, tetapi pada karakter Allah yang tidak berubah.”

b. Keteguhan dalam Iman

Ketika kita mengalami penderitaan atau pencobaan, kita dapat berpegang pada fakta bahwa Allah tidak berubah. Dia tetap setia seperti yang telah dinyatakan dalam firman-Nya.

Ibrani 13:8 berkata:“Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.”

Immutabilitas Allah adalah dasar dari penghiburan bagi orang percaya. Meskipun situasi hidup berubah, Allah tidak berubah.

c. Panggilan untuk Setia kepada Allah

Jika Allah setia kepada janji-Nya, maka sebagai umat-Nya, kita juga dipanggil untuk tetap setia kepada-Nya.

1 Korintus 15:58 berkata:“Karena itu, saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan, sebab kamu tahu bahwa jerih payahmu dalam Tuhan tidak sia-sia.”

4. Konsekuensi Jika Allah Bisa Berubah

Jika Allah bisa berubah, maka seluruh iman Kristen akan runtuh. Berikut beberapa konsekuensi jika Allah tidak tetap sama:

  1. Janji-janji Allah tidak dapat dipercaya – Jika Allah bisa berubah, maka kita tidak bisa yakin akan janji-janji-Nya.
  2. Keselamatan bisa dicabut – Jika kehendak Allah bisa berubah, maka kita tidak bisa yakin akan keselamatan kita.
  3. Allah tidak lebih besar dari manusia – Jika Allah bisa berubah, maka Dia tidak berbeda dari kita, karena manusia selalu berubah.

Tetapi puji Tuhan! Maleakhi 3:6 menegaskan bahwa Allah kita adalah Allah yang kekal dan tidak berubah!

Kesimpulan

Maleakhi 3:6 adalah ayat yang menegaskan immutabilitas Allah, yaitu bahwa Dia tidak berubah dalam karakter, janji, atau rencana-Nya.

Dari perspektif teologi Reformed, ayat ini meneguhkan beberapa doktrin penting:

  1. Ketidakterubahan Allah – Allah tetap sama dari kekekalan ke kekekalan.
  2. Kesetiaan Allah terhadap perjanjian-Nya – Allah tetap setia kepada umat-Nya meskipun mereka sering tidak setia.
  3. Kedaulatan Allah dalam keselamatan – Keselamatan kita aman karena didasarkan pada karakter Allah yang tidak berubah.

Sebagai orang percaya, kita dapat memiliki keamanan dalam keselamatan, keteguhan dalam iman, dan panggilan untuk tetap setia kepada Allah.

Next Post Previous Post