Markus 10:14: Yesus dan Anak-Anak: Kunci Memahami Kerajaan Allah

 

Markus 10:14 – Yesus dan Anak-Anak: Kunci Memahami Kerajaan Allah

Pendahuluan:

Salah satu ajaran Yesus yang paling menyentuh hati adalah bagaimana Ia memperlakukan anak-anak dan menjadikannya sebagai contoh bagi Kerajaan Allah. Dalam Markus 10:14, Yesus berkata: "Namun, ketika Yesus melihatnya, Dia menjadi marah dan berkata kepada murid-murid-Nya, ‘Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku dan jangan menghalangi mereka karena orang-orang seperti itulah yang memiliki Kerajaan Allah.’” (Markus 10:14, AYT)

Ayat ini sering dikaitkan dengan pentingnya pelayanan anak dalam gereja. Namun, jika diteliti lebih dalam dalam terang teologi Reformed, kita akan menemukan bahwa pesan Yesus lebih luas daripada sekadar mengundang anak-anak secara fisik. Yesus menggunakan anak-anak sebagai ilustrasi bagaimana seseorang dapat menjadi bagian dari Kerajaan Allah.

Dalam artikel ini, kita akan meneliti konteks Markus 10:14, eksposisi ayatnya secara mendalam, serta pandangan para teolog Reformed tentang ajaran Yesus dalam ayat ini.

Konteks Markus 10:14

1. Latar Belakang Peristiwa

Markus 10 mencatat berbagai pengajaran Yesus, termasuk tentang pernikahan dan perceraian (Mrk. 10:1-12), serta interaksi Yesus dengan orang muda yang kaya (Mrk. 10:17-31). Di antara peristiwa-peristiwa ini, ada satu momen penting: orang-orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus agar Ia memberkati mereka. Namun, murid-murid justru menghalangi mereka.

Dalam masyarakat Yahudi abad pertama, anak-anak dianggap belum cukup penting dalam kehidupan religius. Orang dewasa lebih diprioritaskan dalam pembelajaran Taurat, dan anak-anak sering tidak diperhitungkan dalam diskusi teologis.

Yesus menanggapi sikap murid-murid-Nya dengan kemarahan yang suci (indignatio dalam bahasa Yunani), yang menunjukkan bahwa tindakan mereka bertentangan dengan kehendak Allah. Kemudian, Ia menjelaskan bahwa Kerajaan Allah adalah milik mereka yang seperti anak-anak.

Eksposisi Markus 10:14

1. "Namun, ketika Yesus melihatnya, Dia menjadi marah…"

Kemarahan Yesus di sini bukanlah kemarahan manusiawi yang berdosa, tetapi kemarahan ilahi yang menunjukkan kebenaran dan keadilan. Ia marah karena murid-murid gagal memahami bahwa anak-anak memiliki tempat dalam rencana keselamatan Allah.

John Calvin berpendapat bahwa kemarahan Yesus menunjukkan betapa seriusnya hal ini dalam pandangan Allah. Menghalangi anak-anak untuk datang kepada Yesus berarti menentang kehendak Allah sendiri.

2. "Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku…"

Yesus tidak hanya mengizinkan anak-anak datang kepada-Nya, tetapi juga memerintahkan agar mereka diterima dengan sepenuh hati. Perintah ini menegaskan bahwa keselamatan tidak terbatas pada orang dewasa, tetapi juga mencakup anak-anak.

Teolog Reformed seperti R.C. Sproul menafsirkan bagian ini sebagai tanda bahwa anugerah Allah diberikan kepada orang-orang yang datang dengan sikap seperti anak-anak, yakni dalam ketergantungan penuh kepada Allah.

3. "Jangan menghalangi mereka…"

Perintah ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan bagi seseorang untuk menjadi batu sandungan bagi orang lain, termasuk anak-anak. Dalam konteks modern, hal ini bisa berarti:

  • Orang tua yang tidak membimbing anak-anak mereka dalam iman.
  • Gereja yang tidak memberikan perhatian cukup pada pelayanan anak.
  • Sikap orang percaya yang menunjukkan contoh buruk dalam kehidupan rohani.

Charles Spurgeon menekankan bahwa gereja bertanggung jawab untuk mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anak sejak dini dan tidak boleh mengabaikan generasi muda.

4. "Karena orang-orang seperti itulah yang memiliki Kerajaan Allah."

Yesus tidak berkata bahwa Kerajaan Allah hanya untuk anak-anak, tetapi bagi mereka yang memiliki sikap seperti anak-anak.

Apa yang dimaksud dengan sikap seperti anak-anak?

  • Kerendahan hati – Anak-anak tidak memiliki kebanggaan yang tinggi. Mereka datang kepada orang tua mereka dengan ketulusan.
  • Ketergantungan penuh – Seorang anak kecil tidak dapat bertahan hidup sendiri. Demikian pula, orang percaya harus bergantung sepenuhnya kepada Allah.
  • Iman yang murni – Anak-anak memiliki kepercayaan yang tulus kepada orang tua mereka, sebagaimana kita harus memiliki kepercayaan kepada Allah.

John MacArthur menjelaskan bahwa Yesus menyoroti sikap rendah hati dan percaya yang harus dimiliki setiap orang yang ingin masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Markus 10:14 dalam Perspektif Teologi Reformed

Teologi Reformed memberikan beberapa wawasan yang mendalam mengenai ayat ini:

1. Keselamatan adalah Pekerjaan Allah, Bukan Manusia

Reformator John Calvin menekankan bahwa keselamatan bukanlah hasil usaha manusia, melainkan semata-mata karena anugerah Allah.

Anak-anak melambangkan ketidakberdayaan manusia dalam memperoleh keselamatan. Seperti bayi yang tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri, manusia juga sepenuhnya bergantung kepada anugerah Allah.

2. Baptisan Anak dalam Teologi Reformed

Banyak gereja Reformed mempraktikkan baptisan anak berdasarkan pemahaman bahwa anak-anak termasuk dalam perjanjian anugerah Allah.

Menurut teolog Reformed R.C. Sproul, baptisan anak bukanlah jaminan keselamatan, tetapi sebagai tanda bahwa mereka termasuk dalam komunitas perjanjian Allah.

3. Pendidikan Iman Sejak Dini

Jonathan Edwards menekankan bahwa mendidik anak-anak dalam firman Tuhan adalah tanggung jawab utama orang tua dan gereja.

Gereja yang setia harus:

  • Mengajarkan firman Tuhan sejak dini.
  • Menyediakan pelayanan anak yang berkualitas.
  • Menjadi teladan iman yang baik bagi generasi muda.

Aplikasi Praktis untuk Kehidupan Orang Percaya

Dari Markus 10:14, ada beberapa aplikasi yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari:

1. Gereja Harus Memprioritaskan Pelayanan Anak

Banyak gereja hanya berfokus pada pelayanan orang dewasa, sementara pelayanan anak kurang diperhatikan. Markus 10:14 menegaskan bahwa anak-anak harus diprioritaskan dalam pelayanan gereja.

2. Orang Tua Bertanggung Jawab atas Iman Anak-Anak Mereka

Orang tua Kristen harus secara aktif mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anak mereka. Seperti yang diperintahkan dalam Ulangan 6:6-7, firman Tuhan harus diajarkan dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari.

3. Orang Percaya Harus Memiliki Iman yang Rendah Hati dan Percaya Penuh kepada Allah

Yesus menekankan bahwa Kerajaan Allah adalah milik mereka yang seperti anak-anak. Kita dipanggil untuk hidup dalam kerendahan hati, ketergantungan, dan iman yang tulus kepada Allah.

Kesimpulan

Markus 10:14 adalah ayat yang sangat kaya dalam makna teologis. Yesus tidak hanya menunjukkan kasih-Nya kepada anak-anak tetapi juga mengajarkan prinsip utama tentang bagaimana seseorang dapat menjadi bagian dari Kerajaan Allah.

Dalam terang teologi Reformed, kita melihat bahwa:

  • Keselamatan adalah anugerah Allah, bukan usaha manusia.
  • Iman sejati adalah iman yang seperti anak-anak – rendah hati, percaya penuh, dan berserah kepada Allah.
  • Gereja dan orang tua memiliki tanggung jawab besar dalam membimbing anak-anak kepada Kristus.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anak, menjadi teladan iman bagi mereka, serta datang kepada Allah dengan kerendahan hati dan kepercayaan penuh seperti seorang anak kecil.

“Siapa yang merendahkan diri seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga.” (Matius 18:4)

Next Post Previous Post