Matius 9:32-34: Yesus Mengusir Setan dari Orang Bisu: Otoritas Kristus atas Kuasa Gelap

Matius 9:32-34: Yesus Mengusir Setan dari Orang Bisu: Otoritas Kristus atas Kuasa Gelap

Pendahuluan:

Mukjizat yang dicatat dalam Matius 9:32-34 adalah salah satu peristiwa yang menunjukkan otoritas Yesus atas roh-roh jahat. Dalam peristiwa ini, Yesus menyembuhkan seorang pria yang tidak bisa berbicara karena dirasuk roh jahat. Setelah roh jahat itu diusir, orang tersebut langsung bisa berbicara.

Namun, reaksi terhadap mukjizat ini terbagi dalam dua kelompok:

  1. Orang banyak takjub dan mengakui bahwa ini adalah sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel.
  2. Orang-orang Farisi justru menuduh Yesus menggunakan kuasa setan untuk mengusir setan.

Melalui artikel ini, kita akan menggali makna teologis dari peristiwa ini, membahas perbedaan reaksi terhadap mukjizat Yesus, serta menganalisisnya melalui perspektif beberapa teolog Reformed.

1. Konteks Matius 9:32-34

A. Latar Belakang Pasal 9

Matius pasal 9 mencatat berbagai mukjizat yang Yesus lakukan untuk menunjukkan otoritas-Nya sebagai Mesias:

  1. Menyembuhkan orang lumpuh (Matius 9:1-8).
  2. Memanggil Matius sebagai murid-Nya (Matius 9:9-13).
  3. Menyembuhkan perempuan yang mengalami pendarahan (Matius 9:20-22).
  4. Membangkitkan anak Yairus (Matius 9:23-26).
  5. Menyembuhkan dua orang buta (Matius 9:27-31).
  6. Mengusir setan dari orang bisu (Matius 9:32-34).

John MacArthur menyatakan bahwa:"Seluruh pasal ini adalah bukti otoritas Kristus atas dosa, penyakit, kematian, dan kuasa gelap."

Mukjizat ini juga merupakan bukti bahwa kerajaan Allah telah hadir dalam diri Yesus, mengalahkan kuasa Iblis.

B. Mengapa Mukjizat Ini Penting?

  1. Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas roh jahat.
  2. Ada dua respons yang berbeda terhadap mukjizat ini: keheranan dan penolakan.
  3. Mukjizat ini menjadi dasar bagi tuduhan yang lebih besar terhadap Yesus di kemudian hari.

2. Makna Teologis Matius 9:32-34

A. Yesus Mengusir Setan dan Memulihkan Orang Bisu (Ayat 32-33)

Ketika orang bisu itu dibawa kepada Yesus, Ia langsung bertindak dengan mengusir roh jahat yang merasukinya.

John Calvin menjelaskan:"Kuasa setan tidak hanya merusak jiwa tetapi juga dapat mempengaruhi tubuh. Yesus menunjukkan bahwa Dia datang untuk membebaskan manusia sepenuhnya dari kuasa Iblis."

Setelah roh jahat itu keluar, orang tersebut langsung bisa berbicara, yang menunjukkan bahwa:

  • Masalah utamanya bukan cacat fisik biasa, tetapi akibat pengaruh setan.
  • Kuasa Yesus lebih besar dari kuasa kegelapan.

Jonathan Edwards menambahkan:"Setiap mukjizat Yesus bukan hanya tindakan penyembuhan, tetapi juga tanda bahwa kerajaan Allah telah datang untuk menghancurkan kuasa kegelapan."

Orang banyak yang menyaksikan mukjizat ini pun takjub dan berkata, "Hal seperti ini belum pernah terlihat di Israel".

B. Tuduhan Orang Farisi: Menolak Otoritas Kristus (Ayat 34)

Orang-orang Farisi, yang selalu mencari cara untuk menjatuhkan Yesus, menuduh-Nya menggunakan kuasa setan untuk mengusir setan.

R.C. Sproul menyoroti bahwa:"Orang Farisi tidak menolak fakta bahwa Yesus melakukan mukjizat. Mereka tidak bisa menyangkalnya. Tetapi mereka berusaha menafsirkan kuasa-Nya dengan cara yang jahat."

Hal ini menunjukkan kerasnya hati mereka, karena mereka melihat kebenaran tetapi tetap menolaknya.

Charles Spurgeon berkata:"Kita melihat di sini gambaran hati manusia yang menolak terang dan lebih memilih kegelapan. Mereka tidak memiliki bukti untuk menuduh Yesus, tetapi mereka tetap mencari alasan untuk menolak Dia."

Ironisnya, orang buta dan bisu dalam kisah sebelumnya mengenali Yesus sebagai Anak Daud (Matius 9:27), tetapi orang Farisi yang memiliki penglihatan rohani justru menolak-Nya.

3. Kontras antara Keheranan dan Penolakan

A. Respon Positif: Orang Banyak Takjub

  • Mereka menerima bahwa Yesus melakukan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.
  • Mereka terbuka untuk mengenali kuasa Allah dalam Yesus.
  • Ini menunjukkan bahwa mereka masih memiliki hati yang peka terhadap pekerjaan Tuhan.

B. Respon Negatif: Orang Farisi Menuduh Yesus

  • Mereka tidak menyangkal mukjizat, tetapi mencoba merendahkan kuasa Yesus.
  • Mereka lebih memilih menolak Yesus daripada mengakui bahwa Ia adalah Mesias.
  • Ini menunjukkan bahwa kesombongan rohani dapat membuat seseorang menolak kebenaran, bahkan ketika bukti ada di depan mata.

John Owen memperingatkan bahwa:"Penolakan terhadap kebenaran yang jelas adalah tanda dari hati yang telah dibutakan oleh dosa dan kesombongan."

4. Aplikasi dalam Kehidupan Orang Percaya

A. Kuasa Yesus Mengalahkan Kegelapan

  • Setan memiliki kuasa untuk mengikat manusia, tetapi Yesus memiliki kuasa untuk membebaskan kita dari belenggu dosa dan iblis.
  • Apakah kita percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya yang bisa membebaskan kita dari kuasa kegelapan?

B. Bagaimana Kita Menanggapi Yesus?

  • Apakah kita seperti orang banyak yang takjub dan terbuka untuk menerima pekerjaan Tuhan?
  • Ataukah kita seperti orang Farisi yang keras hati dan selalu mencari alasan untuk menolak Yesus?

C. Waspada terhadap Kesombongan Rohani

  • Orang Farisi adalah contoh dari kesombongan rohani yang membutakan hati.
  • Apakah kita terbuka terhadap kebenaran firman Tuhan, atau kita mencari-cari alasan untuk menolaknya?

Charles Spurgeon mengingatkan:"Ketika Tuhan bekerja, hati yang rendah hati akan bersyukur, tetapi hati yang sombong akan mencari alasan untuk menolak."

Kesimpulan: Jangan Menolak Yesus!

Mukjizat dalam Matius 9:32-34 mengajarkan bahwa:

  1. Yesus memiliki otoritas atas kuasa setan.
  2. Ada dua respons terhadap Yesus: iman dan penolakan.
  3. Kesombongan rohani dapat membuat seseorang menolak kebenaran yang jelas.

Hari ini, kita masih dihadapkan pada pilihan yang sama:

  • Apakah kita akan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat?
  • Atau kita akan mencari-cari alasan untuk menolak Dia seperti orang Farisi?

Sebagaimana tertulis dalam Ibrani 3:15:"Hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu."

Maukah kita menerima Yesus dengan iman dan taat kepada-Nya?

Next Post Previous Post