Mazmur 112:9: Kemurahan Hati Orang Benar
Pendahuluan:
Mazmur 112 adalah bagian dari kitab Mazmur yang menyoroti karakter dan berkat bagi orang benar yang takut akan Tuhan. Ayat 9 secara khusus menegaskan tentang kemurahan hati orang benar:
“Dia menyebarkan dengan cuma-cuma kepada orang melarat, kebenarannya bertahan selama-lamanya, tanduknya ditinggikan dalam kehormatan.” (AYT)
Ayat ini menunjukkan bahwa orang benar tidak hanya dikenal karena kesalehannya di hadapan Tuhan, tetapi juga karena kemurahan hatinya kepada sesama. Tindakan memberi dengan setia mencerminkan karakter Allah yang murah hati dan menunjukkan bagaimana iman yang sejati diwujudkan dalam perbuatan.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna Mazmur 112:9 dalam konteksnya, bagaimana prinsip ini dipahami dalam teologi Reformed, serta bagaimana kita dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita juga akan merujuk kepada pemikiran beberapa pakar teologi Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, R.C. Sproul, Tim Keller, dan Jonathan Edwards.
1. Konteks Mazmur 112:9
A. Latar Belakang Mazmur 112
Mazmur 112 adalah bagian dari kategori Mazmur Hikmat, yang menyoroti perbedaan antara kehidupan orang benar dan orang fasik. Mazmur ini menggambarkan bagaimana orang yang takut akan Tuhan akan diberkati, tidak hanya secara materi, tetapi juga dalam hal karakter dan pengaruhnya terhadap sesama.
Ayat 9 mengutip prinsip bahwa orang benar memberi dengan cuma-cuma kepada orang miskin, dan sebagai hasilnya, kebenarannya akan bertahan selamanya dan ia akan dihormati.
B. Struktur dan Makna Kata dalam Mazmur 112:9
- "Dia menyebarkan dengan cuma-cuma kepada orang melarat"
- Kata “menyebarkan” dalam bahasa Ibrani berarti memberi secara luas, tanpa perhitungan atau batasan. Ini menunjukkan kemurahan hati yang tulus dan berlimpah.
- "Kebenarannya bertahan selama-lamanya"
- Kebenaran dalam konteks ini merujuk pada kesalehan yang diwujudkan dalam tindakan nyata. Tuhan menganggap kemurahan hati sebagai bukti nyata dari iman yang sejati.
- "Tanduknya ditinggikan dalam kehormatan"
- Dalam budaya Ibrani, "tanduk" melambangkan kekuatan dan kemuliaan. Orang yang murah hati akan dihormati bukan hanya oleh manusia, tetapi juga oleh Tuhan.
2. Mazmur 112:9 dalam Teologi Reformed
A. Allah sebagai Sumber Segala Berkat
Dalam teologi Reformed, Allah adalah sumber utama dari segala sesuatu yang kita miliki. John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menegaskan bahwa setiap berkat yang kita terima berasal dari Tuhan, dan kita dipanggil untuk menggunakannya bagi kemuliaan-Nya.
"Orang benar tidak hanya mencari kekayaan untuk dirinya sendiri, tetapi melihatnya sebagai alat untuk melayani Tuhan dan sesama." (John Calvin)
Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, juga menekankan bahwa orang percaya dipanggil untuk meniru karakter Allah yang murah hati. Memberi kepada orang miskin adalah manifestasi dari kasih karunia Allah yang telah kita terima terlebih dahulu.
B. Memberi sebagai Wujud Iman yang Sejati
Dalam teologi Reformed, memberi bukan hanya tindakan sosial, tetapi juga bukti iman yang sejati.
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menekankan bahwa ketaatan dalam memberi mencerminkan kehidupan yang dikuduskan oleh Tuhan.
Tim Keller dalam Generous Justice menyoroti bahwa memberi bukan hanya tindakan kemurahan hati, tetapi juga bagian dari keadilan sosial yang Allah kehendaki. Orang benar tidak hanya memberi karena belas kasihan, tetapi juga karena mereka ingin mencerminkan keadilan dan kasih Tuhan dalam masyarakat.
Jonathan Edwards, dalam Christian Charity, menyatakan bahwa kesetiaan dalam memberi adalah refleksi dari kasih yang telah Allah tunjukkan kepada kita dalam Kristus.
3. Prinsip Alkitabiah tentang Kemurahan Hati dan Kesetiaan dalam Memberi
A. Memberi dalam Perjanjian Lama
Hukum Taurat dan Prinsip Memberi
- Ulangan 15:10 menegaskan bahwa memberi kepada orang miskin bukan hanya anjuran, tetapi juga perintah Tuhan:
"Engkau harus memberinya dengan sukacita hatimu dan janganlah merasa enggan ketika memberinya, sebab karena hal itu, TUHAN, Allahmu, akan memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu dan dalam segala sesuatu yang engkau lakukan."
- Prinsip ini menekankan bahwa kemurahan hati membawa berkat Tuhan dalam hidup kita.
- Ulangan 15:10 menegaskan bahwa memberi kepada orang miskin bukan hanya anjuran, tetapi juga perintah Tuhan:
Contoh Kemurahan Hati dalam Mazmur dan Amsal
- Mazmur 41:1: "Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah! TUHAN akan melepaskan dia pada waktu kesusahan."
- Amsal 11:25: "Orang yang murah hati berbuat baik kepada dirinya sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri."
B. Memberi dalam Perjanjian Baru
Yesus dan Prinsip Kemurahan Hati
- Dalam Lukas 6:38, Yesus mengajarkan bahwa orang yang memberi akan menerima berkat dari Tuhan:
"Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang diguncang, dan yang tumpah keluar akan dicurahkan ke dalam pangkuanmu."
- Ini menunjukkan bahwa memberi bukan hanya menguntungkan penerima, tetapi juga membentuk karakter dan iman pemberi.
- Dalam Lukas 6:38, Yesus mengajarkan bahwa orang yang memberi akan menerima berkat dari Tuhan:
Jemaat Mula-mula dan Prinsip Kesetiaan dalam Memberi
- Kisah Para Rasul 2:44-45 menunjukkan bagaimana jemaat mula-mula berbagi segala sesuatu sehingga tidak ada yang berkekurangan.
4. Aplikasi Mazmur 112:9 dalam Kehidupan Kristen
A. Bagaimana Kita Bisa Hidup dalam Kemurahan Hati?
- Mengakui bahwa semua yang kita miliki berasal dari Allah
- Ketika kita menyadari bahwa segala sesuatu adalah pemberian Tuhan, kita akan lebih rela memberi.
- Memberi dengan iman, bukan dengan ketakutan
- Kita percaya bahwa Tuhan akan mencukupi kebutuhan kita ketika kita memberi dengan setia.
- Menjadikan memberi sebagai gaya hidup
- Tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi juga dalam bentuk waktu, tenaga, dan kasih kepada sesama.
B. Memberi dalam Konteks Gereja
Gereja harus menjadi tempat di mana prinsip memberi dengan kemurahan hati dipraktikkan. Kisah Para Rasul 2:44-45 menunjukkan bahwa jemaat mula-mula berbagi segala sesuatu sehingga tidak ada yang berkekurangan.
R.C. Sproul menegaskan bahwa gereja harus menjadi komunitas yang saling mendukung, baik secara rohani maupun praktis melalui pemberian yang tulus.
Kesimpulan
Mazmur 112:9 mengajarkan bahwa kesetiaan dalam memberi bukan hanya tindakan sosial, tetapi bagian dari ibadah dan kebenaran yang kekal di hadapan Tuhan. Beberapa prinsip utama yang bisa kita pelajari:
- Allah adalah sumber segala sesuatu – Memberi bukanlah sekadar tindakan sosial, tetapi merupakan respons terhadap kasih karunia Allah.
- Memberi adalah tindakan iman – Kita percaya bahwa Tuhan akan mencukupi kebutuhan kita ketika kita memberi dengan setia.
- Memberi memiliki dampak kekal – Tindakan memberi bukan hanya membantu sesama, tetapi juga memiliki nilai kekal di mata Tuhan.
- Gereja harus menjadi contoh dalam memberi – Gereja harus mendorong budaya memberi yang didasarkan pada kasih dan keadilan.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi sesama melalui kemurahan hati, sehingga kita dapat memuliakan nama Tuhan melalui tindakan kita.