Pengudusan: Karya Allah dan Peran Kita
Pendahuluan:
Pengudusan (sanctification) adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan Kristen yang sering kali dipahami secara keliru. Beberapa orang berpikir bahwa pengudusan sepenuhnya adalah pekerjaan Allah, sehingga manusia tidak perlu berusaha. Sebaliknya, ada juga yang berpikir bahwa pengudusan tergantung sepenuhnya pada usaha manusia. Namun, dalam perspektif teologi Reformed, pengudusan adalah sebuah misteri yang melibatkan pekerjaan Allah dan tanggung jawab manusia secara bersamaan.
Pengudusan bukan hanya sebuah konsep teologis, tetapi juga realitas praktis dalam kehidupan sehari-hari. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana Allah bekerja dalam pengudusan umat-Nya, bagaimana manusia berpartisipasi dalam proses ini, dan bagaimana pengudusan mencerminkan anugerah dan kedaulatan Allah. Kita akan melihat konsep ini berdasarkan pemikiran para teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, R.C. Sproul, dan J.I. Packer.
1. Apa Itu Pengudusan?
a. Definisi Pengudusan dalam Teologi Reformed
Dalam Alkitab, kata "pengudusan" berasal dari bahasa Yunani hagiasmos, yang berarti "dipisahkan" atau "dikuduskan" untuk Allah. Roma 6:22 menyatakan, “Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.”
Menurut Louis Berkhof dalam Systematic Theology, pengudusan adalah proses di mana orang percaya dipisahkan dari dosa dan semakin menyerupai Kristus dalam karakter dan perilaku mereka. Ini adalah pekerjaan Roh Kudus yang mengubah orang percaya dari dalam, sehingga mereka dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah.
b. Pengudusan Berbeda dari Justifikasi
Pengudusan sering kali disamakan dengan justifikasi (pembenaran), tetapi dalam teologi Reformed, keduanya memiliki perbedaan mendasar:
- Justifikasi adalah tindakan hukum Allah yang menyatakan orang berdosa sebagai benar di hadapan-Nya karena iman kepada Kristus (Roma 5:1). Ini adalah pekerjaan Allah sepenuhnya dan terjadi sekali untuk selamanya.
- Pengudusan adalah proses pertumbuhan rohani yang berlangsung seumur hidup, di mana orang percaya diubah menjadi semakin serupa dengan Kristus (2 Korintus 3:18).
John Calvin menegaskan bahwa meskipun justifikasi dan pengudusan tidak boleh dipisahkan, keduanya memiliki peran yang berbeda dalam keselamatan. Justifikasi memberi kita status sebagai anak Allah, sementara pengudusan mengubah karakter kita agar hidup sesuai dengan panggilan itu.
2. Pekerjaan Allah dalam Pengudusan
a. Roh Kudus sebagai Penggerak Utama Pengudusan
Pengudusan tidak bisa terjadi tanpa pekerjaan Allah. Filipi 2:13 berkata, “Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.”
Herman Bavinck menekankan bahwa pengudusan adalah karya Roh Kudus yang memperbaharui manusia dari dalam. Roh Kudus bekerja melalui Firman Allah, doa, sakramen, dan persekutuan dengan orang percaya untuk membentuk karakter Kristus dalam diri kita.
b. Kesatuan dengan Kristus sebagai Dasar Pengudusan
Roma 6:4 menyatakan bahwa melalui kematian dan kebangkitan Kristus, kita menerima hidup baru. Ini berarti bahwa pengudusan bukanlah usaha kita sendiri, tetapi merupakan hasil dari kesatuan kita dengan Kristus.
J.I. Packer dalam Knowing God menjelaskan bahwa pengudusan bukanlah hasil dari disiplin diri manusia belaka, tetapi hasil dari hubungan yang intim dengan Kristus. Semakin kita mengenal dan menikmati persekutuan dengan-Nya, semakin kita dibentuk dalam kekudusan.
c. Anugerah Allah dalam Pengudusan
Dalam teologi Reformed, pengudusan adalah bagian dari anugerah Allah yang menyelamatkan. Titus 2:11-12 berkata, “Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita untuk meninggalkan kefasikan dan keinginan duniawi dan untuk hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.”
R.C. Sproul menekankan bahwa anugerah Allah tidak hanya menyelamatkan, tetapi juga memampukan orang percaya untuk bertumbuh dalam kekudusan. Ini berarti bahwa pengudusan bukanlah beban, tetapi sebuah anugerah yang diberikan Allah kepada umat-Nya.
3. Peran Manusia dalam Pengudusan
a. Tanggung Jawab Orang Percaya dalam Pengudusan
Meskipun pengudusan adalah pekerjaan Allah, orang percaya juga memiliki tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam proses ini. Efesus 4:22-24 berkata, “supaya kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, menanggalkan manusia lama yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”
John Calvin menekankan bahwa iman yang sejati selalu menghasilkan ketaatan. Jika seseorang benar-benar telah diselamatkan oleh anugerah, maka hidupnya akan menunjukkan bukti pengudusan.
b. Disiplin Rohani sebagai Sarana Pengudusan
Pengudusan tidak terjadi secara otomatis; Allah bekerja melalui sarana-sarana anugerah seperti:
- Firman Tuhan – Mazmur 119:9 berkata, “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.” Membaca dan merenungkan Firman adalah cara utama Allah mengubah hati kita.
- Doa – Doa adalah komunikasi dengan Allah yang memperbaharui pikiran dan hati kita. Roma 12:2 menyatakan bahwa kita harus diperbarui dalam pikiran kita agar bisa mengenal kehendak Allah.
- Persekutuan dengan Orang Percaya – Ibrani 10:24-25 mengajarkan bahwa persekutuan dengan sesama orang percaya membantu kita bertumbuh dalam iman dan kekudusan.
Herman Bavinck menekankan bahwa disiplin rohani bukanlah cara untuk mendapatkan keselamatan, tetapi sarana yang Allah gunakan untuk membentuk kita sesuai dengan gambar-Nya.
c. Perjuangan Melawan Dosa
Roma 8:13 berkata, “Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.”
Pengudusan adalah peperangan rohani yang harus diperjuangkan setiap hari. R.C. Sproul menjelaskan bahwa meskipun kemenangan atas dosa telah dijamin dalam Kristus, kita masih harus berjuang melawan dosa dengan mengandalkan kekuatan Roh Kudus.
4. Misteri dalam Pengudusan: Pekerjaan Allah dan Usaha Manusia
a. Pengudusan sebagai Kolaborasi Ilahi dan Manusiawi
Filipi 2:12-13 memberikan keseimbangan antara pekerjaan Allah dan tanggung jawab manusia dalam pengudusan:
"Kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya."
Teologi Reformed menekankan bahwa kita harus "melakukan mujizat pengudusan" dalam hidup kita, tetapi dengan memahami bahwa tanpa Allah, kita tidak bisa melakukannya.
b. Menghindari Dua Ekstrem
J.I. Packer menekankan bahwa ada dua kesalahan dalam memahami pengudusan:
- Pasivisme (Let Go and Let God) – Menganggap bahwa pengudusan terjadi tanpa usaha manusia.
- Legalisme – Menganggap bahwa pengudusan sepenuhnya tergantung pada usaha manusia.
Keseimbangan yang benar adalah memahami bahwa Allah bekerja di dalam kita, tetapi kita juga harus aktif dalam menaati-Nya.
Kesimpulan
Pengudusan adalah proses di mana orang percaya semakin dipisahkan dari dosa dan dibentuk menjadi serupa dengan Kristus. Ini adalah pekerjaan Allah, tetapi juga membutuhkan partisipasi aktif dari manusia.
Teologi Reformed mengajarkan bahwa pengudusan adalah hasil dari kesatuan kita dengan Kristus, pekerjaan Roh Kudus, dan anugerah Allah yang mengubah kita dari dalam. Namun, kita juga dipanggil untuk bekerja sama dengan anugerah itu melalui disiplin rohani, ketaatan, dan perjuangan melawan dosa.
Sebagai orang percaya, kita harus hidup dengan keyakinan bahwa Allah yang telah memulai pekerjaan baik dalam diri kita akan menyelesaikannya (Filipi 1:6). Dengan demikian, kita dapat melakukan mujizat pengudusan dalam hidup kita, bukan dengan kekuatan sendiri, tetapi dengan kuasa Allah yang bekerja di dalam kita. Soli Deo Gloria!