Roma 15:1-2: Memikul Beban Orang Lain dan Hidup dalam Kasih Kristen

Roma 15:1-2: Memikul Beban Orang Lain dan Hidup dalam Kasih Kristen

Pendahuluan:

Roma 15:1-2 adalah bagian dari nasihat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma tentang bagaimana orang percaya harus hidup dalam kasih, kesabaran, dan pelayanan satu sama lain. Ayat ini berbunyi: Roma 15:1 – "Jadi, kita yang kuat wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat, dan tidak hanya menyenangkan dirinya sendiri."Roma 15:2 – "Hendaklah setiap kita menyenangkan sesamanya demi kebaikannya untuk membangun rohaninya."

Ayat ini mengajarkan prinsip mendasar dalam kehidupan Kristen, yaitu menyangkal diri demi membangun iman sesama. Paulus menekankan bahwa orang percaya yang lebih kuat secara rohani harus bersedia membantu mereka yang lebih lemah.

Dalam artikel ini, kita akan mengupas konteks, eksposisi, makna teologis menurut para teolog Reformed, serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Konteks Roma 15:1-2

Surat Roma adalah salah satu surat teologis terpenting dalam Perjanjian Baru. Dalam Roma 14, Paulus berbicara tentang perbedaan dalam jemaat, khususnya antara orang Yahudi yang masih memegang hukum Taurat dan orang non-Yahudi yang lebih bebas dalam Kristus.

Dalam Roma 15:1-2, Paulus melanjutkan nasihatnya, dengan menekankan bahwa orang yang lebih kuat secara iman harus bersabar terhadap mereka yang lebih lemah.

Jadi, Roma 15:1-2 bukan hanya tentang menolong secara fisik, tetapi terutama tentang menolong dalam iman dan membangun sesama dalam pengenalan akan Kristus.

Eksposisi Roma 15:1-2

1. “Kita yang kuat wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat” (Roma 15:1a)

Paulus menggunakan kata kuat dan lemah untuk menggambarkan tingkat kedewasaan rohani.

  • "Yang kuat" adalah mereka yang memahami kebebasan dalam Kristus dan tidak lagi terikat dengan tradisi atau hukum-hukum lama.
  • "Yang lemah" adalah mereka yang masih bergumul dengan aturan-aturan lama dan belum memahami sepenuhnya kebebasan dalam Injil.

John Calvin dalam Commentary on Romans menekankan bahwa orang yang kuat harus menunjukkan kesabaran dan kasih, bukan menghakimi atau menghina mereka yang lebih lemah dalam iman.

R.C. Sproul dalam Grace Unknown menjelaskan bahwa kedewasaan rohani bukan tentang memiliki lebih banyak pengetahuan, tetapi tentang bagaimana kita menggunakan pengetahuan itu untuk membangun sesama.

2. “Dan tidak hanya menyenangkan dirinya sendiri” (Roma 15:1b)

Paulus mengingatkan bahwa kehidupan Kristen bukan tentang kepentingan pribadi, tetapi tentang bagaimana kita dapat melayani sesama.

Charles Spurgeon dalam The Power of Love in the Christian Life mengatakan bahwa keegoisan adalah kebalikan dari kasih Kristen. Orang percaya tidak boleh hidup hanya untuk dirinya sendiri, tetapi harus menaruh kepentingan orang lain di atas dirinya (Filipi 2:3-4).

Jonathan Edwards dalam Charity and Its Fruits menekankan bahwa cinta sejati kepada Tuhan harus terlihat dalam cara kita memperlakukan sesama, terutama dalam kesabaran terhadap mereka yang masih lemah dalam iman.

3. “Hendaklah setiap kita menyenangkan sesamanya demi kebaikannya” (Roma 15:2a)

Di sini, Paulus tidak berbicara tentang menyenangkan orang lain dalam arti negatif, seperti berkompromi dengan dosa. Sebaliknya, ia berbicara tentang menolong orang lain agar bertumbuh dalam iman.

Timothy Keller dalam The Freedom of Self-Forgetfulness menekankan bahwa menjadi Kristen berarti hidup tidak berpusat pada diri sendiri, tetapi pada bagaimana kita bisa membawa sesama lebih dekat kepada Tuhan.

4. “Untuk membangun rohaninya” (Roma 15:2b)

Paulus menggunakan kata membangun (oikodomeo dalam bahasa Yunani), yang berarti membangun sebuah rumah atau struktur. Ini menunjukkan bahwa hidup Kristen adalah proses bertumbuh bersama-sama dalam iman.

B.B. Warfield dalam Faith and Life menjelaskan bahwa orang Kristen bukan hanya bertanggung jawab atas imannya sendiri, tetapi juga atas pertumbuhan rohani saudara seiman.

Makna Teologis Roma 15:1-2

Dalam teologi Reformed, Roma 15:1-2 menegaskan beberapa prinsip penting, seperti kasih dalam komunitas Kristen, keteladanan Kristus, dan panggilan untuk membangun sesama.

1. Kewajiban Orang Kuat dalam Iman untuk Menolong yang Lemah

John Calvin dalam tafsirannya terhadap Roma 15:1 menekankan bahwa orang percaya yang lebih dewasa dalam iman memiliki tanggung jawab moral untuk membantu saudara-saudara mereka yang lebih lemah. Calvin menulis:“Kebebasan Kristen bukanlah hak untuk melakukan apa yang kita inginkan, tetapi panggilan untuk melayani sesama dengan kasih.”

Prinsip ini mengajarkan bahwa mereka yang lebih memahami kebebasan dalam Kristus harus bersikap sabar dan penuh kasih kepada mereka yang masih bergumul dengan kelemahan iman.

2. Tidak Hidup untuk Kepentingan Sendiri

R.C. Sproul, seorang teolog Reformed, mengajarkan bahwa dosa membuat manusia cenderung egois dan hanya mencari kesenangan diri sendiri. Sproul berkata:“Kekristenan sejati bukan tentang diri kita sendiri, tetapi tentang bagaimana kita dapat mencerminkan Kristus dalam hidup kita.”

Paulus menegaskan bahwa hidup Kristen bukan tentang memenuhi keinginan pribadi, tetapi tentang membangun orang lain agar semakin dekat dengan Tuhan.

3. Membangun Sesama dalam Kasih dan Kebaikan

Charles Hodge, seorang teolog Reformed abad ke-19, menekankan bahwa prinsip utama dalam Roma 15:2 adalah membangun iman sesama. Ia berkata:“Kasih Kristen sejati terlihat dalam bagaimana kita membangun orang lain, bukan hanya dalam kata-kata, tetapi dalam tindakan nyata.”

Membangun sesama berarti menguatkan iman mereka, memberikan dorongan rohani, dan menolong mereka untuk bertumbuh dalam hubungan dengan Tuhan.

Aplikasi Roma 15:1-2 dalam Kehidupan Sehari-hari

Roma 15:1-2 memiliki banyak aplikasi praktis yang relevan bagi kehidupan kita.

1. Membantu Mereka yang Lemah dalam Iman

Dalam kehidupan gereja, ada orang-orang yang masih bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan. Sebagai orang percaya yang lebih kuat, kita dipanggil untuk membimbing mereka dengan sabar, bukan menghakimi atau menjatuhkan mereka.

Tim Keller berkata:“Kebebasan Kristen sejati bukan untuk memaksakan kehendak kita kepada orang lain, tetapi untuk melayani mereka dalam kasih.”

Jika ada saudara seiman yang masih bergumul dalam pemahaman rohani, kita harus menolong mereka dengan penuh kasih, bukan menghakimi mereka.

2. Tidak Hidup untuk Diri Sendiri

Banyak orang hidup hanya untuk kepentingan mereka sendiri tanpa peduli terhadap orang lain. Roma 15:1-2 mengajarkan bahwa sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dengan memperhatikan sesama.

Martyn Lloyd-Jones berkata:“Kekristenan sejati terlihat dalam bagaimana kita mengorbankan diri kita untuk kebaikan orang lain.”

Ini berarti bahwa dalam keluarga, pekerjaan, dan gereja, kita harus mengutamakan kepentingan orang lain, bukan hanya kepentingan pribadi.

3. Menguatkan Sesama dalam Perjalanan Iman

Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk saling membangun, bukan saling menjatuhkan. Kita harus menggunakan perkataan, tindakan, dan sikap kita untuk membawa orang lain lebih dekat kepada Tuhan.

Jonathan Edwards berkata:“Ketika kita menguatkan sesama dengan kasih dan kebaikan, kita sedang mencerminkan Kristus kepada dunia.”

Kita bisa membangun sesama dengan:

  • Mendoakan mereka yang sedang bergumul dalam iman
  • Memberikan dorongan rohani melalui Firman Tuhan
  • Menjadi pendengar yang baik bagi mereka yang membutuhkan nasihat
  • Melayani dengan kasih tanpa mengharapkan balasan

Kesimpulan

Roma 15:1-2 mengajarkan prinsip dasar dalam kehidupan Kristen, yaitu memikul beban satu sama lain, tidak hidup untuk kepuasan diri sendiri, dan membangun iman sesama.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk:

  1. Bersabar dengan mereka yang masih lemah dalam iman.
  2. Mementingkan kepentingan sesama daripada hanya kepuasan diri sendiri.
  3. Menjadi alat untuk membangun iman orang lain.

Ketika kita hidup dalam prinsip ini, kita mencerminkan kasih Kristus dan membawa kemuliaan bagi nama-Nya. Mari kita belajar untuk hidup bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi untuk membangun tubuh Kristus bersama-sama! 

Next Post Previous Post