Yohanes 12:20-22: Panggilan bagi Bangsa-Bangsa untuk Mengenal Kristus
Pendahuluan:
Yohanes 12:20-22 adalah bagian penting dalam Injil Yohanes yang menunjukkan bagaimana Yesus mulai dikenal bukan hanya oleh orang Yahudi, tetapi juga oleh bangsa-bangsa lain. Peristiwa ini terjadi menjelang penderitaan dan kematian Yesus di kayu salib, menandakan bahwa Injil akan melampaui batas-batas etnis Israel dan mencapai dunia.
Artikel ini akan mengupas Yohanes 12:20-22 secara mendalam dari perspektif teologi Reformed, dengan merujuk pada pemikiran beberapa pakar teologi seperti John Calvin, Charles Spurgeon, dan R.C. Sproul.
Teks Alkitab: Yohanes 12:20-22 (AYT); 20 Pada saat itu, ada juga orang-orang Yunani di antara mereka yang pergi untuk beribadah pada perayaan itu.21 Mereka menemui Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, dan berkata kepadanya, “Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus.”22 Filipus pergi dan memberi tahu Andreas, lalu Andreas dan Filipus pergi dan memberi tahu Yesus.
Analisis Teologis dan Konteks Sejarah
Bagian ini terjadi setelah Yesus masuk ke Yerusalem dengan penuh kemuliaan dalam peristiwa yang kita kenal sebagai "Minggu Palma" (Yohanes 12:12-19). Saat itu, banyak orang Yahudi datang ke Yerusalem untuk merayakan Paskah, tetapi menariknya, ada juga "orang-orang Yunani" yang ingin bertemu dengan Yesus.
Siapakah orang-orang Yunani ini? Mereka kemungkinan besar adalah "orang-orang takut akan Allah" (God-fearers), yaitu orang-orang non-Yahudi yang tertarik pada iman Yahudi tetapi belum menjadi proselit penuh.
John Calvin menafsirkan bahwa kehadiran orang-orang Yunani ini adalah tanda bahwa keselamatan melalui Yesus tidak hanya untuk Israel tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain. Ini sesuai dengan janji Allah kepada Abraham dalam Kejadian 12:3, bahwa melalui keturunannya, semua bangsa di bumi akan diberkati.
Eksposisi Yohanes 12:20-22
1. Yohanes 12:20 - Bangsa-Bangsa Mencari Yesus
"Pada saat itu, ada juga orang-orang Yunani di antara mereka yang pergi untuk beribadah pada perayaan itu."
Penting untuk dicatat bahwa Injil Yohanes menampilkan banyak momen simbolis. Orang-orang Yunani yang datang untuk mencari Yesus menggambarkan bagaimana Injil akan segera menyebar ke seluruh dunia.
R.C. Sproul menyoroti bahwa kedatangan orang Yunani ini adalah penggenapan dari janji Allah bahwa Injil akan mencapai bangsa-bangsa lain. Ini juga mengingatkan kita akan Yesaya 49:6, di mana Mesias disebut sebagai terang bagi bangsa-bangsa.
Sementara itu, Charles Spurgeon melihat peristiwa ini sebagai bukti bahwa hati manusia di seluruh dunia telah disiapkan oleh Roh Kudus untuk mencari kebenaran dalam Kristus. Orang-orang ini bukan sekadar penasaran, tetapi memiliki kerinduan yang dalam untuk mengenal Sang Juruselamat.
2. Yohanes 12:21 - "Kami Ingin Bertemu dengan Yesus"
"Mereka menemui Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, dan berkata kepadanya, 'Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus.'"
Permintaan orang-orang Yunani ini sangat sederhana namun dalam maknanya: "Kami ingin bertemu dengan Yesus." Ini mencerminkan kerinduan hati manusia yang sejati—untuk mengenal Allah secara pribadi.
Mengapa mereka meminta kepada Filipus? Mungkin karena namanya Yunani, atau karena dia berasal dari Betsaida, daerah yang memiliki banyak pengaruh budaya Yunani. Ini menunjukkan bagaimana Allah memakai orang-orang tertentu sebagai perantara dalam membawa orang lain kepada Kristus.
John Calvin menafsirkan bahwa kerinduan untuk melihat Yesus adalah pekerjaan Roh Kudus. Tidak ada seorang pun yang dengan sendirinya mencari Allah (Roma 3:11), tetapi Roh Kudus-lah yang membangkitkan rasa lapar akan kebenaran di hati manusia.
Bagi gereja modern, ayat ini menjadi pengingat bahwa tugas kita adalah memperkenalkan Kristus kepada dunia. Banyak orang di luar gereja sebenarnya memiliki keinginan untuk "melihat Yesus", tetapi mereka membutuhkan perantara—orang percaya yang bersedia membawa mereka kepada-Nya.
3. Yohanes 12:22 - Filipus dan Andreas Menyampaikan Permintaan kepada Yesus
"Filipus pergi dan memberi tahu Andreas, lalu Andreas dan Filipus pergi dan memberi tahu Yesus."
Dalam ayat ini, kita melihat bahwa Filipus tidak langsung membawa orang Yunani kepada Yesus, tetapi pertama-tama memberi tahu Andreas. Ini menunjukkan bahwa bahkan murid-murid pun masih ragu-ragu tentang bagaimana Yesus akan menanggapi permintaan dari non-Yahudi.
Mengapa Filipus tidak langsung membawa mereka?
Beberapa pakar berpendapat bahwa ini mungkin karena Yesus dalam misi-Nya terutama berfokus pada orang Yahudi (Matius 15:24). Namun, fakta bahwa Yesus kemudian menjawab dalam Yohanes 12:23-26 menunjukkan bahwa Dia siap menerima mereka.
Charles Spurgeon menafsirkan bahwa hal ini mengajarkan kita tentang pentingnya bekerja dalam tim dalam pelayanan Injil. Filipus dan Andreas bekerja bersama untuk membawa orang kepada Kristus—suatu prinsip yang relevan bagi gereja saat ini.
B.Makna Teologis Yohanes 12:20-22: Panggilan bagi Bangsa-Bangsa untuk Mengenal Kristus
1. Orang Yunani dan Keselamatan bagi Semua Bangsa
Para teolog menafsirkan kehadiran orang-orang Yunani dalam Yohanes 12:20 sebagai tanda bahwa Injil mulai menjangkau lebih dari sekadar bangsa Israel. Dalam konteks Perjanjian Lama, keselamatan awalnya diberikan kepada Israel sebagai umat pilihan Allah (Ulangan 7:6). Namun, sejak awal, ada petunjuk bahwa berkat keselamatan ini akan meluas ke bangsa-bangsa lain.
Yesaya 49:6 menubuatkan bahwa Mesias akan menjadi “terang bagi bangsa-bangsa” sehingga keselamatan Allah mencapai ujung bumi. Paulus kemudian mengutip nubuat ini dalam Kisah Para Rasul 13:47 untuk menunjukkan bahwa keselamatan dalam Kristus terbuka bagi semua orang, termasuk non-Yahudi.
D.A. Carson, seorang teolog Perjanjian Baru, mencatat bahwa kedatangan orang-orang Yunani ini menandakan pergeseran besar dalam pelayanan Yesus. Ini adalah momen yang mengisyaratkan bahwa kematian dan kebangkitan-Nya tidak hanya untuk Israel, tetapi juga untuk dunia.
2. Keinginan Bertemu Yesus: Kerinduan Universal Akan Kebenaran
Dalam Yohanes 12:21, orang-orang Yunani itu berkata kepada Filipus:
“Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus.”
Kalimat ini menggambarkan kerinduan manusia untuk mengenal kebenaran. Sepanjang sejarah, manusia selalu mencari makna dan kebenaran dalam hidup. Dalam Perjanjian Baru, Yesus secara tegas menyatakan bahwa Dia adalah jalan, kebenaran, dan hidup (Yohanes 14:6).
Teolog R.C. Sproul berpendapat bahwa permintaan ini bukan sekadar keinginan untuk melihat Yesus secara fisik, tetapi mencerminkan keinginan mendalam untuk mengenal-Nya secara rohani. Ini adalah gambaran dari pencarian manusia akan Tuhan, seperti yang dinyatakan dalam Pengkhotbah 3:11, bahwa Tuhan telah menaruh kekekalan dalam hati manusia.
Kisah ini mengajarkan bahwa siapa pun yang sungguh-sungguh mencari Yesus akan menemukan-Nya, sebagaimana janji dalam Yeremia 29:13:"Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku, apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati."
3. Filipus dan Andreas: Peran Murid dalam Menuntun Orang kepada Kristus
Dalam Yohanes 12:22, Filipus, setelah didatangi oleh orang-orang Yunani, tidak langsung membawa mereka kepada Yesus. Sebaliknya, ia memberi tahu Andreas terlebih dahulu, dan kemudian keduanya pergi bersama untuk berbicara dengan Yesus.
Mengapa Filipus ragu-ragu? Beberapa penafsir mengemukakan bahwa mungkin Filipus tidak yakin apakah Yesus akan menerima orang non-Yahudi. Dalam pelayanan Yesus sebelumnya, Dia lebih banyak berfokus pada orang Yahudi, meskipun ada beberapa pengecualian, seperti penyembuhan anak perempuan seorang perempuan Kanaan (Matius 15:21-28) dan pertemuan dengan wanita Samaria di sumur (Yohanes 4:1-26).
Craig Keener dalam The Gospel of John: A Commentary menekankan bahwa tindakan Filipus dan Andreas menunjukkan bagaimana murid-murid secara bertahap memahami misi Yesus yang lebih luas. Mereka belajar bahwa keselamatan dalam Kristus bukan hanya untuk Israel, tetapi juga bagi semua bangsa.
Kisah ini mengajarkan bahwa peran orang percaya adalah menjadi perantara yang menuntun orang lain kepada Kristus. Seperti Filipus dan Andreas, kita dipanggil untuk membawa orang lain kepada Yesus melalui kesaksian, pengajaran, dan kehidupan yang mencerminkan kasih-Nya.
4. Momen yang Menunjukkan Awal dari Puncak Misi Yesus
Menarik untuk dicatat bahwa setelah Filipus dan Andreas memberi tahu Yesus tentang orang-orang Yunani ini, Yesus langsung berbicara tentang kematian-Nya:
"Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan." (Yohanes 12:23).
Peristiwa ini menandakan awal dari puncak pelayanan Yesus: kematian-Nya di kayu salib. Dalam konteks Injil Yohanes, kemuliaan Yesus bukan hanya tentang mukjizat atau ajaran-Nya, tetapi tentang pengorbanan-Nya bagi dunia.
Leon Morris menulis bahwa kehadiran orang Yunani ini adalah tanda bahwa rencana Allah sedang bergerak menuju pemenuhannya—Kristus akan mati, bukan hanya bagi orang Yahudi, tetapi juga bagi seluruh dunia (Yohanes 3:16).
Dalam Yohanes 12:24, Yesus menggunakan perumpamaan biji gandum yang harus mati agar dapat menghasilkan banyak buah. Ini menunjukkan bahwa kematian-Nya adalah sarana bagi keselamatan banyak orang, termasuk orang-orang Yunani yang datang mencari-Nya.
Kesimpulan
Yohanes 12:20-22 menandai titik balik dalam pelayanan Yesus, di mana keselamatan mulai diperluas kepada bangsa-bangsa lain. Kehadiran orang Yunani ini mengisyaratkan bahwa Yesus datang bukan hanya untuk Israel, tetapi bagi seluruh dunia.
Melalui kisah ini, kita diajak untuk melihat bahwa panggilan Kristus bersifat universal. Kita dipanggil untuk membawa orang lain kepada-Nya, menghidupi iman kita dengan nyata, dan memahami bahwa kematian serta kebangkitan Yesus adalah pusat dari rencana keselamatan Allah bagi semua manusia.
Seperti orang Yunani dalam perikop ini, kita juga harus datang kepada Yesus dengan kerinduan untuk mengenal-Nya, karena di dalam Dialah terdapat hidup yang kekal.