1 Yohanes 3:22: Doa, Ketaatan, dan Kehendak Allah

Pendahuluan
1 Yohanes 3:22 berbunyi:
“Apa pun yang kita minta, kita menerimanya dari Allah karena kita menuruti perintah-perintah-Nya dan melakukan apa yang berkenan kepada-Nya.” (AYT)
Ayat ini berbicara tentang hubungan antara doa dan ketaatan. Rasul Yohanes menegaskan bahwa Allah mendengar dan menjawab doa umat-Nya, tetapi ada syarat penting, yaitu ketaatan terhadap perintah-Nya.
Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini berkaitan erat dengan kedaulatan Allah, kehendak-Nya dalam menjawab doa, dan bagaimana iman sejati diwujudkan dalam kehidupan yang taat.
Artikel ini akan membahas eksposisi mendalam 1 Yohanes 3:22, bagaimana para teolog Reformed memahami hubungan antara doa dan ketaatan, serta implikasi praktisnya dalam kehidupan Kristen.
1. Konteks 1 Yohanes 3:22
a. Latar Belakang Surat 1 Yohanes
Surat 1 Yohanes ditulis dengan tujuan:
- Meneguhkan orang percaya dalam iman yang benar.
- Menangkal ajaran sesat yang memisahkan iman dari ketaatan moral.
- Menjelaskan bagaimana hidup dalam kasih dan kebenaran adalah tanda iman sejati.
Dalam pasal 3, Yohanes menekankan pentingnya hidup dalam kasih dan ketaatan kepada Allah. Ayat 22 khususnya berbicara tentang bagaimana ketaatan berdampak pada kehidupan doa kita.
2. Eksposisi 1 Yohanes 3:22
a. “Apa pun yang kita minta, kita menerimanya dari Allah”
Ayat ini tampaknya memberikan janji bahwa semua doa akan dijawab. Namun, dalam teologi Reformed, pemahaman ini harus dilihat dalam konteks kehendak Allah dan keselarasan hati kita dengan-Nya.
John Calvin dalam Commentary on 1 John menulis:
“Allah tidak menjawab doa berdasarkan kehendak manusia semata, tetapi berdasarkan kehendak-Nya yang sempurna. Hanya mereka yang berdoa dalam ketaatan kepada-Nya yang akan menerima jawaban sesuai dengan maksud-Nya.”
Dengan kata lain, Allah menjawab doa bukan karena kita memaksanya, tetapi karena kita berdoa sesuai dengan rencana dan kehendak-Nya (1 Yohanes 5:14).
b. “Karena kita menuruti perintah-perintah-Nya”
Yohanes menegaskan bahwa ketaatan kepada Allah berhubungan erat dengan doa yang dikabulkan.
Charles Hodge dalam Systematic Theology menjelaskan:
“Doa bukanlah sekadar meminta sesuatu dari Allah, tetapi juga tentang membangun hubungan dengan-Nya. Orang yang benar-benar mengenal Allah akan hidup dalam ketaatan, dan ketaatan itu membuat doanya selaras dengan kehendak Allah.”
Ini berarti bahwa ketaatan bukanlah syarat magis agar doa dikabulkan, tetapi bukti bahwa hati kita telah selaras dengan kehendak Tuhan.
c. “Dan melakukan apa yang berkenan kepada-Nya”
Bagian ini menunjukkan bahwa kehidupan Kristen harus mencerminkan kehendak Allah.
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menekankan bahwa:
“Allah tidak hanya menghendaki kita menaati perintah-perintah-Nya secara formal, tetapi juga hidup dalam cara yang berkenan kepada-Nya. Hati yang diperbarui oleh Roh Kudus akan mencari kesukaan Allah dalam segala hal.”
Ini berarti bahwa ketaatan sejati bukan hanya mengikuti aturan, tetapi juga memiliki hati yang rindu menyenangkan Allah.
3. Perspektif Teologi Reformed tentang Doa dan Ketaatan
a. John Calvin: Doa dan Kedaulatan Allah
Calvin menekankan bahwa Allah yang berdaulat menentukan bagaimana dan kapan doa dijawab.
Dalam Institutes of the Christian Religion, ia menulis:
“Allah menjawab doa bukan karena kita layak, tetapi karena anugerah-Nya. Namun, Ia juga menghendaki agar kita datang kepada-Nya dengan hati yang taat.”
Doa yang efektif bukanlah doa yang mencoba memaksa Allah, tetapi doa yang mencari kehendak-Nya (Matius 6:10).
b. Charles Hodge: Ketaatan sebagai Bukti Iman Sejati
Hodge menjelaskan bahwa ketaatan adalah bukti bahwa kita benar-benar hidup dalam iman.
“Orang yang hidup dalam ketidaktaatan dan tetap berharap doanya dikabulkan sedang menipu dirinya sendiri. Doa sejati berasal dari hati yang telah diperbarui oleh Roh Kudus.”
Ini berarti bahwa Allah tidak bisa dipermainkan dengan doa dari hati yang tidak taat (Yesaya 59:2).
c. R.C. Sproul: Hubungan antara Kehendak Allah dan Jawaban Doa
Sproul menekankan bahwa Allah menjawab doa sesuai dengan kehendak-Nya yang sempurna.
Dalam The Holiness of God, ia menulis:
“Doa bukanlah alat untuk mengubah kehendak Allah, tetapi cara untuk menyesuaikan hati kita dengan kehendak-Nya.”
Ini berarti bahwa orang yang taat akan semakin memahami dan menerima jawaban doa Allah dengan sukacita, apa pun hasilnya.
4. Implikasi Praktis bagi Orang Percaya
a. Berdoa dengan Sikap yang Benar
Doa bukan sekadar meminta sesuatu dari Allah, tetapi berkomunikasi dengan-Nya dalam ketundukan.
Tanyakan pada diri sendiri:
- Apakah saya berdoa untuk kehendak saya sendiri atau untuk kehendak Tuhan?
- Apakah saya siap menerima jawaban Allah, bahkan jika itu berbeda dari yang saya harapkan?
b. Menjalani Hidup dalam Ketaatan
Jika kita ingin doa kita berkenan kepada Allah, kita harus hidup dalam ketaatan kepada-Nya.
Yakobus 5:16 mengatakan:
“Doa orang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.”
c. Mengandalkan Anugerah, Bukan Ketaatan sebagai Syarat Keselamatan
Kita menaati Allah bukan untuk memaksa-Nya mengabulkan doa kita, tetapi sebagai bukti bahwa kita benar-benar telah mengalami kasih karunia-Nya.
Efesus 2:8-9 menegaskan bahwa keselamatan adalah anugerah, bukan hasil usaha kita.
d. Mengutamakan Kehendak Allah dalam Doa
1 Yohanes 5:14 berkata:
“Jika kita meminta sesuatu menurut kehendak-Nya, Ia mendengarkan kita.”
Ini berarti kita harus berdoa dengan sikap:
- Mempercayai hikmat Allah.
- Mencari kehendak-Nya lebih dari keinginan pribadi kita.
5. Tantangan dalam Mempraktikkan Doa dan Ketaatan
a. Ketidaksabaran dalam Menunggu Jawaban Doa
Terkadang kita ingin jawaban doa segera, tetapi Allah menjawab dalam waktu-Nya sendiri (Pengkhotbah 3:11).
b. Godaan untuk Berdoa dengan Motif yang Salah
Yakobus 4:3 memperingatkan:
“Kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, yaitu untuk memuaskan hawa nafsumu.”
Kita harus memastikan bahwa doa kita tidak didorong oleh ambisi egois.
c. Kesulitan dalam Menjalani Ketaatan
Mengikuti kehendak Tuhan tidak selalu mudah. Namun, Roh Kudus akan menolong kita untuk hidup dalam ketaatan (Galatia 5:16).
Kesimpulan
1 Yohanes 3:22 mengajarkan bahwa doa dan ketaatan tidak bisa dipisahkan.
Para teolog Reformed seperti Calvin, Hodge, dan Sproul menegaskan bahwa:
- Allah menjawab doa sesuai dengan kehendak-Nya.
- Ketaatan adalah bukti bahwa seseorang benar-benar mengenal Allah.
- Doa yang sejati mencari kehendak Allah, bukan sekadar keinginan pribadi.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk:
- Berdoa dengan hati yang taat.
- Menjalani hidup yang berkenan kepada Tuhan.
- Menerima jawaban doa dalam iman dan ketundukan.