1 Yohanes 3:9: Lahir dari Allah dan Ketidakberlanjutan dalam Dosa

Pendahuluan
1 Yohanes 3:9 berbunyi:
“Tidak seorang pun yang lahir dari Allah berbuat dosa karena benih Allah tinggal di dalam dirinya, dan dia tidak dapat berbuat dosa karena dia telah dilahirkan dari Allah.” (AYT)
Ayat ini sering menjadi bahan diskusi dalam teologi Kristen, terutama dalam lingkup Reformed, karena mengandung pernyataan yang tampaknya absolut mengenai ketidakmungkinan orang percaya untuk berbuat dosa. Bagaimana kita memahami ayat ini dalam terang ajaran Alkitab secara keseluruhan? Apakah ini berarti seorang Kristen yang sejati tidak akan pernah berbuat dosa?
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna 1 Yohanes 3:9 dengan melihatnya dalam konteks yang lebih luas, mempertimbangkan perspektif beberapa teolog Reformed, serta menarik implikasi praktis bagi kehidupan orang percaya.
1. Konteks Surat 1 Yohanes
Surat 1 Yohanes ditulis oleh Rasul Yohanes untuk meneguhkan iman orang percaya di tengah ancaman ajaran sesat, khususnya Gnostisisme, yang menekankan dikotomi antara roh dan tubuh. Yohanes menekankan bahwa iman sejati memiliki bukti nyata dalam kehidupan moral seseorang, khususnya dalam bentuk kasih dan ketaatan kepada Allah.
Pasal 3 dari surat ini berbicara tentang kehidupan baru dalam Kristus dan bagaimana hal itu memengaruhi perilaku orang percaya. Yohanes mengontraskan antara anak-anak Allah dan anak-anak Iblis, dengan ciri utama anak-anak Allah adalah ketidakberlanjutan dalam dosa dan kasih kepada sesama.
2. Eksposisi 1 Yohanes 3:9
a. “Tidak seorang pun yang lahir dari Allah berbuat dosa…”
Frasa ini tampaknya menegaskan bahwa mereka yang lahir dari Allah tidak akan pernah berbuat dosa. Namun, dalam 1 Yohanes 1:8, Yohanes juga mengatakan:
“Jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa, kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.”
Bagaimana kita memahami dua pernyataan ini secara bersamaan?
Teolog Reformed seperti John Calvin dan John Stott menjelaskan bahwa kata kerja dalam bahasa Yunani yang digunakan di sini untuk "berbuat dosa" (ποιεῖ, poiei) menunjukkan tindakan yang berkelanjutan, bukan sekadar tindakan sesaat. Dengan kata lain, Yohanes tidak mengatakan bahwa orang percaya tidak akan pernah berbuat dosa, tetapi bahwa mereka tidak akan terus-menerus hidup dalam pola dosa yang tidak bertobat.
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan bahwa regenerasi (kelahiran baru dari Allah) tidak menghapus keberadaan dosa dalam diri orang percaya, tetapi mengubah hubungannya dengan dosa. Orang percaya tidak lagi diperbudak oleh dosa, tetapi sekarang memiliki kuasa untuk menolaknya.
b. “Karena benih Allah tinggal di dalam dirinya…”
Frasa ini menunjukkan alasan mengapa orang percaya tidak terus-menerus hidup dalam dosa: karena "benih Allah" tinggal di dalam dirinya.
Ada beberapa interpretasi mengenai apa yang dimaksud dengan "benih Allah":
- Roh Kudus – Beberapa teolog seperti R.C. Sproul dan Martyn Lloyd-Jones memahami "benih Allah" sebagai Roh Kudus yang tinggal dalam orang percaya. Roh Kudus memperbarui hati orang percaya dan memampukannya untuk menolak dosa.
- Firman Allah – Beberapa yang lain, seperti John Gill, melihat "benih Allah" sebagai firman yang ditanamkan dalam hati orang percaya, yang mengubah cara berpikir dan bertindak mereka.
- Sifat Ilahi yang Baru – Banyak teolog Reformed, termasuk Herman Bavinck, berpendapat bahwa "benih Allah" mengacu pada kehidupan baru yang diberikan oleh Allah dalam kelahiran baru. Sifat baru ini membawa keinginan yang baru untuk menyenangkan Allah dan menolak dosa.
c. “Dan dia tidak dapat berbuat dosa karena dia telah dilahirkan dari Allah.”
Bagian ini sering kali disalahpahami sebagai ajaran bahwa orang Kristen sejati tidak mungkin berdosa. Namun, dalam terang seluruh Alkitab, ayat ini lebih mungkin berarti bahwa orang yang benar-benar lahir dari Allah tidak bisa terus-menerus hidup dalam dosa sebagai pola hidup.
John MacArthur menjelaskan bahwa ayat ini berbicara tentang ketidakmungkinan moral, bukan ketidakmungkinan mutlak. Artinya, seorang Kristen sejati tidak akan merasa nyaman dalam dosa atau hidup tanpa pertobatan. Jika seseorang mengklaim sebagai Kristen tetapi terus hidup dalam dosa tanpa rasa bersalah atau pertobatan, itu adalah tanda bahwa ia belum benar-benar lahir dari Allah.
3. Perspektif Teolog Reformed tentang 1 Yohanes 3:9
a. John Calvin
Calvin berpendapat bahwa ayat ini harus dipahami dalam konteks pengudusan (sanctification). Meskipun dosa masih ada dalam kehidupan orang percaya, mereka tidak lagi diperbudak oleh dosa dan tidak lagi menikmati kehidupan yang penuh dosa.
Calvin menulis dalam komentarnya:
“Rasul tidak bermaksud bahwa tidak ada dosa yang tersisa dalam orang percaya, tetapi bahwa mereka tidak menyerahkan diri mereka kepada dosa seperti orang-orang dunia.”
b. Charles Hodge
Hodge dalam Systematic Theology menekankan bahwa 1 Yohanes 3:9 tidak mengajarkan doktrin "kesempurnaan tanpa dosa" (sinless perfection), tetapi bahwa orang percaya memiliki perubahan mendasar dalam hubungannya dengan dosa.
Menurut Hodge, kelahiran baru menciptakan kebencian terhadap dosa dalam hati orang percaya. Mereka mungkin jatuh dalam dosa, tetapi mereka tidak akan tinggal di dalamnya.
c. Martyn Lloyd-Jones
Lloyd-Jones menekankan peran Roh Kudus dalam menanamkan benih Allah di dalam diri orang percaya. Ia menjelaskan bahwa Roh Kudus bukan hanya memberikan kuasa untuk mengalahkan dosa, tetapi juga mengubah keinginan mereka.
Menurut Lloyd-Jones:
“Orang yang lahir baru tidak bisa terus berbuat dosa karena dia memiliki sifat baru yang tidak bisa menikmati dosa seperti sebelumnya.”
4. Implikasi Praktis bagi Orang Percaya
a. Bukti Kelahiran Baru
Jika kita benar-benar lahir dari Allah, hidup kita akan menunjukkan bukti nyata dalam bentuk kebencian terhadap dosa dan keinginan untuk menaati Allah.
b. Tidak Berkompromi dengan Dosa
Seorang Kristen sejati tidak akan nyaman dalam dosa. Jika ada dosa dalam hidup kita, kita harus segera bertobat dan mencari kekuatan dari Tuhan untuk mengatasinya.
c. Hidup dalam Kemenangan
Kelahiran baru memberi kita kuasa untuk mengatasi dosa. Dengan mengandalkan Roh Kudus dan firman Allah, kita bisa bertumbuh dalam kekudusan.
Kesimpulan
1 Yohanes 3:9 mengajarkan bahwa orang yang lahir dari Allah tidak akan terus-menerus hidup dalam dosa karena mereka memiliki benih Allah di dalam mereka. Ini bukan berarti mereka tidak akan pernah berdosa, tetapi mereka tidak akan lagi menikmati atau berdiam dalam dosa sebagai pola hidup.
Para teolog Reformed seperti John Calvin, Charles Hodge, dan Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa regenerasi menghasilkan perubahan nyata dalam hidup seseorang. Orang percaya sejati akan menunjukkan kebencian terhadap dosa dan kerinduan untuk menaati Allah.
Sebagai orang percaya, kita harus terus bertumbuh dalam kekudusan, bersandar kepada Roh Kudus, dan hidup dalam ketaatan kepada Allah.